54
f. Hubungan riwayat hipertensi keluarga dengan tingkat kepatuhan
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pasien yang memiliki riwayat hipertensi keluarga memiliki tingkat kepatuhan rendah yaitu 23 orang 41,1,
dan pasien tanpa riwayat hipertensi keluarga memiliki tingkat kepatuhan yang juga rendah yaitu 19 orang 43,2. Pada umumnya pasien dengan tingkat
kepatuhan yang tinggi dipengaruhi oleh adanya riwayat hipertensi keluarga, karena pasien dapat belajar dari pengalaman yang dialami oleh anggota
keluarganya, dan pasien tersebut tahu akan resiko yang lebih tinggi apabila tidak patuh. Adanya riwayat hipertensi keluarga biasanya cenderung membuat pasien
takut akan penyakitnya, sehingga pasien memiliki kesadaran yang tinggi untuk patuh dalam konsumsi obat.
Hasil uji statistik chi square didapatkan bahwa p value adalah 0,874 yang berarti p value
lebih besar dari nilai α 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi keluarga dengan tingkat
kepatuhan pasien hipertensi rawat jalan.
g. Hubungan rejimen pengobatan yang digunakan dengan tingkat kepatuhan
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan regimen
pengobatan kombinasi sebagian besar memiliki kepatuhan rendah yaitu 25 orang 43,9, dan pasien dengan regimen pengobatan tunggal memiliki kepatuhan
rendah yaitu 17 orang 39,5. Tingkat kepatuhan tertinggi sebesar 34,9 didapat pada pasien dengan rejimen pengobatan tunggal. Rejimen pengobatan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien hipertensi dalam konsumsi obat. Pasien cenderung lebih patuh dan bersedia
mengkonsumsi obat dengan rejimen pengobatan yang lebih sederhana,
Universitas Sumatera Utara
55 dikarenakan lebih mudah dan cepat dalam menggunakan obat, dan lebih
rendahnya gejala efek samping yang dirasakan oleh pasien, dan pasien cenderung lebih percaya akan efektivitas obat tunggal dalam menurunkan tekanan darah
dibanding dengan rejimen pengobatan yang kompleks. Ketidakpatuhan tersebut dapat meningkat jika pengobatan yang diberikan tidak praktis, misalnya dengan
beberapa kali dosis pemberian per hari. Bahkan ada suatu penelitian yang dilakukan terhadap pasien penderita hipertensi yang menyebutkan bahwa pasien
sering lupa meminum obatnya di akhir pekan, kemudian meningkatkan dosis obat sebelum kontrol ke dokter dan sering kali tidak teratur meminum obatnya
Irmalita, 2003. Hasil uji statistik chi square didapatkan p value adalah 0,595 yang berarti p value
lebih besar dari nilai α 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara regimen pengobatan yang digunakan dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi rawat jalan. Hasil ini bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Saepudin, dkk., 2013, yang menyatakan bahwa responden yang mendapat regimen obat antihipertensi tunggal memiliki
kecenderungan untuk patuh dibandingkan dengan responden yang mendapat regimen obat antihipertensi kombinasi. Hal ini dikarenakan lebih mudahnya
dalam menggunakan obat antihipertensi tunggal dan juga kemungkinan lebih rendahnya resiko efek samping obat maupun resiko interaksi obat. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskedjian, et al., 2002 dalam Fatmah 2015 yang menyatakan bahwa pengobatan yang lebih kompleks cenderung
membuat pasien malas dan takut akan efek samping dari obat tersebut, sehingga
Universitas Sumatera Utara
56 regimen pengobatan sederhana lebih dipilih dan memiliki kepatuhan yang lebih
besar.
h. Hubungan penyakit kronis lain yang diderita pasien dengan tingkat kepatuhann