Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional BPN

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang - Undang 1945 alinea keempat terdapat tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia meliputi 4 empat aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat , yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteran umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1 Dimana ini merupakan tanggung jawab Pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi Pemerintah, baik itu di pusat maupun di daerah. Pemerintah pada awalnya dibentuk untuk menghindari keadaan dimana sebuah wilayah yang dihuni oleh masyarakat serba mengalami kekacauan. Aktifitas pemerintah dalam upaya memelihara kedamaian dan keamanan suatu wilayah menjadi kewenangan utama baik secara internal maupun eksternal. Sebagaimana tujuan utama dibentuknya pemerintah adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban dimana masyarakat bisa menjalani kehidupannya secara wajar. Dengan kata lain, pada hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat yang merupakan fungsi utama atau primer dari pemerintah. Dalam mengahadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, aparatur negara sebagai pelayan masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya menuju Pemerintahan yang baik Good Governance . 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Universitas Sumatera Utara Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat setiap waktu itu seperti pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat yang dilakukan secara transparan dan akuntabilitas. Fungsi utama pemerintah daerah menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yakni sebagai pelayan masyarakat. Berdasarkan paradigma tersebut aparat pemerintah daerah khususnya aparat pemerintah Kecamatan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Otonomi Daerah terlebih setelah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintah Daerah diberikan kewenangan yang demikian luas oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk didalamnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. 2 Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang prima bagi semua penduduknya sesuai yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan pengertian pelayanan publik sebagai berikut : Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan Perundang - undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan 2 Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Universitas Sumatera Utara administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. 3 Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang publik maupun pelayanan jasa. Pelayanan Publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Kep25M.PAN22004 yaitu “Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan,maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan Perundang – Undangan”. 4 Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi Pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, maupun dalam Badan Usaha Milik Negara BUMN . Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat. 5 Pelayanan publik dipilih sebagai cara tepat untuk mewujudkan Good Governance dikarenakan dalam penyelenggaraan pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur yaitu pemerintah, masyarakat sipil dan mekanisme pasar, sehingga dianggap memiliki pengaruh besar terhadap aspek-aspek fungsi pemerintah lainnya. Pelayanan publik yang baik adalah pelayanan yang tidak menghasilkan kesenjangan antara apa yang dilihat dan diharapkan oleh masyarakat dengan apa yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 3 Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 4 Ratminto dan Atik Septiwinarsih, Manajemen Pelayanan Publik, Pustaka, Yogyakarta, 2006, hal. 5 5 Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, PT. Eresco, Jakarta 1999, hal.5 Universitas Sumatera Utara Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwa Pemerintah wajib untuk membangun kepercayaan masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan publik yang baik seiring dengan harapan dan tuntutan masyarakat. Namun hingga saat ini pelayanan publik yang ada di Indonesia penuh dengan ketidakpastian waktu, biaya, dan prosedur pelayanannya. L.P Sinambela menyatakan : “Bahwa masyrakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan public yang berkualitas dari apaarat pemerintah, meskipun tuntutan tersebut seringkali tidak sesuai dengan harapan, sebab pelayanan public selama ini masih bercirikan : berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti ituy terjadi karena masyrakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan dilayani”. 6 Dalam konteks negara modern, pelayanan publik telah menjadi lembaga dan profesi yang semakin penting. Ia tidak lagi merupakan aktivitas sambilan, tanpa payung hukum, gaji dan jaminan sosial yang memadai, sebagaimana terjadi di banyak negara berkembang pada masa lalu. Pelayanan publik yang merupakan salah satu kebutuhan dalam rangka pemenuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan sepertinya masih menjadi impian, dan jauh dari harapan. Rendahnya tingkat produktivitas aparatur Negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta munculnya praktek KKN dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang mampu memunculkan pelayanan yang bersifat diskriminatif. Pengaduan masyarakat merupakan bentuk ungkapan ketidakpuasan masyarakat atas kualitas pelayanan yang diterima yang sering berujung lahirnya tuntutan publik, seringkali dipandang sebagai hal yang buruk bagi kehidupan suatu organisasi, termasuk birokrasi. 7 6 L.P. Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal.4 7 Suryadi, Penanganan Keluhan Publik Pada Birokrasi Dinas Perijinan, 2010 , hal. 293 Universitas Sumatera Utara Pentingnya pelayanan publik bagi masyarakat guna memenuhi kebutuhan mereka setiap hari, mendorong Pemerintah sebagai penyedia layanan untuk terus menciptakan pelayanan yang berkualitas sesuai harapan masyarakat. Hal yang paling penting dalam peningkatan kualitas pelayanan publik yang diselenggarkan oleh pemerintah adalah adanya kesetaraan posisi antara masyarakat sebagai pengguna layanan dengan pemerintah atau aparatur penyedia pelayanan publik.. Dwiyanto menyatakan bahwa tersedianya ruang untuk menyampaikan aspirasi voice dalam bentuk pengaduan dan protes terhadap jalannya penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan publik akan sangat penting peranannya bagi upaya perbaikan kinerja tata pemerintahan secara keseluruhan. 8 Dalam KEPMENPAN Nomor 63 tahun 2003, untuk menampung pengaduan, unit pelayanan wajib menyediakan saluran pengaduan misalnya : kotak pengaduan, loket pengaduan, bisa juga melalui call center, hotline, atau melalui media massa seperti radio, koran, dll. Namun selama ini mekanisme pengaduan masyarakat di beberapa instansi pemerintah hanya diberi “ruang” dalam bentuk kotak pengaduan atau saran dan pesan singkat melalui SMS yang tidak diintegrasikan dalam sebuah mekanisme atau pengelolaan pengaduan yang efektif dan transparan. Ketiadaan informasi tentang prosedur penyampaian dan penyelesaian pengaduan, serta aparat yang bertanggung jawab, menjadikan masyarakat tidak mampu untuk mengawasi proses penanganan pengaduan serta menyulitkan instansi pemerintah untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat, 8 Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Government Melalui Pelayanan Publik, Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta, 2005, hal 24 Universitas Sumatera Utara mengetahui kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, dikarenakan masyarakat enggan untuk menyampaikan keluhannya. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dipisahkan dari tata kehidupan makhluk hidup, oleh karena itu tanah mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap manusia memerlukan tanah sebagai tempat tinggalnya maupun untuk mencari nafkah bagi kelangsungan hidupnya. Hubungan manusia dengan tanah merupakan hubungan yang sangat erat dan bersifat abadi, dimulai sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Kebutuhan akan tanah dari hari ke hari semakin meningkat, antara lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan, sedangkan luas tanah terbatas atau tetap. Dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, dan adanya tuntutan akan adanya mutu kehidupan yang lebih baik sebagi dampak positif dari keberhasilan pembangunan yang sedang dilaksanakan, semuanya ini memerlukan tanah sebagai sarana dasarnya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pelaksanaan pembangunan nasional digariskan kebijakan nasional di bidang pertanahan, sebagaiman dimuat dalam Pasal 33 ayat 3 Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmu ran rakyat.” Seluruh wilayah Indonesia adalah merupakan suatu kesatuan tanah air Indonesia yang merupakan milik bangsa Indonesia yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu bumi, air dan ruang angkasa termasuk Universitas Sumatera Utara kekayaan alam yang terkandung didalamnya mempunyai hubungan yang abadi dengan bangsa Indonesia. Bumi, air dan ruang angkasa atau dalam arti sempit disebut dengan tanah, harus benar-benar dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia, yang berarti tidak dapat dialihkan kepada bangsa lain dalam bentuk apapun juga. Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak – hak yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya dan dipunyainya tanah dengan hak – hak tersebut tidak akan bermakna jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk keperluan apapun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya. Oleh karena itu dalam ayat 2 dinyatakan bahwa hak – hak atas tanah bukan hanya memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi yang bersangkutan, yang disebut “tanah”, tetapi juga tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. Dengan demikian maka yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi. Tetapi wewenang menggunakan yang bersumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah dan air serta ruang yang ada di atasnya. Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksudkan itu bukan kepunyaan pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan menggunakannya. Dan itupun ada batasannya seperti yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat 2 dengan kata – kata : “sekedar diperlukan untuk kepentingan yang Universitas Sumatera Utara langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas – batas menurut undang – undang ini yaitu UUPA dan Peraturan – peraturan lain yang lebih tinggi. 9 Masyarakat sebagai pemegang hak atas tanah tersebut masih beranggapan bahwa pelayananan di bidang pertanahan masih terlalu sulit dan berbelit – belit dalam prosedur, lamanya waktu pemrosesan serta biaya yang tinggi. Penyebabnya bisa dikarenakan pelayanan kantor pertanahan yang kurang optimal. Hal ini menunjukkan adanya tuntutan masyarakat akan perlunya keterbukaan dalam pelaksanaan tugas, prosedur pembayaran yang sederhana, kepastian waktu dan biaya yang harus dibayar oleh masyarakat dalam penyelesaian urusan hak atas tanahnya, serta berbagai kemudahan dalam pelayanan maupun perlindungan hak – hak dan kepentingan masyarakat. Dilandasi oleh amanat yang terkandung dalam pasal 33 ayat 3 Undang – undang Dasar Tahun 1945, sebagai kelanjutannya maka telah disusun Undang – undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – pokok Agraria UUPA yang berarti bahwa telah diletakkan dasar yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan pertanahan guna terwujudnya tujuan pembinaan hukum pertanahan nasional dan menyelenggarakan administrasi pertanahan guna terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Sebagaimana kita ketahui salah satu lembaga yang menjalankan tugas sebagai pelayanan dalam bidang pertanahan adalah BPN Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai fungsi melaksanakan pelayanan pertanahan kepada 9 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia :Sejarah Pembentukan Undang – undang Pokok Agraria, Djambatan, Jakarta, 2008, hal 18 - 19 Universitas Sumatera Utara masyarakat. Oleh sebab itu kiranya wajar apabila pelaksanaan tugas Badan Pertanahan Nasional akan selalu menjadi pusat perhatian masyarakat. Dimana salah satu yang menjadi faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada lembaga pemerintahan adalah pelayana masyarakat yang diberikan oleh aparatur pemerintah seringkali cenderung rumit seperti : a Tata cara pelayanan b Rendahnya pendidikan aparat c Disiplin kerja. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan lembaga tersebut. Jadi tidak heran lagi sering mendengarkan tuntutan perubahan sering ditujukan kepada aparatur pemerintah, menyangkut pelayanan publik khususnya bidang pertanhanan yang di berikan kepada masyarakat. Rendahnya mutu pelayanan pertanahan merupakan citra buruk pemerintah di tengah masyarakat. Dan bagi masyarakat yang pernah berurusan dengan birokrasi selalu mengeluhkan, dan kecewa terhadap tidak layaknya aparatur dalam memberikan pelayanan. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan perhatian terhadap upaya- upaya untuk lebih meningkatkan pelayanan pertanahan tersebut. Upaya peningkatan pel a yanan pert anahan kepada masyarakat mempunyai aspek yang sangat luas, dari tingkat kebijakan termasuk penerbitan ketentuan peraturan yang diperlukan sampai tingkat pelaksanaannya. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka pemerintah telah menetapkan kebijakan Universitas Sumatera Utara pelayanan kepada masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan pembangunan pertanahan. Oleh karena BPN Badan Pertanahan Nasional merupakan bagian internal dari komponen pembangunan bangsa, sebagaimana dengan komponen pembangunan bangsa yang lainnya maka peran dan posisi BPN dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat , baik sebagai penegak kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun dalam peran membangun bangsa nation building dengan mengedepankan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, dan prinsip hidup berdampingan secara damai. Keberadaan organisasi BPN menjangkau sampai kedaerah pedesaan diseluruh wilayah Indonesia maka kegiatan dibidang Pertanahan akan dapat memberikan konstribusi konstruktif dalam pembangunan bangsa bila bentuk dan implementasi kegiatan dapat disinkronisasikan dengan kegiatan pemerintah daerah KabupatenKota salah satunyadalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang sering disebut dengan pelayanan publik. Implementasi Undang – undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah jo Undang – undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah kedepan salah satunya adalah bagaimana dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik berdasarkan Undang- undang Nomor 25 tahun 2009 sesuai dengan asas – asas umum penyelenggaraan negara dan sekaligus merupakan perwujudan dari prinsip utama kebijakan desentralisasi yaitu demokratisasi, akuntabilitas publik dan pemeberdayaan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pertimbangan ini penulis tertarik untuk mengetahui pelayanan publik khususnya di bidang pertanahan di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang sehingga memilih judul dan mengkhusukan penelitian tentang “ Tinjauan Hukum tentang Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan Studi Di Kantor BPN Kabupaten Deli Serdang ”.

B. Perumusan Masalah