18
4. Analisis Komposisi Minyak Atsiri Menggunakan GC-MS
Hasil destilasi minyak atsiri kemudian diinjeksikan pada alat GC-MS. Injeksi dilakukan duplo untuk setiap sampel. Hasil injeksi minyak atsiri terdeteksi dalam bentuk peak yang
mempunyai waktu retensi yang berbeda. Waktu retensi adalah waktu dimana peak muncul setelah melewati kolom GC dihitung sejak injeksi sampel. Perbedaan waktu retensi dari tiap senyawa
disebabkan oleh perbedaan pemisahan komponen karena perbedaan interaksi tiap senyawa dengan kolom dan suhu yang digunakan. Kondisi setting GC-MS yang digunakan adalah sebagai berikut:
GC-MS Merek
: Agilent 7890 A Kolom
: Agilent HP 5 MS 30 m x 250 µm x 0.25 µm Gas pembawa
: helium He Tekanan
: 9.43 psi Suhu awal
: 60 °C Suhu akhir
: 240 °C Kenaikan suhu
: 3 °Cmenit sampai 240 °C Suhu injector
: 250 °C Suhu detector
: 270 °C Detektor
: EI electron impek Energy
: 1.25 kv Volume sampel
: 0.5 µl. Setiap puncak dari kromatogram yang dihasilkan diidentifikasi massanya dan fragmen-
fragmen massa yang dihasilkan. Kemudian fragmen tersebut dibandingkan dengan fragmen massa dari senyawa yang telah diketahui menggunakan bank data dari National Institute Standard of
Technology NIST Library Chairul dan Sri yang termodifikasi 2000.
Setelah didapat senyawa-senyawa yang mungkin berdasarkan NIST Library, kemudian masing-masing senyawa dikelompokkan berdasarkan nilai similarity kesamaan dari masing-
masing senyawa. Senyawa yang digunakan dalam penelitian ini adalah senyawa yang memiliki similarity
di atas atau sama dengan 70 . Jika terdapat senyawa yang memiliki nilai similarity dibawah 70 , namun senyawa tersebut merupakan senyawa yang sering muncul pada pala jenis
lain maka senyawa tersebut akan digunakan. Jumlah senyawa disajikan dalam satuan persen luas area. Satuan ini bersifat semi kuantitatif karena data yang digunakan hanya menyajikan
perbandingan senyawa yang terbaca oleh GC-MS dalam luas area kromatogram. Data ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui komponen volatil dominan yang ada dalam sampel
dan dapat merepresentasikan jumlah senyawa volatil di dalam minyak atsiri. Diagram alir penentuan senyawa dalam minyak atsiri pala papua disajikan pada Gambar 9.
19
Gambar 9. Diagram alir penentuan senyawa dalam minyak atsiri pala papua Minyak atsiri dalam vial tertutup
Diinjeksikan pada GC-MS
Laporan identifikasi senyawa dengan NIST library
Analisis setiap data senyawa berdasarkan nilai similarity
Senyawa diterima sebagai senyawa dalam pala papua
Senyawa dicocokkan dengan senyawa yang ada pada pala jenis lain secara umum
Senyawa diterima sebagai senyawa dalam pala papua
Senyawa tidak dimasukkan sebagai senyawa dalam pala papua
Jika nilai similarity = 70 Jika nilai similarity 70
Jika tidak sesuai Jika sesuai