Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PEMAHAMAN SAP, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN TERHADAP PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
KOTA PEMATANGSIANTAR OLEH :
NAMA : JUNITA PUTRI RAJANA HRP NIM : 050503008
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana
MEDAN
2009
(2)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 10 November 2009 Yang membuat pernyataan
Junita Putri Rajana Hrp NIM 050503008
(3)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, serta senantiasa memberikan kesehatan, kesempatan, dan kekuatan kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Judul skripsi ini adalah “Pengaruh Pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis masih dan akan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki diri lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Terima Kasih yang tidak pernah putus penulis ucapkan kepada Ayahanda Ir. H. Amiruddin Harahap, MM dan Ibunda Hj. Novidawaty. L. Sari Siregar, SE, untuk semua kasih sayang, doa yang tak pernah putus, pengorbanan, serta dukungan yang sangat besar untuk Ananda. Juga untuk kedua adik penulis Ariesa Amalia Hrp dan Atikha Aprilia Hrp atas segala pengertian, dukungan dan hiburan selama ini kepada penulis. Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, yaitu:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(4)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu DR. Erlina, M.Si, Ak selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak dan Bapak Drs. Wahidin Yasin , M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Kepada Walikota/Wakil Pemerintahan Kota Pematangsiantar, seluruh Kepala dan Staf Kedinasan Pemerintahan Kota pematangsiantar, khususnya Kepala dan Staf Badan Penelitian dan Pengembangan Statistik. Saya ucapkan terima kasih atas izin dan dukungan untuk meneliti di instansi Pemerintahan Kota Pematangsiantar, serta bantuan yang telah diberikan hingga memudahkan penyelesaian skripsi ini.
Medan, Desember 2009 Yang membuat pernyataan
Junita. P. Rajana Harahap NIM. 050503008
(5)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk (a) mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh pemahaman SAP, pendidikan dan pelatihan, (b) mengetahui seberapa besar pengaruh dari pemahaman SAP, latar belakang pendidikan dan pelatihan, terhadap penyusunan laporan keuangan, (c) mencoba memberikan saran-saran yang dapat membantu Pemerintah Kota dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi khususnya masalah-masalah yang diteliti yaitu penyusunan laporan keuangan yang dipengaruhi oleh aspek pemahaman SAP, pendidikan dan pelatihan.
Desain penelitian ini assosiatif kausal. Metode pengambilan sample yang digunakan penulis adalah simple random sampling. Jenis data yang digunakan penulis adalah data primer dan data sekunder, adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan survey, dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik. Pengujian asumsi klasik yang digunakan penulis meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedestisitas. Sedangkan model penelitian yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan analisis statistik persamaan regresi linear berganda, adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikan simultan, uji signifikan parsial, dan koefisien determinan.
Hasil penelitian ini yaitu bahwa (a) pemahaman SAP, latar belakang pendidikan, strata pendidikan dan pelatihan, mampu menjelaskan penyusunan laporan keuangan sebesar 9,4%, (b) pemahaman SAP, latar belakang pendidikan, strata pendidikan dan pelatihan, secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap penyusunan laporan keuangan daerah, (c) secara parsial, pemahaman SAP (X1) dan latar belakang pendidikan(X2.1) tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan serta memiliki hubungan yang negatif terhadap penyusunan laporan keuangan daerah. Sedangkan strata pendidikan (X2.2) dan Pelatihan (X3)
mempunyai hubungan yang positif namun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyusunan laporan keuangan daerah
Kata Kunci: Pemahaman SAP, Latar Belakang Pendidikan, Strata Pendidikan, Pelatihan, Penyusunan Laporan Keuangan.
(6)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
ABSTRACT
This research is intended to (a) get a clear view about the effect of understanding SAP, education, and training (b) calculate the effect of understanding SAP, education, and training to the way of making financial statement, (c) give some advices which may assist the City Government in solving its problems especially the discussed problem, that is the way of making financial statement which is affected by understanding SAP, education, and training.
In composing this research, the author use associative causal research design. Sampling method used by the author is simple random sampling. Data type used are primary and secondary data, while the data collecting technique is documentary and survey, and the data processing is done with supporting tools for SPSS program. Classic assumption testing used by the author including normality test, multicolinearity test, and heterokedasticity test. While the research model used by the author is multiple regression statistic analysis, and the hypothesis testing are done with simultan significance test, partial significance test, and determinant coefficient.
The conclusion of this research are (a) understanding SAP, education, and training can explain the way of making financial statement as far as 9,4 percent, (b) understanding SAP, education, and training simultaneously have no a significant effect to the the way of making financial statement, (c) partially, understanding SAP (X1) and educational background (X2.1) have no a significant
and a negative effect to the explain the way of making financial statement. On the other hand, level of education (X2.2)and Training (X3) has a positive effect but
has an unsignificant effect to the way of making financial statement.
Keywords: Understanding SAP, Educational Background, Level of Education, Training, The Way of Making Financial Statement
(7)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR………. ii
ABSTRAK……… iv
ABSTRACT………. v
DAFTAR ISI……… vi
DAFTAR TABEL………... ix
DAFTAR GAMBAR……….. x
DAFTAR LAMPIRAN……….. xi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Perumusan Masalah………. 5
C. Batasan Masalah………... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 6
1. Tujuan Penelitian………. 6
2. Manfaat Penelitian………. 6
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesisi penelitian……….. 7
1. Kerangka Konseptual………. 7
2. Hipotesisi Penelitian………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 9
A. Tinjauan Teoritis……….. 9
1. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)……….. 9
2. Latar Belakang Pendidikan……….. 15
3. Pelatihan………... 17
4. Laporan Keuangan……… 23
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu………. 28
BAB III METODE PENELITIAN………... 29
A. Jenis Penelitian……… 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian………... 29
C. Defenisi dan Pengukuran Variabel Penelitian……… 31
D. Jenis dan teknik Pengumpulan Data……….. 33
E. Pengujian dan Reliabilitas Data………. 34
(8)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
G. Metode Penelitian……… 36
H. Pengujian Hipotesis……… 37
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN………. 40
A. Data Penelitian………. 40
1. Gambaran Umum Pemerintah Kota Pematangsiantar 40
2. Statistik Deskriptif……… 44
3. Hasil Uji Kualitas Data………. 46
4. Hasil Uji Asumsi Klasik……… 50
a. Uji Normalitas……… 50
b. Uji Multikolinearitas……….. 53
c. Uji Heteroskedastisitas……….. 54
5. Hasil Analisis Regresi Berganda……….. 56
6. Hasil Pengujian Hipotesis………. 57
a. Pengujian Signifikan Simultan (Uji-F)... 57
b. Pengujian Simultan Parsial (Uji-t)... 58
c. Koefisien Determinan (R2)... 60
B. Analisis Hasil Penelitian……… 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 63
A. Kesimpulan ……… 63
B. Keterbatasan Penelitan……… 64
C. Saran……… 64
D. Implikasi………. 65
DAFTAR PUSTAKA……… 66
LAMPIRAN……… 69
(9)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
2.1 Penelitian Terdahulu……….. 28
4.1 Hasil Statistik Deskriptif……… 44
4.2 Hasil Uji Validitas Pemahaman SAP……… 47
4.3 Hasil Uji Validitas Latar Belakang Pendidikan…..……….. 48
4.4 Hasil Uji Validitas Pelatihan………. 48
4.5 Hasil Uji Validitas Penyusunan Laporan Keuangan………. 49
4.6 Hasil Uji Validitas Ke-2 Penyusunan Laporan Keuangan … 49 4.7 Hasil Uji Model Kolmogorov-Smirnov ……… 53
4.8 Hasil Uji Gejala Multikolinearitas………. 54
4.9 Hasil Uji – F Hitung……….. 57
4.10 Hasil Uji – T Hitung……….. 58
4.11 Model Summary………. 60
(10)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
1.1 Kerangka Konseptual ... 7
4.1 Normal P – P Plot………... 51
4.2 Histogram………..………. 52
(11)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur organisasi Pemerintahan Kab. Labuhan Batu……… 69
2. Hasil Tabulasi Pemahaman SAP………. 73
3. Hasil Tabulasi Pendidikan……… 74
4. Hasil Tabulasi Pelatihan……….. 75
5. Hasil Tabulasi Penyusunan Laporan Keuangan……….. 76
6. Hasil Reliabilitas dan Validitas Pemahaman SAP……….. 77
7. Hasil Reliabilitas dan Validitas Pendidikan……….... 78
8. Hasil Reliabilitas dan Validitas Pelatihan………... 79
9. Hasil Reliabilitas dan Validitas Penyusunan Laporan Keuangan.... 80
10.Hasil Uji Normalitas………. 82
11.Hasil Uji Heteroskedastisitas dan Multikolinearitas………. 84
12.Uji Signifikan Simultan, Parsial dan Koefisien Korelasi………….. 85
13.Kuesioner……….. 86
14.Jadwal dan Lokasi penelitian……… 89
(12)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belakangan ini banyak terjadi perubahan yang terjadi pada Negara Indonesia yang bersifat signifikan dan fundamental dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintah, yaitu dimana sejak diberlakukannya otonomi daerah secara efektif. Hal ini tertuang sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 22/1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25/1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kemudian implementasi otonomi daerah ini mendapat sambutan dengan adanya pengesahan UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Yang kedua UU Otonomi Daerah ini merupakan revisi terhadap UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 yang sudah tidak berlaku lagi.
Dengan adanya UU Otonomi Daerah yang telah direvisi tersebut, maka secara langsung pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintah daerah yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab. Namun dibalik semua itu, terdapat beberapa kekhawatiran atas munculnya ‘desentralisasi masalah’. Yaitu berupa pelimpahan masalah yang belum dapat ditangani oleh pemerintah pusat untuk pemerintah daerah. Hal ini tergambar dalam UU No. 32/2004 (2004 : 5), “ Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
(13)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia “.
Menurut UU No. 32/ 2004 (2004 : 4), “Otonomi daerah adalah hak wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Dari pengertian tersebut diatas, maka akan tampak bahwa daerah diberi hak otonom oleh pemerintah pusat untuk mengatur dan mengurus kepentingan sendirinya.
Dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dalam pencapaian good
governance, seperti yang tertuang dalam penjelasan bahwa “Otonomi daerah
identik dengan tuntutan akuntabilitas, good governance, dan sebagainya, maka pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang dapat mempertanggung jawabkan kepercayaan masyarakatnya secara jujur (Enho, 2008 : 2).
Salah satu upaya konkrit yang dilakukan dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang baik adalah dengan penyampaian laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah yang baik dan benar dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah diterima secara umun.
Dalam rangka penyusunan dan penghasilan Laporan Keuangan pemerintah yang baik dan benar, yaitu yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan presiden dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang disingkat dengan SAP, tanggal 13 Juni 2005.
(14)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia, sesuai dengan PP No. 24 pada bagian Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan (2005 : 2), “SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintahan”. Namun Roesyanto (2007 : 3) menyatakan bahwa “rata-rata pemerintah daerah belum dapat menyusun laporan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu PP No. 24 Tahun 2005 mnegenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)“. Sehubungan dengan penyusunan laporan keuangan daerah yang sesuai dengan SAP, maka perlu diperhatikan faktor pemahaman terhadap SAP agar hasil dari laporan keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan.
Selain pemahaman terhadap SAP, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pendidikan terhadap perangkat yang ada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pendidikan yang dimaksud dilihat dari dua sisi, yaitu latar belakang pendidikan dan strata pemdidikan. Dengan memperhatikan pendidikan dari perangkat SKPD, maka akan berhubungan dengan tingkat pemahaman terhadap SAP sehingga akan membantu dalam penyusunan laporan keuangan daerah. Hal ini sejalan dengan fenomena atas penelitian oleh King dalam Efendi (2005) tentang penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di beberapa daerah seperti kota atau kabupaten di Indonesia, menyimpulkan bahwa : “penempatan PNS sering tidak sesuai dengan kapasitas pegawai yang bersangkutan”. Sejalan dengan hal tersebut menurut Menpan (2006), “tingkat pendidikan birokrasi negara Indonesia sebagian besar berpendidikan SLTA ke bawah dan rendahnya tingkat
(15)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
pendidikan ini sangat memengaruhi inovasi dan kreatifitasnya dalam mengambil keputusan”. Hal ini tentu sangat memprihatinkan dimana seharusnya dalam penyusunan Laporan Keuangan dibutuhkan sumber daya yeng benar-benar berkualitas.
Selain itu perlu juga diperhatikan faktor pelatihan dalam mendukung perangkat SKPD dalam penyusunan laporan keuangan. Pelatihan ini dimaksudkan agar perangkat SKPD tidak mengalami kesulitan dalam menyusun laporan keuangan daerah karena telah terbiasa melalui adanya pelatihan. Hal tersebut senada dengan pendapat Latoirner dalam Saksono (1993) bahwa “para pegawai dapat berkembang lebih pesat dan lebih baik serta bekerja lebih efisien apabila sebelum bekerja mereka menerima latihan di bawah bimbingan dan pengawasan seorang instruktur yang ahli” serta Dessler (1995) yang menyatakan bahwa “kebutuhan pendidikan dan pelatihan (training need) bagi suatu organisasi pada hakekatnya muncul dikarenakan adanya masalah-masalah yang mengganggu kinerja organisasi itu, seperti penurunan prestasi”. Begitu juga dengan Simanjuntak (1983 : 226) dalam Kurnia (2005) yang menyatakan bahwa “pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat”. Namun Menpan (2005) menyatakan “pendidikan dan pelatihan pegawai yang berlaku dewasa ini bersifat formalitas guna memenuhi persyaratan jabatan”. Akibatnya pendidikan dan pelatihan yang dilakukan kurang efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh dari pemahaman terhadap SAP, dan latar belakang
(16)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
pendidikan terhadap penyusunan laporan keuangan daerah dalam sebuah skripsi berjudul “Pengaruh Pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar “
B. Perumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang serta fakta-fakta diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ Apakah pemahaman SAP, pendidikan dan pelatihan berpengaruh secara Simultan dan Parsial terhadap penyusunan laporan keuangan SKPD Kota Pematangsiantar “
C. Batasan Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan beberapa pertimbangan lainnya, maka penulis melakukan beberapa batasan atas masalah yang akan diteliti, yaitu antara lain :
a. Penelitian ini dibatasi oleh aspek Akuntansi Sektor Publik untuk menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi penyusunan laporan keuangan SKPD yaitu : pemahaman terhadap SAP, pendidikan, yang terbagi atas latar belakang dan strata pendidikan, serta pelatihan.
b. Penelitian ini hanya mengambil lokasi pada pemerintah kota Pematangsiantar.
(17)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman SAP, pendidikan, dan pelatihan terhadap perangkat SKPD baik secara parsial dan simultan terhadap penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kota Pematangsiantar.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti, diharapkan melalui penelitian ini agar dapat memperdalam pengetahuan peneliti tentang pengaruh pemahaman terhadap SAP, pendidikan (latar belakang dan strata pendidikan), serta pelatihan baik secara parsial dan simultan terhadap penyusunan Laporan Keuangan Daerah.
b. Bagi Pemerintah Daerah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang terkait di pemerintah daerah. Disamping itu, melalui penelitian ini pemerintah daerah juga diharapkan dapat menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, serta dapat meningkatkan SDM dalam menyusun laporan keuangan daerah melalui pemahaman terhadap SAP, pendidikan, dan pelatihan.
c. Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
(18)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis A. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian pendahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh SKPD kota Pematangsiantar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyusunan tersebut. Beberapa dari faktor itu adalah antara lain : Pemahaman SAP, Pendidikan (latar belakang dan strata pendidikan) serta pelatihan perangkat
Pemahaman SAP (X1)
Latar Belakang Pendidikan (X2.1)
Strata Pendidikan (X2.2)
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota
Pematangsiantar
Pelatihan (X3)
(19)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
kerja pemerintah daerah dalam rangka pencapaian penyusunan dan penghasilan Laporan Keuangan pemerintah yang baik dan benar, yaitu yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan.
B. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut : “Pemahaman SAP, Pendidikan, dan Pelatihan berpengaruh secara Simultan dan Parsial terhadap keberhasilan penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar”.
(20)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) a. Pengertian SAP
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, “Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah”. SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Lingkungan akuntansi pemerintahan sebagaimana yang terungkap di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan:
a. Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakterisitik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.
b. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
1) Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan: a) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan;
b) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah;
c) Adanya pengaruh proses politik;
d) Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan Pemerintah.
2) Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:
a) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target-target fiskal, dan sebagai alat pengendalian;
b) Investasi dalam asset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan;
(21)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
c) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian.
b. Sejarah SAP
1. Latar Belakang Terbitnya SAP
Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar
Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam KMK 308/KMK.012/2002. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
2. Proses penyiapan SAP
Komite standar yang dibentuk oleh Menteri Keuangan sampai dengan tahun pertengahan tahun 2004 telah menghasilkan draf Standar Akuntansi Pemerintahan yang terdiri dari Kerangka konseptual dan 11 pernyataan standar, kesemuanya telah disusun melalui due process.
Dalam Pengantar SAP (2005 : 5) dijelaskan tahap-tahap penyiapan SAP sebagai berikut:
1) Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik-topik akuntansi dan pelaporan yang berkembang yang memerlukan pengaturan dalam bentuk pernyataan standar akuntansi pemerintahan.
(22)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
KSAP dapat membentuk Pokja yang bertugas membahas topik-topik yang telah disetujui. Keanggotaan Pokja ini berasal dari berbagai instansi yang kompeten di bidangnya.
3) Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
Untuk pembahasan suatu topik, Pokja melakukan riset terbatas terhadap literatur-literatur, standar akuntansi yang berlaku di berbagai negara, praktik-praktik akuntansi yang sehat (best
practices), peraturan-peraturan, dan sumber-sumber lainnya yang
berkaitan dengan topik yang akan dibahas. 4) Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja
Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan lainnya, Pokja menyusun draf SAP. Draf yang telah selesai disusun selanjutnya dibahas oleh Pokja secara mendalam.
5) Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
Draf yang telah disusun oleh Pokja tersebut dibahas oleh anggota Komite Kerja. Pembahasan ini lebih diutamakan pada substansi dan implikasi penerapan standar. Dengan pendekatan ini diharapkan draf tersebut menjadi standar akuntansi yang berkualitas. Dalam pembahasan ini tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari draf awal yang diusulkan oleh Pokja. Pada tahap ini, Komite Kerja juga melakukan diskusi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk menyamakan persepsi.
6) Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
Komite Kerja berkonsultasi dengan Komite Konsultatif untuk pengambilan keputusan peluncuran draf publikasian SAP.
7) Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
KSAP melakukan peluncuran draf SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada stakeholders, antara lain masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan.
8) Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings)
Dengar pendapat dilakukan dua tahap, yaitu dengar pendapat terbatas dan dengar pendapat publik. Dengar pendapat terbatas dilakukan dengan mengundang pihak-pihak dari kalangan akademisi, praktisi, pemerhati akuntansi pemerintahan untuk memperoleh tanggapan/masukan dalam rangka penyempurnaan draf publikasian.
Dengar pendapat publik merupakan proses dengar pendapat dengan masyarakat yang berkepentingan terhadap SAP. Tahapan ini dimaksudkan untuk meminta tanggapan masyarakat terhadap draf SAP.
9) Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian KSAP melakukan pembahasan atas tanggapan/masukan yang diperoleh dari dengar pendapat terbatas, dengar pendapat publik
(23)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
dan masukan lainnya dari berbagai pihak untuk menyempurnakan draf publikasian.
10)Finalisasi Standar
Dalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan pertimbangan dari BPK. Disamping itu, tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan substansi, konsistensi, koherensi maupun bahasa. Finalisasi setiap PSAP oleh seluruh anggota KSAP.
3. Penetapan SAP
Proses penetapan PP SAP berjalan dengan Koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan Departemen Hukum dan HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan oleh Presiden pada tanggal 13 Juni 2005.
4. Sosialisasi Awal SAP
KSAP melakukan sosialisasi awal standar kepada para pengguna.
Bentuk sosialisasi awal yang dilakukan berupa seminar/diskusi dengan para pengguna, program pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers
(TOT), dan lain-lain.
c. Komponen Pernyataan SAP
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 24 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan memuat sebelas pernyataan, yaitu:
a. Penyajian Laporan Keuangan
Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yg ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
(24)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos asset, kewajiban dan ekuitas dana.
b. Laporan Realisasi Anggaran
Tujuan pernyataan standar ini adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Laporan Arus Kas
Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi asset non keuangan, pembiayaan dan nonanggaran selama satu periode akuntansi. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, pengunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggung jawaban dan pengambilan keputusan.
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Tujuan pernyataan standar ini mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
e. Akuntansi Persediaan
Tujuan pernyataan standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
f. Akuntansi Investasi
Tujuan pernyataan standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan keuangan.
g. Akuntansi Aset Tetap
Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk asset tetap. Masalah utama akuntansi untuk aset tetap adalah saat pengakuan aset, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat ( carrying value) asset tetap. Pernyataan Standar ini mensyaratkan bahwa aset tetap dapat diakui sebagai aset jika
(25)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan suatu aset dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
h. Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan dengan metode nilai historis. Masalah utama akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan adalah jumlah biaya yang diakui sebagai asset yang harus dicatat sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
Pernyataan standar ini memberikan panduan untuk:
1) Identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai konstruksi dalam pengerjaan ;
2) Penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca ;
3) Penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi i. Akuntansi Kewajiban
Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut.
j. Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa.
k. Laporan Keuangan Konsolidasi
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan konsolidasian pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) demi meningkatkan kualitas dan
kelengkapan laporan keuangan dimaksud. Dalam standar ini, yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
(26)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
2. Pendidikan
Pendidikan dilihat dari dua sisi, yaitu latar belakang pendidikan dan strata pendidikan dari perangkat SKPD.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, da
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di yaitu:
• Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik it berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
• Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya. Masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Strata Pendidikan merupakan jenjang/ tingkatan yang ditempuh dalam pendidikan, terbagi atas :
(27)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
1.
Pendidikan dasartahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
2.
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun (termasuk pendidikan dasar). Pendidikan Menengah terbagi atas : Pendidikan Menengah pertama dan pendidikan Menengah Atas, dimana masing-masing pendidikan ditempuh selama 3 tahun.
3.
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA
(28)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
3. Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan
Peningkatan SDM melalui pelatihan (training) sangat penting untuk meningkatkan serta mempertahankan profesionalisme para pegawai (Roesyanto, 2005 : 13). Dalam jangka pendek pelatihan merupakan suatu cara yang cukup strategis dalam membantu upaya peningkatan SDM suatu organisasi baik di pabrik maupun di kantor. Program pelatihan yang direncanakan dan berkesinambungan dapat mendorong para pegawai untuk meningkatkan serta mempertahankan profesionalismenya, sehingga akan berdampak pada kinerja mereka dan pada akhirnya akan dapat peningkatan kompetensi dan performa pegawai. Terdapat beberapa pengertian dari pelatihan yang dapat digunakan mendefinisikan pelatihan (training), diantaranya adalah:
b. Menurut Ruky (2001) dalam Estiningsih (2008), “Pelatihan adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang dan dalam pekerjaan lain yang terkait dengan yang sekarang dijabatnya, baik secara individu maupun sebagai bagian dari sebuah team kerja”.
b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), “Pelatihan adalah proses melatih; kegiatan atau pekerjaan”.
c. Menurut Cross dalam Maydina (2007), “Pelatihan (training) diukur dari apa yang dapat kamu lakukan setelah kamu menyelesaikan masa pelatihan itu. Training adalah melakukan. Training meningkatkan performance”. d. Menurut Notoadmodjo (1992), “Pelatihan merupakan bagian dari suatu
proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang”.
(29)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
f. Menurut Otto dan Glasser dalam Martoyo (1992), “Pelatihan (training) adalah usaha-usaha peningkatan pengetahuan maupun keterampilan pegawai, sehingga didalamnya sudah menyangkut pengertian pendidikan (education)”.
g. Menurut Sikula (1976) dalam Munandar (1978), “Training adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, dimana tenaga kerja non-manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu”.
h. Menurut Westerman dan Donoghue (1992), “Pelatihan sebagai pengembangan secara sistimatis pola sikap/pengetahuan/keahlian yang diperlukan oleh seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara memadai”.
j. Menurut Miarso dalam Maydina (2007), “Pelatihan adalah peningkatan kemampuan secara khusus dalam suatu lingkungan kerja”.
Martoyo (1992) menyatakan bahwa meskipun ada perbedaan-perbedaan antara pengertian pendidikan dengan pelatihan, namun perlu disadari bersama bahwa baik latihan (training) maupun pengembangan/pendidikan (development), kedua-duanya menekankan peningkatan keterampilan ataupun kemampuan dalam
(30)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
b. Jenis-jenis Pelatihan
Jenis-jenis pendidikan dan pelatihan sebagaimana terungkap dalam Peraturan Pemerintah No.101/2000 :
a. Diklat Prajabatan
Diklat prajabatan adalah diklat yang dilaksanakan sebagai syarat pengangkatan calon PNS menjadi PNS. Diklat prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian, dan etika PNS, di samping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayanan masyarakat. Diklat prajabatan terdiri atas: 1) Diklat prajabatan golongan I untuk menjadi PNS golongan I; 2) Diklat prajabatan golongan II untuk menjadi PNS golongan II; 3) Diklat prajabatan golongan III untuk menjadi PNS golongan III. b. Diklat dalam jabatan
Diklat dalam jabatan adalah diklat yang dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan , keterampilan dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. Diklat dalam jabatan terdiri atas:
1) Diklat kepemimpinan (Diklatpim), yaitu diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Diklatpim terdiri atas:
a) Diklatpim tingkat IV, yaitu diklatpim untuk jabatan struktural eselon IV;
b) Diklatpim tingkat III, yaitu diklatpim untuk jabatan struktural eselon III;
c) Diklatpim tingkat II, yaitu diklatpim untuk jabatan struktural eselon II; dan
d) Diklatpim tingkat I, yaitu diklatpim untuk jabatan struktural eselon I.
2) Diklat fungsional, yaitu diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing.
3) Diklat teknis, yaitu diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS. Kedua diklat tersebut (fungsional dan teknis) untuk masing-masing jabatan ditetapkan oleh instansi pembina jabatan fungsional dan instansi teknis yang bersangkutan.
(31)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
c. Metode Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan
Estiningsih (2008) menyatakan ada dua strategi pendidikan / pelatihan yang dapat dilakukan organisasi, yaitu metode di luar pekerjaan (off the job side) dan metode di dalam pekerjaan (on the job side).
a. Metode di luar pekerjaan (off the job side)
Pada metode ini pegawai yang mengikuti pendidikan atau pelatihan keluar
sementara dari pekerjaannya, mengikuti pendidikan dan pelatihan secara intensif. Metode ini terdiri dari 2 teknik, yaitu :
1) Teknis presentasi informasi, yaitu menyampaikan informasi yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan baru kepada peserta. Teknik ini dapat dilakukan melalui ceramah biasa, teknik diskusi, teknik pemodelan perilaku (behavioral modelling), model kelompok T, yaitu mengirim pekerja ke organisasi yang lebih maju untuk mempelajari teori dan mempraktikkannya.
2) Teknik simulasi, yaitu meniru perilaku sedemikian rupa sehingga
peserta pendidikan dan latihan dapat merealisasikan seperti keadaan sebenarnya. Teknik ini seperti: simulator alat-alat kesehatan, studi kasus
(case study), permainan peran (role playing), dan teknik dalam keranjang
(in basket), yaitu dengan cara memberikan bermacam-macam masalah dan
peserta diminta untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan teori dan pengalamannya.
b. Metode di dalam pekerjaan (on the job side)
(32)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
yang berpengalaman atau senior (Wilson, 1983; Sloane dan Witney, 1988). Pekerja yang senior yang bertugas membimbing pekerja baru diharapkan memperlihatkan contoh-contoh pekerjaan yang baik, dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan yang jelas.
Selain kedua metode diatas, Estiningsih (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa metode lain yang dapat dilakukan dalam organisasi, sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan organisasi langsung di tempat kerja, yaitu belajar sendiri (self-learning), tutorial, studi kasus, gugus kendali mutu. a. Self-Learning (belajar sendiri)
Belajar secara mandiri merupakan suatu pembelajaran melalui modul , yaitu materi yang berisi langkah-langkah proses belajar yang sistematis. Modul disusun sedemikian rupa, sehingga peserta atau pembaca modul dapat dengan mudah dituntun untuk mempelajarinya angkah demi langkah. Kelebihan dari cara pembelajaran ini adalah menjamin kemampuan belajar tiap peserta, dapat menjangkau banyak peserta serta dengan cepat dapat menilai kecakapannya. Sedangkan kelemahannya, memerlukan banyak waktu dalam menyusul modul dan biaya pembuatan modul tinggi. Dalam hal ini diperlukan motivasi yang kuat dari peserta untuk belajar.
b. Tutorial
Tutorial adalah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan tugas baca pada suatu kelompok dengan topik tertentu yang kemudian didiskusikan dalam kelompok tersebut. Tujuan dari cara ini adalah untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap materi. Dalam sistem ini
(33)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
perserta berinteraksi melalui diskusi ilmiah berdasarkan referensi yang tersedia dan hasilnya disusun dalam suatu makalah untuk kemudian dipresentasikan. Kelebihan metode ini adalah analisis suatu topik dibahas secara mendalam, sehingga menjamin dasar ilmiahnya dan terjadinya interaksi dalam kelompok. c. Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu metode pembelajaran dengan mengajak peserta menganalisis masalah dan memilih alternatif-alternatif pemecahan masalah. Metode ini bertujuan untuk membantu peserta mengembangkan daya intelektualnya dan keterampilan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
d. Gugus Kendali Mutu
Gugus Kendali Mutu merupakan proses perbaikan kinerja staf secara terus menerus, melalui suatu wadah yang melibatkan staf pada tingkat pelaksana dalam kelompok kecil (3-8 orang) dan berada dalam satu lingkup kerja yang sama. Tujuan dari Gugus Kendali Mutu ini adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan semua staf berperan serta dalam memecahkan masalah di tempat kerjanya, guna meningkatkan mutu dan produktifitas kerja.
(34)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
4. Laporan Keuangan
a. Pengertian , Dasar Hukum, dan Asumsi Dasar Laporan Keuangan Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan
upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan dalam suatu laporan keuangan (Kerangka Konseptual SAP, 2005 : 7). Berikut ini beberapa definisi mengenai laporan keuangan yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:
a. Menurut Harnanto (1987 : 9), “Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi, yang meliputi neraca, perhitungan rugi laba dan laba yang ditahan. laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan”.
b. Menurut Munawir (2000 : 2), “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi vang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikaxi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak vang berkepentingan dengan utau aktivitas pcrusahaan tersebut”
c. Menurut Sawir (2001 : 2), “Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba ditahan, dan laporan posisi keuangan”.
(35)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
d. Menurut Warren et al (2005 : 24), “Laporan keuangan adalah laporan akuntansi yang dibuat setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan yang menghasilkan informasi bagi pemakainya”.
Sedangkan dalam Pernyataan No.1 SAP (2005 : 1), “Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna”. Yang dimaksud dengan pengguna pada pengertian diatas adalah masyarakat, legislatif, lembaga, pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah (Pernyataan No.1 SAP : 1).
Dalam Kerangka Konseptual SAP, pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain :
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, khususnya bagian yang mengatur keuangan negara;
b. Undang-undang di bidang keuangan negara;
c. Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah
daerah, khususnya yang mengatur keuangan daerah;
e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah;
f. Ketentuan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah;
g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan daerah.
Dalam Kerangka Konseptual SAP juga dijelaskan mengenai asumsi dasar dalam pelaporan keuangan. Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan (Kerangka
(36)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Konseptual SAP, 2005 : 9). Asumsi dasar tersebut, yaitu asumsi kemandirian entitas, asumsi kesinambungan entitas, asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
a. Asumsi kemandirian entitas
Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupu n akuntansi, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh.
b. Asumsi kesinambungan entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya.
c. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement)
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
b. Peranan dan Tujuan Laporan Keuangan
Peranan laporan keuangan sebagaimana tertuang dalam Kerangka Konseptual SAP (2005 : 6), yaitu :
a. Untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
b. Untuk menilai kondisi keuangan.
(37)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
d. Untuk membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Selain peranan laporan keuangan seperti yang telah dijelaskan diatas, maka terdapat juga tujuan laporan keuangan sebagaimana yang tercantum dalam Kerangka Konseptual SAP (2005 : 7), yaitu:
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumbr-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
c. Komponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan sebagaimana yang terdapat pada Pernyataan No.1 SAP (2005 : 7), yaitu:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah serta menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur, yaitu pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
(38)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos, yaitu kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, ekuitas dana.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan non-anggaran.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh SAP serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
(39)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Nama Peneliti
(Tahun Penelitian)
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1. Indah (2008) Pengaruh
Sumber Daya Manusia dan Perangkat Pendukungnya terhadap keberhasilan penerapan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 pada Pemerintah Kota Medan Independen Variabel : Sumber Daya Manusia dan Perangkat Pendukung Dependen Variabel : keberhasilan Penerapan Pemerintah No.24 tahun 2005 Sumber Daya Manusia dan perangkat pendukungnya mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keberhasilan penerapan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 2. Yohanes (2008) Pengaruh
Pemahaman SAP,
Pendidikan dan Pelatihan , serta Latar Belakang Pendidikan dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Medan Independen Variabel : pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan, serta Latar belakang pendidikan. Dependen Variabel : Penyusunan Laporan Keuangan Pemahaman SAP, Pendidikan dan Pelatihan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan yang negatif,sedangk an latar belakang pendidikan mempunyai hubungan positif namun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyusunan Lap.Keuangan.
(40)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi untuk memecahkan suatu masalah dan menguji hipotesis penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara tiga variabel atau lebih (Sugiyono,2004:11). Oleh karena itu, penelitian ini akan menjelaskan pengaruh antara variabel pemahaman SAP, latar belakang pendidikan, dan pelatihan terhadap penyusunan Laporan Keuangan Daerah. Dimana data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi. Dimensi waktu penilitian ini adalah cross sectional, yaitu melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala SKPD dan staf PPK-SKPD yang terlibat dalam penyusunan Laporan Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Pematangsiantar, yaitu sebanyak 13 SKPD dan untuk masing – masing SKPD terdiri dari 3 orang, maka jumlah populasinya adalah sebanyak 39 orang.
(41)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Metode pengambilan sampel adalah simple random sampling. Langkah – langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. kuesioner dikirim kepada semua anggota populasi,
2. setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden.
3. setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data belum mencukupi, maka akan dicoba lagi untuk mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan kuesioner tersebut.
Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
a. Merupakan staf yang bertanggung jawab langsung atau memiliki garis komando langsung terhadap kepala SKPD sebagai penanggung jawab utama (berdasarkan tupoksi dan struktur organisasi), yaitu seluruh sekretaris dan kepala bidang dari seluruh dinas di Pemerintah Kota Pematang Siantar (13 dinas),
b. Responden pernah ikut dalam partisipasi penyusunan laporan keuangan dalam dinas tempatnya bekerja sekarang minimal satu kali.
(42)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
C. Definisi Operasional dan pengukuran Variabel
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala Penelitian Dependen Variabel Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Penyusunan Laporan Keuangan Daerah adalah melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan dalam suatu Laporan Keuangan.
Penyusunan Laporan Keuangan Daerah diukur berdasarkan
kemampuan Kepala SKPD dan staf SKPD dalam memahami dan mengetahui partisipasi dan tanggung jawabnya dalam penyusunan Laporan Keuangan. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 (SA = sangat ada ), skor 4 (A = ada), skor 3 (TT = tidak tahu), skor 2 (TA = tidak ada), dan skor 1 (STA = sangat tidak ada)
Interval Independen Variabel -Pemahaman terhadap SAP -Pemahaman terhadap SAP adalah yaitu pemahaman atas standar akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Laporan Keuangan Daerah menurut SAP terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, serta Catatan atas Laporan Keuangan. Pemahaman SAP juga terkait dengan
pemahaman atas lingkup SAP serta 11 pernyataan dalam SAP.
Pemahaman terhadap SAP diukur berdasarkan kemampuan Kepala SKPD dan staf SKPD dalam memahami SAP untuk menyusun Laporan Keuangan Daerah. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 (SP = sangat paham ), skor 4 (P = paham), skor 3 (TT = tidak tahu), skor 2 (TP = tidak paham), dan skor 1 (STP = sangat tidak paham
(43)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
-Latar belakang pendidikan
-Latar belakang Pendidikan adalah tingkatan pendidikan yang ditempuh oleh perangkat kerja daeraht terkait dengan
penyusunan laporan keuangan daerah.
Latar belakang Pendidikan dikur berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh perangkat kerja daerah terkait dengan tugasnya dalam menyusun laporan keuangan daerah. Variabel ini diukur dengan skala guttman yaitu jawaban secara tegas “ya-tidak”, “pernah-tidak pernah” dan lain-lain terhadap pertanyaan yang diajukan. Skor 1 untuk jawaban latar belakang pendidikan Ekonomi-Akuntansi, dan skor 0 untuk jawaban diluar Ekonomi-Akuntansi.
Nominal
- Pelatihan - Pelatihan adalah adanya peningkatan atas nilai penyusunan laporan keuangan daerah melalui pembelajaran yang diadakan oleh pemerintah daerah dengan menggunakan tenaga pengajar yang ahli di bidangnya terhadap perangkat kerja daerah yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan daerah.
Pendidikan dan pelatihan diukur berdasarkan seberapa sering perangkat kerja mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam penyusunan laporan keuangan daerah. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 (SP = sangat pernah), skor 4 (P = pernah), skor 3 (TT = tidak tahu), skor 2 (J = jarang), dan skor 1 (TPSS = tidak pernah sama sekali)
Interval
(44)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yaitu : data primer. Data primer merupakan data yang belum diolah yang diperoleh dari jawaban kuisioner yang telah diisi oleh Kepala SKPD dan staff SKPD yang terlibat dalam penyusunan Laporan Keuangan Daerah, dan hasil wawancara berupa tanya jawab langsung maupun diskusi dengan pihak - pihak yang terkait. Instrumen dalam kuesioner baik untuk pemahaman terhadap SAP dan latar belakang pendidikan, serta penyusunan laporan keuangan daerah adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti yang mengikuti prinsip dalam penulisan angket, yaitu prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik (Sekaran (1992) dalam Sugiyono (2007 : 135)).
E. Pengujian Validitas dan Reabilitas Data 1. Pengujian Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen, sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukurnya (Ancok, 1998 : 120). Menurut Hakim (1999) dalam Widyastuti (2000), “Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain ketidakpatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner”.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kriteria sebagai berikut :
(45)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
b. Jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak
valid.
c. r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total corelation.
2. Pengujian Reliabilitas Data
Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama.
Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan, maka peneliti menggunakan koefisien cronbach alpha. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 (Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2005 : 42)).
F. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian: 1). Normalitas, 2). Multikolinearitas, dan 3). Heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Tujuan Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell Shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.
(46)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-Smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi nomal dapat dilihat dari:
a. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.
b. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka ditribusi data adalah normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
b. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas, yaitu :
(47)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
a. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.
b. Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari model penelitian, jika nilai VIF diatas 2 (Hair,1998:99), maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian.
3. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Erlina, 2007 : 108).
F. Metode Penelitian
Untuk menentukan hubungan yang berlaku antara pemahaman terhadap SAP, latar belakang pendidikan terhadap penyusunan Laporan Keuangan Daerah pada pemerintah Kota Pematang Siantar.
Analisis statistik yang digunakan adalah persamaan Regresi Linear, dengan model persamaan sebagai berikut :
(48)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Dimana : Y = penyusunan Laporan Keuangan Daerah X1 = Pemahaman terhadap SAP
X2.1 = Latar belakang pendidikan
X2.2 = Strata Pendidikan
X3 = Pelatihan
a = konstanta
b1 = koefisien regresi Pemahaman terhadap SAP
b2.1 = koefisien regresi Latar belakang pendidikan
b2.2 = koefisien regresi Strata pendidikan
b3 = koefisien regresi Pelatihan
= tingkat kesalahan pengganggu.
H. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji ini pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Bentuk pengujiannya :
Ho : b1 = b2 = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan
(49)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Kriteria pengambilan keputusan :
Jika probabilitas < 0.10, maka Ha diterima
Jika probabilitas > 0.10, maka Ha ditolak.
2. Pengujian Simultan Parsial (Uji-t)
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
Bentuk pengujiannya adalah :
Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen. Krteria pengambilan keputusan :
Jika probabilitas < 0.10, maka Ha diterima
Jika probabilitas > 0.10, maka Ha ditolak.
3. Koefisien Determinan (R2)
Pengujian koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen (Ghozali, 2005 : 83). Selanjutnya, Ghozali (2005 : 83) menerangkan bahwa koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R² ≤ 1). Hal ini berarti bila R²=0 menunjukan tidak adanya pengaruh antara
(50)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
variabel independen terhadap variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati 1 menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
(51)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Pemerintah Kota Pematang Siantar a. Sejarah Ringkas Pemerintah Kota Pematang Siantar
Kota Pematangsiantar yang terletak pada garis 3º01’09” - 2º54’40” lintang utara dan 99º6’23” - 99º1’10” Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun dengan luas 79,97 km2 dan terletak 400 meter di atas permukaan laut.
Secara topografis dan klimatologi wilayah kota Pematangsiantar memiliki luas daratan sebesar 79,97 km2 atau sekitar 0,11% dari luas Propinsi Sumatera Utara yang terletak 400meter diatas permukaan laut. Karena terletak dekat dengan daerah khatulistiwa Kota Pematansiantar tergolong ke dalam daerah tropis dan memiliki kontur permukaan yang datar, beriklim sedang dengan suhu maksimum rata-rata 30,1ºC dan suhu minimum rata-rata 20,6 ºC pada tahun 2005.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 Kota daerah Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan yang terdiri atas 29 Desa/ Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 Km2 yang peresmiannya silaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982.
Secara administrasi wilayah kota Pematang Siantar terbagi menjadi 7 (tujuh) kecamatan yaitu :
1) Kecamatan Siantar Barat 2) Kecamatan Siantar Timur 3) Kecamatan Siantar Utara 4) Kecamatan Siantar Selatan 5) Kecamatan Siantar Marihat 6) Kecamatan Siantar Martoba 7) Kecamatan Siantar Sitalasari
(52)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
b. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Pematang Siantar
Pemerintah Kota Pematang Siantar dipimpin oleh seorang walikota Pematang Siantar dan wakil walikota. Yang mana masa jabatannya dalam satu periode adalah lima tahun dan dapat dipilih kembali pada periode berikutnya melalui pilkada, dan hanya dapat dipilih selama dua periode.
Adapun tugas-tugas walikota dan wakil walikota secara ringkas adalah: 1. Memimpin jalannya pemerintahan kota pematang siantar
2. Membuat kebijakan-kebijakan
Walikota dan wakil walikota melimpahi sebagian wewenangnya kepada Sekretariat Daerah (Sekda) untuk menjalankan tugas-tugas kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Adapun tugas – tugas Sekda adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan kebijakan pemerintah daerah
2. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah
3. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah 4. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah
Tugas-tugas Sekda dibantu oleh para asisten kepala dinas dan kepala badan di lingkungan kota Pematangsiantar, yang terdiri dari tiga asisten, tiga belas dinas, sepuluh badan, dua kantor, Satuan Polisi Pamong Praja, Inspektorat, RSUD, sekretariat DPRD dengan rincian sebagai berikut :
(53)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Untuk asisten administrasi pemerintahan dan kesejahteraan rakyat membawahi tiga bagian yaitu:
a) Bagian Administrasi Pemerintahan Umum, b) Bagian Adnibistrasi Kesejahteraan Rakyat, c) Bagian Administrasi Kemasyarakatan, dan d) Bagian Humas dan Prokoler.
2) Asisten Administrasi Perekonomian Pembangunan
Untuk asisten administrasi perekonomian pembangunan membawahi 3 bagian yaitu;
a) Bagian Administrasi Perekonomian, dan b) Bagian Administrasi Pembangunan. 3) Asisten Administrasi Umum
Untuk asisten administrasi umum membawahi 2 bagian yaitu: a) Bagian Hukum dan Perundang-undangan
b) Bagian Organisasi, Tata Laksana, dan Administrasi Pengangkatan Aparat,
c) Bagian Administrasi Keuangan dan Asset d) Bagian Administrasi Umum dan Perlengkapan 4) Dinas-dinas
Dinas-dinas yang terbagi oleh: a) Dinas Pendidikan,
b) Dinas Kesehatan,
(54)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
d) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, e) Dinas Pekerjaan Umum,
f) Dinas Koperasi dan Usaha Mikrokecil dan Menengah, g) Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, h) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah, i) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
j) Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, k) Dinas Perikanan dan Peternakan,
l) Dinas Pertambangan dan Energi, m) Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 5) Badan-badan
Untuk Badan terbagi oleh:
a) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
b) Badan Kesatuan Bangsa, politik dan Perlindungan Masyarakat, c) Badan Lingkungan Hidup,
d) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, e) Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik, f) Badan Pemberdayaan Masyarakat,
g) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, h) Badan Investasi dan Penanaman Modal Daerah,
i) Badan Pelayanan Perizinan Terpadu,
j) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 6) Kantor Satuan Polisi Pamong Praja,
(55)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
7) Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, 8) Inspektorat,
9) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, 10) Sekretariat DPRD.
Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Pematangsiantar yang berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 2 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan tata kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Staf Ahli Walikota Daerah Pematangsiantar.
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standart deviation (simpangan baku) data yang digunakan dalam penelitian. Data statistik deskriptif ditampilkan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1
Hasil statistik deskriptif
De scri ptive Statistics
39 1,38 4,63 3,3462 ,79081
30 2,00 5,00 3,7500 ,72813
39 1,00 5,00 2,7244 1,44504
39 3 12 4,95 2,513
30 SA P
PLKD PP SP
Valid N (lis twis e)
N Minimum Maximum Mean St d. Deviat ion
Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa :
(1)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
UJi Heteroskesdastisitas
2 1
0 -1
-2
Regression Standardized Predicted Value
4
2
0
-2
-4
R
egressi
on
S
tudent
iz
ed
R
esi
dual
Dependent Variable: PLKD Scatterplot
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
4.821 3.831 1.258 .217
-.972 1.353 -.125 -.719 .477
.199 .256 .146 .778 .442
-.029 .098 -.057 -.294 .770
.112 .105 .187 1.061 .296
(Constant) LBP SP SAP PP Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: PLKD a.
(2)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Lampiran 12
Uji Hipotesis Signifikan Simultan
ANOV Ab
42.201 4 10.550 .878 .488a
408.722 34 12.021
450.923 38 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean S quare F Sig.
Predic tors: (Constant), PP, LBP , SP , SA P a.
Dependent Variable: PLKD b.
Uji Hipotesis Signifikan Parsial
Coefficientsa
4.821 3.831 1.258 .217
-.972 1.353 -.125 -.719 .477 -.167 -.122 -.117 .883 1.132
.199 .256 .146 .778 .442 .227 .132 .127 .762 1.312
-.029 .098 -.057 -.294 .770 -.097 -.050 -.048 .718 1.393
.112 .105 .187 1.061 .296 .182 .179 .173 .854 1.171
(Constant) LBP SP SAP PP Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: PLKD a.
Koefisien Korelasi
Model Summaryb
.306a .094 -.013 3.467 .567
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson Predictors: (Constant), PP, LBP, SP, SAP
a.
Dependent Variable: PLKD b.
(3)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Medan, Juli 2009
Perihal : Permohonan dan Pengisian Kuesioner Penelitian Lampiran : Kuesioner Penelitian
Kepada : Yth. Bapak/ Ibu Kepala Dinas...
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penelitian saya untuk skripsi yang berjudul
“PENGARUH PEMAHAMAN SAP, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN TERHADAP PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR “, dengan ini saya
mengajukan sejumlah kuesioner penelitian.
Saya memohon kesediaan Bapak / Ibu dapat meluangkan sedikit waktu untuk mengisi kuesioner tersebut sesuai dengan pengalaman Bapak / Ibu selama ini. Kerahasiaan identitas Bapak / Ibu akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
Demikian surat permohonan saya, atas perhatian Bapak / Ibu dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya sampaikan Terima Kasih.
Hormat Saya
Junita. P. Rajana Hrp 050503008
(4)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Lampiran 13
DAFTAR PERTANYAAN
I. Identitas Responden
Nama :
( boleh tidak diisi) Jabatan : (boleh tidak diisi) Lama menjabat :
II. Pertanyaan Faktor Sumber Daya Manusia, Komitmen dan Perangkat Pendukung sebagai penentu Keberhasilan Penerapan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pernyataan – pernyataan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan cara disilang (X). Jika menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Skor jawaban adalah sebagai berikut :
Skor 1 Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 2 Tidak Setuju (TS)
Skor 3 Tidak Tau (TT) Skor 4 Setuju (S)
Skor 5 Sangat Setuju (SS)
III. Sumber Daya Manusia STS TS TT S SS
1. Penempatan pegawai tidak didukung oleh latar belakang pendidikan yang sesuai.
2. Pegawai yang ditempatkan kurang mengerti atau memahami pekerjaannya.
3. Pegawai yang ada tidak siap untuk melakukan perubahan dalam proses penyusunan laporan keuangan.
4. Pegawai yang ada tidak mengerti dan memahami isi dari PP No.24 Tahun 2005. 5. SKPD tidak memiliki SDM yang mampu
(5)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
VI. Penerapan PP No.24 Tahun 2005 STS TS TT S SS 1. Dalam menyusun laporan keuangan Tahun
2006 dapat diselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Dalam menyusun laporan keuangan tahun 2006 menggunakan jasa konsultan.
3. Laporan keuangan semester pertama tahun 2007 telah terselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
4. Kami dapat menyelesaikan pragnosis untuk 6 bulan mendatang.
5. Dalam menyusun laporan pragnosis semester 1 menggunakan jasa konsultan
1. Dalam penyusunan laporan keuangan SKPD mempunyai komitmen yang tinggi dalam penyelesaiannya.
2. Pemerintah berkomitmen dalam
mensosialisasikan PP No.24 Tahun 2005 terhadap pegawainya.
3. SKPD berkomitmen dalam pelaksanaan PP No.24 Tahun 2005
4. Pemerintah Daerah telah berkomitmen sebelumnya dalam pencapaian keberhasilan PP No.24 Tahun 2005 untuk anggaran 2006 & 2007
V. Perangkat Pendukung STS TS TT S SS
1. Perangkat pendukung kegiatan/pekerjaan seperti komputer cukup banyak.
2. Perangkat pendukung/pekerjaan seperti komputer tersebut sudah yang terbaru.
3. Software yang digunakan mendukung pekerjaan yang dilakukan.
4. Software yang digunakan sangat membantu penyelesaian pekerjaan tepat waktu.
(6)
Junita Putri Rajana Hrp : Pengaruh Pemahaman Sap, Pendidikan, Dan Pelatihan Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Pematangsiantar, 2009.
Lampiran 14
Jadwal Penelitian
Lokasi subjek penelitian di pemerintah kota Pematangsiantar.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian Bulan
April Mei Juni Juli Agust Sept
Pengajuan Proposal
Pencarian Data Awal
Penyelesaian Proposal
Penyerahan proposal Pada
Pembimbing
Bimbingan dan Perbaikan Proposal
Seminar Proposal
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisis Data
Bimbingan Skripsi