D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat secara teoretis maupun manfaat praktis sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis. a. Bagi akademik
Pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat menambah atau memperkaya kajian teori di bidang ilmu pengetahuan khususnya
mengenai metode pembelajaran.
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis baik bagi guru, maupun siswa, sebagai berikut.
a. Bagi guru
1 Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, guru dapat mengetahui strategi pembelajaran bervariasi yang lebih baik, lebih
praktis dan hemat waktu, sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.
2 Guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran serta karier guru itu
sendiri.
3 Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam upaya untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.
4 Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan mempertimbangkan keunikan dan
juga taraf inteligensia masing-masing siswa yang berbeda-beda.
b. Bagi siswa
1 Memberi suasana belajar yang menyenangkan 2 Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan penalaran sehingga
akan meningkatkan pemahaman mereka. 3 Siswa diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat terekam dengan lebih baik.
4 Siswa diberi kesempatan untuk berani mengemukakan pendapat sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
5 Prestasi belajar siswa dapat meningkat. 6 Sebagai model acuan dalam memberikan pengalaman belajar kepada
siswa dalam menghadapi kurikulum berbasis kompetensi.
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Belajar dan Prestasi Belajar Geografi
Tirtaraharja 2005: 51 mendefinisikan belajar sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri
belajar di bawah bimbingan pengajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak boleh dilakukan manusia untuk
mengembangkan pengetahuan dirinya tentang banyak hal. Dengan adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar.
Proses belajar ini merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan di luar.
Hilgard dan Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2008: 12 menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas atau kegiatan dan penguasaan
tentang sesuatu. Sedangkan menurut ahli lain disebutkan bahwa ”belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada
diri seseorang” Purwanto, 2003: 5. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, pemahaman,
sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, serta aspek-aspek lain yang ada dalam individu yang belajar.
Baharudin dan Wahyuni 2008: 12 menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam
8
dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Proses belajar akan terjadi apabila siswa melakukan kegiatan untuk
mempelajari segala seasuatu yang ada di lingkungannya, mulai dari manusia, hewan, tumbuhan, maupun benda-benda lain yang dijadikan bahan belajar.
Setiap aktivitas belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan, yang dapat berupa tingkah laku, kecakapan, sikap, minat, nilai maupun pola beraktivitas.
Perubahan sebagai hasil belajar biasanya merupakan peningkatan, menjadi lebih baik.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang definisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan
individu di mana menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pengetahuan dan pemahaman tentang suatu hal.
Adapun kata prestasi menurut Zainal Arifin 1990:2:3 berasal dari bahasa Belanda yaitu ”prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
”prestasi” yang berarti ”hasil usaha”. Menurut Zainal Arifin 1990:2 bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perrenial. Dalam
sejarah dan kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya masing-masing.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa, berupa pengetahuan,
keterampilan, dan perubahan sikap setelah siswa tersebut mengalami proses
belajar. Pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan penilaian hasil belajar secara menyeluruh. Penilaian adalah suatu proses uintuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang melalui instrumen tes maupun non tes.
Menurut Bloom dalam Arikunto 1998:112 prestasi belajar dibagi dalam tiga kategori yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Lebih lanjut
Winkel 1996: 245 menguraikan ketiga aspek tersebut sebagai berikut: a. Aspek Kognitif meliputi :
1 Pengetahuan. Pengetahuan mencakup ingatan terhadap hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
2 Pemahaman. Pemahaman mencakup kemampuan mengungkap makna atau arti bahan yang sedang dan telah dipelajari.
3 Penerapan. Penerapan
mencakup kemampuan
menggunakan ketentuan-ketentuan, prinsip-prinsip, konsep-konsep yang telah
diterimanya. 4 Analisis. Analisis meliputi kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5 Sintesis. Sintesis meliputi kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru.
6 Evaluasi. Evaluasi merupakan kemampuan kognitif yang tertinggi tingkatannya. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, beserta dengan pertimbangan pendapat berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
b. Aspek Afektif meliputi: 1 Penerimaan. Penerimaan adalah kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan. Kesediaan ini dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu. 2 Partisipasi. Partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara
aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan. Keaktifan ini dinyatakan dalam memberikan sesuatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.
3 Penilaian atau penentuan sikap. Penilaian atau penentuan sikap meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
atau membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan.
4 Organisasi. Organisasi meliputi kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
Kemampuan ini dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai.
5 Pembentukan pola hidup. Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa
sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri. Kemampuan ini dinyatakan dalam
pengaturan hidup di berbagai bidang.
c. Aspek Psikomotorik meliputi: 1
Persepsi. Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan
perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang.
2 Kesiapan. Kesiapan meliputi kemampuan untuk menempatkan diri
dalam keadaan akan memulai suatu gerakan, kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
3 Gerakan terbimbing. Gerakan terbimbing mencakup kemampuan
untuk melakukan suatu serangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan
anggota tubuh. 4
Gerakan yang terbiasa. Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar.
5 Gerakan kompleks. Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas berbagai komponen dengan lancar, tepat, dan efisien.
6 Penyesuaian pola gerakan. Penyesuaian pola gerakan mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat.
7 Kreativitas. Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan
pola-pola gerak-gerik baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Baharuddin dan Wahyuni 2008: 19 membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam dua kategori, yaitu 1 faktor internal dan
2 faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu terdiri atas dua, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, terdiri atas dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
Dimyati dan Mudjiono 2002: 238-246 menyatakan proses belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern tersebut adalah 1 sikap terhadap belajar, 2 motivasi belajar, 3 konsentrasi belajar, 4 mengolah bahan belajar, 5 menyimpan perolehan
hasil belajar, 6 menggali hasil belajar yang tersimpan, 7 kemampuan berprestasi dan unjuk hasil belajar, 8 rasa percaya diri siswa, 9 inteligensia,
10 kebiasaan belajar, dan 11 cita-cita siswa. Faktor ekstern yag mempengaruhi belajar adalah: 1 guru sebagai
pembina siswa belajar, 2 prasarana dan sarana pembelajaran, 3 kebijakan penilaian, 4 lingkungan sosial siswa di sekolah, dan 5 kurikulum sekolah.
3. Metode Pembelajaran
Mengajar menurut Tirtaraharja 2005: 51 adalah aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu
bukan memberi sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar. Menurut Surakhmad 1982 metode mengajar adalah cara untuk
mempermudah anak didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik
bagi guru maupun bagi siswa. Langkah memilih metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah merupakan hal yang sangat
penting, yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan prestasi belajar siswa.
Menurut Dahar Wilis 1996: 106 metode pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran,
peralatan, dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran,
guru dituntut untuk memiliki kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam menentukan dan
memilih metode pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Suatu metode pembelajaran
dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari metode yang lain.
4. Quantum Teaching a. Pengertian Quantum Teaching