Air Fuel Ratio AFR

58 dengan menggunakan magnet 2 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 3,892 kW.

4.4 Air Fuel Ratio AFR

Ratio perbandingan campuran udara dengan bahan bakar Air Fuel Ratio yang terbakar di silinder mesin atau AFR dari masing-masing pengujian tanpa menggunakan magnet dan katalitik konverter serta dengan menggunakan magnet dan katalitik konverter pada tiap variasi beban dan putaran mesin dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Air Fuel Ratio AFR = Dimana : = Laju aliran massa udara kgjam = Laju aliran massa bahan bakar kgjam Besarnya laju aliran massa udara diperoleh dengan cara memasukkan data pembacaan air flow manometer ke dalam kurva viscous flow metre calibration. Pada pengujian ini, dianggap tekanan udara sebesar 100 kPa ≈1 bar dan temperatur ambien T a sebesar 27 o C. Kurva viscous flow metre calibration dioperasikan dalam kondisi pengujian tekanan udara sebesar 1013 mb atau 101,3 kPa dan temperatur ambien 20 o C, maka besar laju aliran massa udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 59 Gambar 4.10 Kurva Viscous Flow Meter Calibration Untuk pengujian dengan pembebanan statis 3,5 kg tanpa magnet dan katalitik konverter pada putaran 1600 rpm, pembacaan manometer menunjukkan tekanan udara masuk hingga 8,5 mm H 2 O . Berdasarkan kurva nilai 8,5 terletak diantara nilai 0 dan 10, untuk itu digunakan interpolasi untuk mengetahui laju aliran massa udara yang terjadi dalam pengujian. Setelah laju aliran massa udara didapat, hasil yang diperoleh dikalikan dengan faktor koreksi C f , maka laju aliran massa udara untuk pembacaan manometer 9,5 mm H 2 O adalah : Setelah laju aliran massa udara didapat, dilakukan perhitungan laju aliran massa bahan bakar pada masing-masing variasi pengujian dengan menggunakan data pengujian pada waktu menghabiskan 56 ml bahan bakar. Besar laju aliran massa bahan bakar diperoleh dengan menggunakan persamaan : Universitas Sumatera Utara 60 Dimana : = Specific gravity bahan bakar diesel = Waktu menghabiskan bahan bakar sebanyak 56 ml detik Sehingga laju aliran massa bahan bakar didapat : Laju aliran massa bahan bakar = = = 0,1969 kgjam = 0,197 kgjam Dengan diperolehnya laju aliran massa bahan bakar, maka dapat dihitung besar AFR. Air Fuel Ratio AFR = = = 45,67 Untuk mendapatkan nilai AFR masing-masing variasi putaran, pembebanan dan penggunaaan variasi pengujian tanpa magnet dan katalitik serta penggunaan magnet dan katalitik dapat dengan menggunakan metode perhitungan yang sama. Besar AFR yang didapat dengan metode yang sama dapat kita lihat pada tabel 4.7 di bawah ini : Universitas Sumatera Utara 61 Tabel 4.7 AFR Hasil Perhitungan BEBAN PUTARAN MESIN AFR kg rpm TANPA MAGNET DAN KATALITIK MAGNET 1 MAGNET 2 MAGNET 3 3,5 1600 45,67 45,61 46,14 49,19 1800 45,99 45,82 46,29 49 2000 46,11 45,97 47 49,07 2200 48,89 48,73 49,78 51,56 2400 49,48 48,96 50,51 51,94 2600 49,23 48,65 50,04 51,96 BEBAN PUTARAN MESIN AFR kg rpm TANPA MAGNET DAN KATALITIK MAGNET 1 MAGNET 2 MAGNET 3 4,5 kg 1600 44,44 44,04 45,55 48,12 1800 46,23 45 47,08 49,54 2000 46,8 45,56 47,62 50,19 2200 47,39 45,78 48,69 50,45 2400 47,55 46,35 48,71 50,41 2600 48,4 47,73 49,75 51,32  Pada pembebanan statis 3,5 kg tabel 4.7, AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan magnet 1 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm yaitu sebesar 45,61. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan magnet 3 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 51,96.  Pada pembebanan statis 4,5 kg tabel 4.7, AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan menggunakan magnet 1 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm yaitu 44,04. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan magnet 3 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 51,32. Universitas Sumatera Utara 62 Hasil perhitungan AFR mesin diesel satu silinder TecQuipment TD 111 secara menyeluruh dapat kita lihat pada gambar 4.11 dan gambar 4.12 berikut ini : Gambar 4.11 Grafik AFR vs Putaran Mesin dengan beban 3,5 kg Gambar 4.12 Grafik AFR vs Putaran Mesin dengan beban 4,5 kg Universitas Sumatera Utara 63 Dari kedua grafik AFR vs putaran mesin yang dapat dilihat pada gambar 4.11 dan 4.12 menunjukkan bahwa nilai AFR berbanding lurus dengan putaran . semakin tinggi putaran maka AFR akan semakin tinggi juga dan begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh karena setiap kenaikan putaran mesin itu akan membuat terjadinya pembakaran yang lebih besar lagi, sehingga membutuhkan jumlah bahan bakar dan udara yang lebih banyak lagi dalam proses pembakaran. Gambar 4.13 Grafik Perbandingan AFR vs Putaran Tanpa Magnet dan Magnet 1 3,5 kg Gambar 4.14 Grafik Perbandingan AFR vs Putaran Tanpa Magnet dan Magnet 1 4,5 kg Berdasarkan gambar 4.13 dan 4.14 diperoleh kesimpulan :  AFR yang didapat dengan menggunakan magnet 1 dan katalitik konverter cenderung lebih kecil dibanding dengan tanpa magnet dan katalitik konverter, hal ini terjadi karena massa bahan bakar yang masuk ke ruang bakar dengan menggunakan magnet 1 dan katalitik konverter lebih besar. Universitas Sumatera Utara 64  Pada pembebanan statis 3,5 kg gambar 4.13, AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian menggunakan magnet 1 dan katalitik konverter pada putaran mesin 1600 rpm yaitu sebesar 45,61. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan tanpa magnet dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 49,23.  Pada pembebanan statis 4,5 kg gambar 4.14, AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian menggunakan magnet 1 dan katalitik konverter pada putaran mesin 1600 rpm yaitu sebesar 44,04. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan tanpa magnet dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 48,4. Gambar 4.15 Grafik Perbandingan AFR vs Putaran Tanpa Magnet dan Magnet 2 3,5 kg Gambar 4.16 Grafik Perbandingan AFR vs Putaran Tanpa Magnet dan Magnet 2 4,5 kg Universitas Sumatera Utara 65 Berdasarkan gambar 4.15 dan 4.16 diperoleh kesimpulan :  AFR yang didapat dengan menggunakan magnet 2 dan katalitik konverter lebih besar dibanding dengan tanpa magnet dan katalitik konverter, hal ini terjadi karena massa bahan bakar yang masuk ke ruang bakar dengan menggunakan magnet 2 dan katalitik konverter lebih kecil dibandingkan dengan tanpa menggunakan magnet dan tanpa menggunakan katalitik konverter.  Pada pembebanan statis 3,5 kg gambar 4.15, AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian tanpa magnet dan katalitik konverter pada putaran mesin 1600 rpm yaitu sebesar 45,67. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan magnet 2 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 50,04.  Pada pembebanan statis 4,5 kg gambar 4.16, AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian tanpa magnet dan katalitik konverter pada putaran mesin 1600 rpm yaitu sebesar 44,44. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan magnet 2 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 49,75. Gambar 4.17 Grafik Perbandingan AFR vs Putaran Tanpa Magnet dan Magnet 3 3,5 kg Universitas Sumatera Utara 66 Gambar 4.18 Grafik Perbandingan AFR vs Putaran Tanpa Magnet dan Magnet 3 4,5 kg Berdasarkan gambar 4.17 dan 4.18 diperoleh kesimpulan :  AFR yang didapat dengan menggunakan magnet 3 dan katalitik konverter lebih besar dibanding dengan tanpa magnet dan katalitik konverter, hal ini terjadi karena massa bahan bakar yang masuk ke ruang bakar dengan menggunakan magnet 3 dan katalitik konverter lebih kecil dibandingkan dengan tanpa menggunakan magnet dan tanpa menggunakan katalitik konverter  Pada pembebanan statis 3,5 kg gambar 4.17, AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian tanpa magnet dan katalitik konverter pada putaran mesin 1600 rpm yaitu sebesar 45,61. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan magnet 3 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 51,96.  Pada pembebanan statis 4,5 kg gambar 4.18, AFR terendah mesin diperoleh pada pengujian tanpa magnet dan katalitik konverter pada putaran mesin 1600 rpm yaitu sebesar 44,44. Sedangkan AFR tertinggi mesin diperoleh pada pengujian dengan menggunakan magnet 3 dan katalitik konverter pada putaran mesin 2600 rpm sebesar 51,32. Universitas Sumatera Utara 67

4.5 Efisiensi Volumetris