Gelatinisasi Pati Etilen Glikol Mekanisme Plastisasi

2.5 Gelatinisasi Pati

Gelatinisasi pati melibatkan granul leleh dalam media larutan dengan pemanasan. Dalam air, pembengkakan granul meningkat seiring dengan bertambahnya suhu dan itu mengarah pada transfer air dalam suspensi air terkait dengan komponen pati: amilosa dan amilopektin. Ketika suhu pati mencapai 60-70 ÂșC, butiran larut terganggu oleh energi yang disediakan, mengakibatkan hilangnya susunan molekuler dan, akibatnya, kehilangan kristalinitas. Proses ini menyebabkan peningkatan viskositas dan kelarutan pati, yang merupakan hasil dari perubahan ireversibel seperti gangguan granular dan struktur semi kristal, juga dilihat sebagai hilangnya radial [22].

2.6 Etilen Glikol

Etilen glikol yang memiliki nama lain 1, 2-Ethanediol memiliki rumus kimia CH 2 CH 2 OH 2 . Etilen glikol ditemukan dalam wujud cairan yang tidak berwarna, pada dasarnya tidak berbau, memiliki volatilisa rendah, hifroskopik. Etilena glikol dapat terlarut sempurna dalam air dan beberapa cairan organik. Gugus hidroksil pada glikol menjalani kimia alkohol umum, sehingga menghasilkan keragaman turunan- turunan yang memungkinkan. Hidroksil dapat diubah menjadi aldehid, alkil halide, amina, azida, asam karboksilat, eter, merkaptan, ester nitrat, nitril, ester nitril, ester organik, peroksida, ester fosfat, dan ester sulfat. Kimia semacam ini memungkinkan etilena glikol bertindak sebagai zat antara dalam berbagai reaksi kimia. Secara siqnifikan etlena glikol terutama dapat berperan sebagai zat antara dalam pembentukan resin, mencangkup kondensasi dengan dimetil terftalat atau asam tereftalat yang dihasilkan dalam resin poliuretan. Reaktivitas dan kelarutan dari etilena glikol menghasikan dasar bagi berbagai aplikasi. Penggunaan etilen glikol sebagai zat antibeku secara luas adalah berdasar pada kemampuannya untuk menurunkan titik beku jika dicampurkan dengan air. Karenanya, sifat-sifat fisik dari campuran etilena glikol merupakan suatu hal penting [27].

2.7 Mekanisme Plastisasi

Interaksi antara polimer dengan pemlastis dipengaruhi oleh sifat afinitas kedua komponen, jika polimer pemlastis tidak terlalu kuat maka akan terjadi Universitas Sumatera Utara plastisasi antara struktur molekul pemlastis hanya akan terdistrubusi diantara struktur. Plastisasi ini hanya mempengaruhi gerakan dan mobilitas struktur. Jika terjadi interaksi polimer-polimer cukup kuat maka molekul pemlastis akan terdisfusi ke dalam rantai polimer rantai polimer amorf membentuk satuan struktur globular yang disebut bundle menghasilkan plastisasi sampai batas kompatibilitas yaitu sejumlah yang dapat terdispersi terlarut dalam polimer. Jika jumlah pemlastis melebihi batas ini, maka akan terjadi sistim yang heterogen dan plastisasi melebihi tidak efisien lagi. [21]

2.8 Metode Pembuatan Bioplastik