perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada jaman sekarang ini, adanya tuntutan transparansi dan akuntabel terhadap pengelolaan keuangan daerah semakin meningkat. Supaya dapat
memenuhi tuntutan tersebut, terutama atas tuntutan akuntabel, dapat dilakukan dengan cara pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis,
efisien, dan efektif. Transparansi berarti keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan – kebijakan keuangan, sehingga dapat diketahui dan
diawasi oleh DPRDPRD maupun masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas antara pemerintah dengan masyarakatnya, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih, efektif, efisien,
akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Sedangkan pengendalian berarti penerimaan dan pengeluaran harus sering
dimonitor, dengan cara membandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai Mardiasmo, 2002.
Berdasarkan tuntutan tersebut, ada sebuah penyusunan dalam keuangan daerah yang disebut dengan Analisis Standar Belanja ASB yang
dapat mengatasi permasalahan di atas. Menurut Peraturan Menteri Nomor 13 tahun 2006 pada lampiran surat edaran bupati tentang penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA-SKPD, dokumen harus dilampiri dengan kebutuhan penganggaran KUA, PPA, Kode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
Rekening APBD, format RKA-SKPD, Analisis Standar Belanja, dan standar satuan harga.
Alasan Analisis Standar Belanja tersebut dibuat dikarenakan sering terjadi di dalam sebuah proses penganggaran, suatu kegiatan yang sama,
target kinerja yang sama, tetapi anggaran yang dibuat jauh berbeda. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses penganggaran masih tergantung
oleh pembuat alokasi penganggaran, serta belum adanya perangkat yang dapat
menstandarkan pembuatan
anggaran tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dibuat sebuah instrumentalat yaitu Analisis
Standar Belanja, yang mana alat yang dapat mengetahui standar untuk output setiap kegiatan, serta estimasi harga untuk setiap penganggaran kegiatan
bila output tersebut kinerjanya sama. Dokumen penganggaran seringkali dikalahkan dengan produk politik dan birokrasi. Ini yang menyebabkan
kualitas kinerja dari kegiatan tersebut itu tidak maksimal. Sedangkan letak ASB sendiri berada pada bagian perencanaan, artinya sebelum APBD
ditetapkan, ASB harus sudah ada terlebih dahulu. Cara
menyusun Analisis
Standar Belanja
ialah pertama,
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang ada di Pemerintah daerah Dasar Anggaran Satuan Kerja, Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Satuan Kerja
Perangkat Daerah. Kedua, mengidentifikasi jenis kegiatan dengan persamaan output dan cost drivernya, artinya penentu dari anggaran itu yang sama
dikumpulkan sebagai contoh kegiatan diklat A, diklat B, Diklat C, dst. Ketiga, mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi belanja jenis
kegiatan yang tertentukan jumlah orang, jumlah hari, dsb, Berikutnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
membuat modelnya, selanjutnya ialah melakukan model regresi berganda dengan menghubungkan belanja anggaran dengan cost drivernya, dan tahap
yang terakhir ialah melakukan simulasi untuk berbagai kemungkinan indipendent variabel, memasukkan nilai minimum dan maksimum
berdasarkan standar deviasi. Jadi di dalam model tersebut, nantinya terdapat model rata-rata, model minimal, model maksimal, kemudian menghitung
kewajaran alokasi belanja untuk masing-masing kegiatan pengeluaran belanja.
Sebagaimana visi Kabupaten Boyolali yaitu Boyolali pro investasi yang mana visi tersebut telah dijabarkan dalam beberapa misinya peningkatan
pelayanan masyarakat serta mewujudkan masyarakat sehat dan berdaya saing, untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas bagi aparatur dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dan mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, maka pendidikan dan pelatihan adalah
salah satu cara agar visi dari pemerintah kabupaten boyolali dapat tercapai. Pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan sumber daya manusia di daerah
dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Pendidikan dan pelatihan bagi aparatur
Pendidikan dan pelatihan bagi aparatur merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan keterampilan
aparatur daerah. Para aparatur yang mengikuti pelatihan ini diharapkan akan semakin mampu untuk meningkatkan kualitas pelayanannya kepada
masyarakat. 2. Pendidikan dan pelatihan bagi mayarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
Pendidikan dan pelatihan ini merupakan kegiatan yang dibangun untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Elemen
masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan ini diharapkan akan menjadi salah satu bagian dari pendorong perubahan yang cukup baik dalam
kehidupan masyarakat Dalam menyusun APBD, Pemerintah Kabupaten Boyolali belum
sepenuhnya berdasarkan pada penganggaran berbasis kinerja, yang mana belum terlihat jelas kaitan yang erat dengan proses pengelolaan
pencapaian dan juga belum adanya standar analisis belanja, standar biaya, standar pelayanan minimal, perencanaan kinerja dan target kinerja. Hal ini
disebabkan di pemerintah Kabupaten Boyolali belum sepenuhnya menerapkan alat yang menjadi tolok ukur capaian kinerja keberhasilan suatu
program dan kegiatan. Demikian juga sumber daya yang cukup untuk peningkatan implementasi anggaran berbasis kinerja berupa adanya upaya
penyediaan sarana dan prasarana peningkatan kualitas implementasi anggaran berbasis kinerja masih belum terselenggara secara berkelanjutan dalam upaya
perbaikan penganggaran berbasis kinerja. Meskipun saat ini dalam penyusunan anggaran pada masing-masing kegiatan telah berpedoman
berdasarkan anggaran berbasis kinerja, akan tetapi hanya sebatas pemahaman
dari sisi format penganggaran saja dan tidak secara menyeluruh dalam
penerapannya serta belum menggunakan Analisis Standar Belanja meski tetap berpegangan pada standar harga barang dan jasa. Berikut ini tabel yang
menunjukkan perkembangan anggaran dan realisasi belanja daerah Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
Tabel 1.1 Perkembangan Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah
Kabupaten Boyolali,Tahun 2006-2009
No Tahun Anggaran Rp
Realisasi Rp
1 2006
626.294.516.267,00 530.074.202.235,00 84,64 2
2007 811.613.230.000,00 738.497.675.773,00 90,99
3 2008
845.747.630.000,00 793.262.107.869,00 93,79 4
2009 892.987.309.000,00 808.017.387.034,00 90,48
Sumber : Boyolali dalam Angka tahun 2006-2009, Laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009 data diolah
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan anggaran belanja daerah Pemerintah Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan
setiap tahunnya yang mana pada tahun 2006 terdapat anggaran sebesar Rp 626.294.516.267,00 meningkat menjadi sebesar Rp 811.613.230.000,00 pada
tahun 2007, dan lebih tinggi lagi kenaikannya untuk tahun 2009 yaitu sebesar Rp 892.987.309.000,00. Begitu pula dengan realisasi belanja daerahnya.
Menurut penjelasan dimuka, peningkatan anggaran maupun realisasi belanja daerah setiap tahunnya di Kabupaten Boyolali dapat menimbulkan kekurang-
efisiensian dan dapat menimbulkan ketidakwajaran dalam proses penganggaran setiap kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
B. Perumusan Masalah