15
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam konteks sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia yang membagi daerah Indonesia atas daerah-daerah besar dan daerah kecil, dengan
bentuk dan susunan tingkatan pemerintahan terendah adalah desa. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Berbeda dengan kelurahan, desa memiliki hak untuk mengatur wilayahnya secara lebih luas.
Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan. Pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam sistem
pemerintahan daerah akan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu, sistem dan mekanisme penyelenggaraan pemerintah desa
sangat didukung dan ditentukan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa BPD.
Otonomi daerah sebenarnya adalah harapan yang baru bagi pemerintah dan msyarakat desa untuk membangun desanya sesuai kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah desa, otonomi adalah suatu peluang yang baru yang dapat membuka ruang kreativitas dalam mengelola desa,
dan dalam menentukan program pembangunan yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Di desa, pembangunan ditujukan untuk
kemajuan desa dan berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan desa harus dapat melihat apa saja yang menjadi potensi dari desa yang dapat
Universitas Sumatera Utara
16 diankat dan dikembangkan sehingga mampu memperbaiki kualitas kehidupan
masyarakatnya kearah yang lebih baik terutama pada sektor ekonomi. Pembangunan tersebut dapat berupa pembangunan dalam bidang pertanian,
peternakan, perkebunan, dan lain sebagainya sesuai dengan potensi yang ada di setiap daerah desa tersebut.
Maka dalam penyelenggaran pembangunan desa diperlukan pengorganisasian yang mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam melakukan
pembangunan desa serta melaksanakan administrasi pembangunan desa. Dengan demikian diharapkan pembangunan dan pelaksanaan administrasi desa akan
berjalan dengan lebih baik, tidak hanya didasarkan pada tuntutan emosional yang sukar dipertanggungjawabkan kebenarannya Soewignjo,1985:1. Hal ini
mengisyaratkan bahwa keikutsertaan masyarakat dalamperencanaan pembangunan desa dibutuhkan untukmensinkronkan rencana pembangunan desa
yang akan dilaksanakan dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang
dan terus-menerus. Dengan kata lain, pembangunan itu bersifat dinamis. Kondisi dinamis dalam
pembangunan tersebut bisa dilihat dalam dua konteks, yakni yang pertama adalah masyarakat itu yang selalu berubah, dan kedua bahwa pembangunan itu sendiri
dimaksudkan untuk membawa perubahan yakni dari kondisi yang sekarang menuju kondisi lain di masa depan yang lebih baik dan bijaksana.Orientasi
pembangunan yang mengikutsertakan partisipasi masyarakat terkandung suatu pengertian bahwa rakyat adalah subjek pembangunan, bukan objek pembangunan.
Sebagai subjek pembangunan berarti rakyat didorong untuk aktif terlibat dalam
Universitas Sumatera Utara
17 proses pembangunan sejak perencanaan sampai dengan pelaksanaan serta
pemeliharaan dan pengembangan suatu hasil pembangunan. Perencanaan merupakan tahap awal dan paling penting dalam pembangunan.
Perencanaan pembangunan merupakan penentu utama dalam keberhasilan pembangunan yang akan dilakukan di dalam suatu Negara. Perencanaan yang baik
dan matang akan melahirkan hasil yang baik pula. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan harus melibatkan semua pihak yang di dalamnya
bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dalam pelaksanaan pembangunan.
Sesuai dengan amanat yang diemban dalam UU No. 6 tahun 2014, perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan
melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin
mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberda
i
Rakyat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi,
merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program
yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.Pengikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan merupakan salah satu cara yang efektif untuk
menampung dan mengakomodasi berbagai kebutuhan yang beragam. Dengan kata lain, upaya peningkatan partisipasi masyarakat pada perencanaan pembangunan
dapat membawa keuntungan substantif, dimana pelaksanaan pembangunan akan yakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak.
Universitas Sumatera Utara
18 lebih efektif dan efesien, di samping itu juga akan memberi sebuah rasa kepuasan
dan dukungan masyarakat yang kuat terhadap program-program pemerintah. Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk berkembang secara mandiri, terdapat kaitan yang erat sekali. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan
awal masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat menumbuhkan kemampuan masyarakat tersebut.
Sebagai keluaran, partisipasi dapat digerakkan atau dibangun. Disini, partisipasi berfungsi sebagai keluaran proses stimulasi atau motivasi melalui berbagai upaya.
Menurut Budi Supriyanto 2009:344 bahwa partisipasi masyarakat yang dibutuhkan dalam pembangunan adalah partisipasi yang dilakukan secara sukarela
atau tanpa paksaan dan didorong oleh prakarsa atau swadaya masyarakat. Tentunya hal ini sangat relevan dengan cita-cita otonomi daerah yakni untuk
mendorong prakarsa dan swadaya masyarakat. Perencanaan pembangunandesa peranannya sangat penting. Karena dari
perencanaan pembangunaninilah kesejahteraan masyarakat desa diarahkan. Karena itu sudah menjadi kewajibanpemerintahan desa untuk menampung aspirasi
masyarakat dalam perencanaanpembangunan desa. Aspirasi masyarakat dapat tertampung dengan cara melibatkanBadan Permusyawaratan Desa dalam
perencanaan pembangunan tersebut. Pusic dalam Adi, 2001: 206 menyatakan bahwa perencanaan pembangunan tanpa memperhatikan masyarakat akan menjadi
perencanaan di atas kertas. Berdasarkan pandangannya, partisipasi dalam pembangunan desa dilihat dari dua hal, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
19 a.
Partisipasi dalam perencanaan Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya
untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan
kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran
serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang
telahdisusun. b.
Partisipasi dalam pelaksanaan Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah bahwa bagian terbesar
dari program penilaian kebutuhan dan perencanaan program telah selesai dikerjakan. Jika masyarakat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan
pembangunan maka masyarakat sendiri dapat melakukan pengawasan terhadap jalannya proses pembangunan apakah sesuai atau tidak dengan
perencanaan ataupun hasil yang diharapkan. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada Bab I Pasal
1 Ayat 1 dirumuskan, “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, danatau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Sebagai sebuah satuan
pemerintahan terkecil, desa memiliki organisasi yang berfungsi menjalankan
Universitas Sumatera Utara
20 pemerintahan. Pemerintahan desa terdiri atas Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa BPD. Pemerintah desa adalah organisasi pemerintahan yang berfungsi menyelenggarakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan
desa, sementara BPD adalah badan yang berperan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah desa.
Namun dalam konteks Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pemerintahan desa hanya terdiri dari pemerintah desa, yaitu kepala desa beserta
perangkat desa, BPD bukan lagi menjadi bagian dari pemerintahan desa tersebut. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi fungsi BPD dalam pelaksanaan
pemerintahan, BPD tetap sebagai lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa BPD merupakanlembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. AnggotaBPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota
BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golonganprofesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatananggota BPD
adalah enam tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk satu kali masajabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan
merangkapjabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Dalam Pasal 55 dikatakan bahwa fungsi Badan Permusyawaratan Desa yaitu:
1. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa, 2.
Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan 3.
Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa
Universitas Sumatera Utara
21 Dari keterangan dan paparan di atas terlihat bahwa perencanaan pembangunan
desa merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena dari perencanaan pembangunan inilah arah pembangunan desa ditentukan. Maka sudah menjadi
kewajiban pemerintah desa untuk menampung aspirasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa. Aspirasi masyarakat dapat tertampung dengan
cara melibatkan Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam perencanaan tersebut. Karena pada dasarnya merekalah yang menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Sekitar 65 persen dari total penduduk di Indonesia 220 juta jiwa, yaitu
sebanyak 143 juta jiwa bermukim di daerah pedesaan, yang mempunyai mata pencaharian utama di sektor pertanian dalam arti luas meliputi sektor tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikananan,dll. Jumlah desa di seluruh Indonesia berkisar 65.000 desa, jumlah penduduk tiap desa adalah sekitar 2.500
jiwa. Jumlah desa yang sangat banyak, jumlah penduduk di setiap desa yang relatif sedikit, dan tersebar di wilayah yang sangat luas. Desa Kepala Sungai
merupakan desa yang terletak di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Desa Kepala Sungai merupakan desa yang dikelola
kecamatan Secanggang yang menjadi bagian perangkat daerah yang bertugas untuk membantu kabupaten dalam melaksanakan kewajiban daerah yang sesuai
dengan UU No 23 tahun 2014. Namun, dalam melaksanakan pembangunan di desa, desa sering mengalami
hambatan dan kendala baik dari segi geografis, ketersediaan sarana dan prasarana, kelemahan akses terhadap informasi dan modal, partisipasi masyarakat yang
proaktif, dan masih banyak kelemahan lainnya. Badan Permusyawaratan Desa
Universitas Sumatera Utara
22 BPD yang merupakan sarana bagi Kantor Kepala Desa di Desa Kepala Sungai
Kecamatan Secanggang dan masyarakat guna merencanakan pembangunan desanya. Disini dibutuhkan swadaya dan prakarsa masyarakat untuk ikut serta
dalam merencanakan pembangunan di desanya sendiri. Keikutsertaan masyarakat merupakan wujud partisipasi dan juga sebagai subjek dalam perencanaan
pembangunan di desanya. Sebagai subjek pembangunan tentunya warga masyarakat hendaknya sudah dilibatkan untuk menentukan perencanaan
pembangunan sesuai dengan kebutuhan objektif masyarakat yang bersangkutan. Dengan begitu, arah perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat
menyentuh langsung pada kebutuhan masyarakat. Sehingga program perencanaan pembangunan desa yang akan dicanangkan, setiap individu dapat berpartisipasi
seoptimal mungkin. Ide-ide pembangunan harus berdasarkan pada kepentingan masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhannya yang menunjang terhadap
pembangunan nasional. Ide-ide pembangunan desa demikian inilah yang akan ditampung dalam Badan Permusyawaratan Desa BPD dan akan dimufakatkan
bersama dalam musyawarah pembangunan desa sehingga dapat direncanakan dengan baik antara pemerintah dengan masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan
menumbuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat serta partisipasi aktif nantinya pada saat pelaksanaan pembangunan desa. Begitu pentingnya peranan BPD yang
menjadikan penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana kinerja BPD itu, apakah benar-benar membantu pemerintah desa dalam meyelenggarakan pemerintahan
atau hanya menjadi symbol demokrasi tanpa implementasi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peranan Badan Permusyawaratan Desa BPD
Universitas Sumatera Utara
23
Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Studi Kasus di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang.”
1.2. Rumusan Masalah