Blok Makroekonomi Dampak Faktor Eksternal

117 kenaikannya sebesar 1, dan kenaikannya berdasarkan rataan per tahun periode 1980-2008 sebesar 5.0. Dampak kenaikan harga minyak dan suku bunga Amerika Serikat secara berurutan disajikan pada Tabel 19 dan Tabel 20. Dari Tabel 19 diketahui bahwa model memprediksi kenaikan oil P sesuai dengan hipotesis akan menaikan pengeluaran pemerintah dan menurunkan ekspor bersih. Dengan kenaikan oil P sebesar 7, pengeluaran pemerintah meningkat sebesar 0.80 , dan ekspor bersih menurun sebesar 2.63. Sedangkan lompatan kenaikan harga minyak sebesar 200, model memprediksi pengeluaran pemerintah meningkat sebesar 22.99, dan ekspor bersih menurun sebesar 75.30. Dampak kenaikan oil P cenderung menurunkan suku bunga. Kenaikan harga minyak sebesar 7 menurunkan suku bunga riel sebesar 0.05, dan kenaikannya sebesar 200 menurunkan 1.35. Hal ini menunjukkan bahwa net effect antara kenaikan pengeluaran pemerintah dan penurunan ekspor bersih cenderung menurunkan PDB. Dampak kenaikan harga minyak sebesar 7 terhadap PDB belum terlihat, namun dampak lompatan kenaikan hanganya sebesar 200 menyebabkan PDB menurun sebesar 0.09. Konsekuensinya, kenaikan harga minyak mentah dunia cenderung menimbulkan jumlah pengangguran bertambah. Dari Tabel 19 diketahui bahwa model memprediksi kenaikan harga minyak sebesar 7 menyebabkan jumlah pengangguran bertambah sebesar 0.05, dan kenaikannya sebesar 200 menyebabkan jumlah pengangguran bertambah sebesar 1.51. Sedangkan dari Tabel 20 diketahui bahwa model memprediksi kenaikan suku bunga Amerika Serikat menurunkan paritas suku bunga, dan konsekuensinya nilai tukar Rupiah meningkat terdepresiasi. Kenaikannya sebesar 1 menyebabkan nilai tukar Rupiah terdepresiasi sebesar 0.16, dan kenaikannya sebesar 5 118 menyebabkan nilai tukar Rupiah terdepresiasi sebesar 0.78. Depresiasi nilai tukar rupiah tersebut menyebabkan ekspor bersih meningkat berturut-turut sebesar 0.23 dan 1.15. Suku bunga riel dalam negeri meningkat sebesar 0.09 jika suku bunga Amerikat Serikat meningkat 1, dan meningkat 0.47 jika suku bunga Amerikat Serikat meningkat 5. Model memprediksi hasil akhir kenaikan suku bunga Amerika Serikat adalah penerimaan pajak, pengeluaran pemerintah, investasi, dan PDB meningkat. Kenaikan suku bunga rujukan Amerika Serikat sebesar 1 menyebabkan penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah meningkat sekitar 0.01, sedangkan investasi dan PDB juga meningkat sekitar 0.01. Kenaikan suku bunga rujukan Amerika Serikat sebesar 5 menyebabkan penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah meningkat lebih tinggi berturut-turut sekitar 0.06 dan 0.04, sedangkan investasi dan PDB meningkat berturut-turut sekitar 0.03 dan 0.04. Konsumsi menurun karena pengaruh kenaikan suku bunga lebih kuat dibanding kenaikan sebagai konsekuensi asumsi pendapatan dibelanjakan yang eksogen. Indeks harga meningkat sebesar 0.002 jika kenaikan suku bunga Amerika Serikat meningkat sebesar 1, dan jika meningkat 5, indeks harga meningkat sebesar 0.01. Permintaan tenaga kerja meningkat sebesar 0.002 jika kenaikan suku bunga Amerika Serikat meningkat sebesar 1, dan jika meningkat sebesar 5, permintaan tenaga kerja meningkat sebesar 0.01, yang menyebabkan jumlah pengangguran berkurang berturut-turut sebesar 0.04 dan 0.18. 119 Tabel 19. Skenario Dampak Perubahan Harga Minyak Mentah Dunia terhadap Perekonomian Blok Makroekonomi Skenario Dampak Perubahan Harga Minyak Dunia oil P No. Peubah Endogen Nilai Dasar Naik 7.0 Naik 200.0 1 Suku Bunga Nominal 14.0 -0.01 -0.27 2 Suku Bunga Riil 2.7 -0.05 -1.36 3 Paritas Suku Bunga 0.6 -0.22 -6.40 4 Nilai Tukar RpUSD 6720.1 1.26 35.94 5 Penerimaan Pajak Rp miliar 129024.0 0.00 -0.13 6 Pengeluaran Pemerintah Rp miliar 98336.6 0.80 22.99 7 Investasi Swasta Rp miliar 330995.0 0.00 -0.05 8 Ekspor Bersih Rp miliar 31354.4 -2.63 -75.30 9 Konsumsi Rumah Tangga Rp miliar 740155.0 0.00 0.01 10 PDB Rp miliar 1200841.0 0.00 -0.09 11 Indeks Harga Konsumen 75.2 0.00 -0.03 12 Permintaan Tenaga Kerja juta jiwa 82.3 0.00 -0.09 13 Jumlah Pengangguran juta jiwa 5.2 0.05 1.51 Keterangan: Rataan kenaikan periode 1980-2008; Rataan lompatan kenaikan tahun 1970- an 233.3 ; USD 3 ke USD 10 per barel, 1980an 166.7; USD 15 ke USD 40 per barel dan 2000an 200; dari USD 30 ke USD 90 per barel. oil P = Harga Minyak Mentah Dunia 120 Tabel 20. Skenario Dampak Perubahan Suku Bunga Rujukan Amerika Serikat terhadap Perekonomian Blok Makroekonomi Skenario Dampak Perubahan Suku Bunga Rujukan Amerika Serikat R US No. Peubah Endogen Nilai Dasar Naik 1.0 Naik 5.0 1 Suku Bunga Nominal 14.0 0.019 0.092 2 Suku Bunga Riil 2.7 0.091 0.471 3 Paritas Suku Bunga 0.6 -3.258 -16.258 4 Nilai Tukar RpUSD 6720.1 0.156 0.780 5 Penerimaan Pajak Rp miliar 129024.0 0.011 0.057 6 Pengeluaran Pemerintah Rp miliar 98336.6 0.009 0.043 7 Investasi Swasta Rp miliar 330995.0 0.005 0.027 8 Ekspor Bersih Rp miliar 31354.4 0.229 1.146 9 Konsumsi Rumah Tangga Rp miliar 740155.0 0.000 -0.002 10 PDB Rp miliar 1200841.0 0.008 0.039 11 Indeks Harga Konsumen 75.2 0.002 0.011 12 Permintaan Tenaga Kerja juta jiwa 82.3 0.002 0.011 13 Jumlah Pengangguran juta jiwa 5.2 -0.037 -0.180 Keterangan: R US = Suku Bunga Rujukan Amerika Serikat Federal Fund Rate

6.2.2. Blok Deforestasi

Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa kenaikan harga minyak sebesar 7.0 menurunkan suku bunga riel dalam negeri sebesar 0.05, dan jika kenaikannya 200, menurunkan 1.35. Sedangkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat sebesar 1 menaikkan suku bunga riil dalam negeri sebesar 0.09, dan jika kenaikannya 5 menaikkan 0.47 . Bagaimana dampaknya terhadap deforestasi disajikan pada Tabel 21 dan Tabel 22. Dari Tabel 21 dan Tabel 22 dapat diketahui bahwa perubahan suku bunga riel dalam negeri karena perubahan harga minyak mentah dunia maupun suku bunga rujukan Amerika Serikat lebih berdampak terhadap tingkat deforestasi untuk 121 areal karet dan padi dibanding untuk areal HTI dan sawit. Sebagai contoh, kenaikan harga minyak sebesar 7.0 menyebabkan tingkat deforestasi untuk areal HTI dan sawit meningkat sangat kecil sehingga dapat diabaikan, sementara tingkat deforestasi untuk areal karet meningkat sebesar 0.03, dan padi sebesar 0.06. Lompatan kenaikan harga minyak sebesar 200 menyebabkan tingkat deforestasi untuk areal HTI dan sawit menurun berturut-turut 0.24 dan 0.08, sementara untuk areal karet dan padi meningkat berturut-turut 0.94 dan 1.37. Penurunan tingkat deforestasi untuk areal HTI disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga kayu HTI 0.03, sedangkan penurunan untuk areal sawit lebih disebabkan oleh kenaikan harga kayu HTI persaingan lahan; sementara harga buah sawit menurun 0.03. Peningkatan tingkat deforestasi untuk areal karet lebih disebabkan oleh pengaruh penurunan suku bunga riel; sementara harganya menurun 0.2. Sedangkan peningkatan tingkat deforestasi untuk areal padi karena penurunan suku bunga riel dan kenaikan harganya 0.03. Dari Tabel 22 diketahui bahwa kenaikan suku bunga riel akibat kenaikan suku bunga Amerika Serikat sebesar 1 menyebabkan tingkat deforestasi untuk areal karet dan padi menurun sekitar 0.06, dan kenaikan suku bunga Amerika Serikat sebesar 5 berturut-turut menurunkan sebesar 0.32 dan 0.36. Kenaikan suku bunga Amerika Serikat sebesar 1 tidak menyebabkan tingkat deforestasi untuk areal HTI dan sawit berubah, dan kenaikannya sebesar 5 hanya meningkatkan tingkat deforestasi untuk areal HTI yakni 0.03, karena harganya tidak meningkat.