erosi dan pencemaran, 2 merubah sifat hidrophobic atau hidrofilik, sehingga merubah kapasitas tanah menahan air water holding capacity, 3 meningkatkan
kapasitas tukar kation KTK tanah. Beberapa bahan pembenah tanah, juga mampu menyuplai unsur hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan
seringkali tidak semua unsur hara yang terkandung dalam bahan pembenah tanah dapat segera digunakan untuk tanaman Dariah, 2007.
2.4.1 Jenis –Jenis Soil Conditioner
Gipsum kalsium sulfat secara luas tersedia dalam bentuk asli yang biasa langsung ditambang, atau sebagai bahan utama produksi. Gipsum sudah
menunjukkan pertambahan efektivitas dari kondisi fisik dari beberapa tipe tanah mulai dari tanah masam dengan pelapukan tinggi dan salinitas rendah.
Penelitian lapang menunjukkan bahwa pengolahan tanah dengan gipsum dapat meningkatkan infiltrasi dan mengurangi erosi. Selain itu penambahan
gipsum dapat mengurangi kekerasan lapisan bawah tanah, sehingga penetrasi akan lebih mudah.
Sintetik polimer organik dapat menstabilkan struktur tanah dengan baik setara dengan polimer organik alami seperti polisakarida. Tetapi aplikasi besar
dari polimer-polimer ini akan tidak ekonomis. Beberapa spesies dari alga yang tinggal dekat permukaan tanah diketahui dapat menghasilkan senyawa stabilizing
untuk efektifitas agregat. Aplikasi dari kuantitas kecil dari preparat komersial yang mengandung semacam alga dapat membawa pertambahan struktur tanah
dipermukaan secara signifikan. Berbagai bahan humat dipasarkan untuk memperbaiki kondisi tanah ketika
dicampur dengan tanah pada dosis rendah 500 Kgha. Bagaimanapun juga penelitian dari berbagai universitas masih belum berhasil menunjukkan bahwa
material-material tersebut belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas agregat dan hasil tanaman Brady dan Weil, 2002.
Menurut Schulte dan Kelling 1998 Soil Conditioner organik dapat terdiri dari kompos, sisa tanaman, serbuk gergaji, limbah lumpur, dan pupuk hijau.
Bauder 1976 juga memberikan contoh Soil Conditioner yang cukup populer yaitu Leonardite, Sawdust, Planter II, dan Krilium. Beberapa Soil Conditioner
dinyatakan dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah. Beberapa sifat tanah yang
secara teori dapat dipengaruhi oleh penambahan Soil Conditioner ke dalam tanah meliputi 1 kemampuan menahan air, 2 aerasi, 3 suhu, 4 kapasitas dan
ketersediaan hara, 5 struktur dan agregat stabilitas, 6 populasi dan perilaku mikroorganisme, 7 bahan organik, 8 perilaku hewan, termasuk serangga
.
Masing-masing sifat dapat mempengaruhi hal lainnya. Sebagai contoh, struktur tanah dan stabilitas agregat mempengaruhi aliran air permukaan, angin dan erosi,
kandungan air dan pergerakan air. Penelitian lain mengenai Soil Conditioner dilakukan oleh Herudjito
1985, menggunakan Soil Conditioner bitumen, sampah kota, kotoran sapi, serta lateks kebun karet. Hasil yang diperoleh menunjukkan Soil Conditioner
berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik bobot isi, pori total, pori kapiler, dan kemantapan agregat setelah waktu yang cukup lama yaitu setelah 105 hari. Pada
waktu usia 52 hari diberi perlakuan semua Soil Conditioner belum memberi pengaruh yang nyata terhadap semua sifat fisik Tanah Latosol.
Penelitian Means
et al., 2005 juga menambahkan bahwa pemberian Soil
Conditioner memiliki keefektifan yang sama dibanding dengan penggunaan
pupuk dalam meningkatkan aktivitas mikrobiologi dan pertumbuhan buah melon. O¨ ztu¨rk, 2005 melakukan penelitian menggunakan Terralyt Plus, yaitu sejenis
Soil Conditioner organik yang diteliti pada tanah bertekstur lempung berliat, dan
lempung berpasir di bawah kondisi rumah kaca. Hasil nya menunjukkan bahwa stabilitas agregat, total populasi bakteri meningkat ketika diberi dosis spray
1 :1000. Terralyt Plus pun dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman gandum.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat