Efisiensi Thermal Efisiensi Volumetris

28

2.7.3.4 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik SFC

Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan salah satu parameter prestasi yang penting di dalam suatu motor bakar. Parameter ini biasa dipakai sebagai ukuran ekonomi pemakaian bahan bakar yang terpakai per jam untuk setiap daya kuda yang dihasilkan. SFC = ………………………… 2.6 …………… 2.7 Dengan : SFC = konsumsi bahan bakar spesifik kgkw.h P B = daya W = konsumsi bahan bakar sgf = spesifik grafity t = waktu jam

2.7.3.5 Efisiensi Thermal

Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energi yang dibangkitkan piston karena sejumlah enegi hilang akibat adanya rugi-rugi mekanis mechanical losses. Dengan alasan ekonomis perlu dicari kerja maksimium yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini disebut juga sebagai efisiensi termal brake brake thermal efficiency, η b . Jika daya keluaran P B dalam satuan KW, laju aliran bahan bakar m f dalam satuan kgjam, maka: η b = ………………...... 2.8 Universitas Sumatera Utara 29 Laju panas yang masuk dapat dihitung dengan rumus berikut : Qf = kW ………………….... 2.9 Dimana : LHV = Nilai kalor pembakaran bahan bakar kJKg Jadi eefisiensi termal dapat dihitung dengan rumus : η b = × 100 …………………................. 2.10

2.7.3.6 Efisiensi Volumetris

Efisiensi Volumetris menunjukkan perbandingan antara jumlah udara yang terhisap sebenarnya terhadap jumlah udara yang terhisap sebanyak volume langkah torak untuk setiap langkah isap. Efisiensi Volumetris = ……………… 2.11 untuk mesin 4 langkah Dimana : = Laju aliran massa udara kgjam N = Putaran mesin rpm = Densitas udara kgm 3 = Volume langkah torak m 3 = 0,00023 m 3 [berdasarkan spesifikasi mesin]

2.8 Nilai Kalor Bahan Bakar

Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor bahan bakar Calorific Value, CV. Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung sebagai bagian Universitas Sumatera Utara 30 dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai kalor bawah. Nilai kalor atas High Heating Value,HHV, merupakan nilai kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas HHV dapat dihitung bila diketahui komposisi bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan Dulong : HHV = 33950 + 144200 H 2 - + 9400 S ………………… 2.10 Dimana: HHV = Nilai kalor atas kJkg C = Persentase karbon dalam bahan bakar H 2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar O 2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar S = Persentase sulfur dalam bahan bakar Nilai kalor bawah low Heating Value, LHV , merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 yang berarti setiap satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya. Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar moisture. Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kNm 2 tekanan yang umum timbul pada gas buang adalah sebesar 2400 kJkg, sehingga besarnya nilai kalor bawah LHV dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut : Universitas Sumatera Utara 31 LHV = HHV – 2400 M + 9 H 2 ................................................................... 2.11 Dimana: LHV = Nilai Kalor Bawah kJkg M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar moisture Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan nilai kalor bawah LHV dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas HHV karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME American of Mechanical Enggineers menentukan penggunaan nilai kalor atas HHV, sedangkan peraturan SAE Society of Automotive Engineers menentukan penggunaan nilai kalor bawah LHV. Universitas Sumatera Utara 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Metodologi Pengujian

Pengujian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi besar medan magnet yang diletakkan pada saluran bahan bakar sebelum injection pump dan dikombinasikan dengan pemasangan katalitik konverter di saluran buang mesin diesel. Parameter yang diamati dalam pengujian ini adalah konsumsi atau laju bahan bakar serta menghitung performansi mesin diesel satu silinder TecQuipment TD 111. Ada beberapa kondisi tetap pada pengujian eksperimental ini yaitu :  Tekanan ambien 100 kPa  Temperatur ambien 27 C 300 K  Volume bahan bahan yang diamati 56 mL.  Tekanan udara luar pada keadaan standar 1 atmosfir

3.2 Waktu dan Tempat

Pengujian ini dilakukan di laboratorium Prestasi Mesin Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara USU Medan, Sumatera Utara selama ± 40 hari.

3.3 Alat dan Bahan