1
1  PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Fosfor P merupakan unsur vital  bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman  dan  ditemukan pada semua sel tanaman hidup. Fosfor memegang
peranan penting dalam proses metabolisme energi, aktivasi metabolit intermediet, sebagai komponen aliran sinyal transduksi, elemen struktural asam nukleat dan
fosfolipid Bucher 2007. Walaupun kandungan P total dalam tanah tinggi, namun sebagian besar P ada dalam bentuk terikat dan hanya 0.1 sampai 0.5 yang dapat
digunakan oleh tanaman Pradan  Sukla 2005. Kendala ini dapat diatasi dengan penambahan P ke tanah pertanian dalam bentuk pupuk fosfat. Walaupun
demikian, lebih dari 80 pupuk  fosfat  yang diaplikasikan dengan cepat berubah bentuk menjadi P terikat melalui reaksi presipitasi dengan ion Al
3+
dan Fe
3+
dalam keadaan tanah asam serta Ca
2+
Alternatif  lain untuk mengatasi masalah di atas adalah penggunaan mikroorganisme pelarut fosfat. Selain mampu meningkatkan ketersediaan P dan
memicu pertumbuhan tanaman,  mikroorganisme pelarut fosfat juga diketahui dapat melindungi tanaman dari penyakit dan  bertindak sebagai agens biokontrol
Koike et al. 2001; Shivanna et al. 1999, menghasilkan hormon tumbuh Yadav et al. 2011;  Nenwani  et al. 2010;  melarutkan berbagai hara mikro  Altomare  et
al. 1999; meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman Pandya  Saraf 2010 dan relatif ramah lingkungan.
pada tanah dengan  pH tinggi  Hao  et al. 2002; Holford 1997  sehingga penggunaan pupuk menjadi tidak efisien.  Dengan
demikian, pupuk fosfat harus ditambahkan secara teratur agar ketersediaan P bagi tanaman  terpenuhi.  Penggunaan pupuk yang terus menerus menimbulkan
beberapa  dampak  negatif, diantaranya adalah peningkatan biaya produksi pertanian  dan penurunan kualitas lahan akibat akumulasi pupuk kimiawi  dalam
tanah pertanian Saraswati 1999.
Bakteri dan cendawan  tanah  diketahui dapat melarutkan fosfat anorganik. Fosfat dalam bentuk terikat akan diubah menjadi fosfat terlarut sehingga dapat
diserap dengan mudah oleh tanaman Nenwani et al. 2010; Panhwar et al. 2009; Ali Khan et al. 2009. Mikroorganisme pelarut fosfat memegang peranan penting
2 dalam penyediaan P bagi tanaman sehingga memungkinkan untuk pemberian
pupuk P secara berkelanjutan dan efisien. Mikroorganisme ini termasuk dalam kelompok bakteri, cendawan dan aktinomiset. Perubahan fosfat menjadi bentuk
terlarut umumnya dilakukan melalui asidifikasi, pengkelatan logam  dan reaksi pertukaran ion Pradhan  Sukla 2005.
Cendawan diketahui memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada bakteri dalam proses pelarutan fosfat Nahas 1996. Aspergillus  sp. dan
Penicillium sp. secara berurutan dapat melarutkan 480 µgml dan 275 µgml fosfat dari 0.5 trikalsium fosfat TCP setelah 4 hari Pradhan  Sukla 2005. Richa et
al.  2007 melaporkan bahwa A. tubingensis  dan  A. niger merupakan cendawan pelarut fosfat yang baik diaplikasikan pada tanah alkalin dengan sumber P berupa
rock phosphate.  Hal senada juga dilaporkan oleh Barrow  Osuna 2002 yang menyatakan bahwa  cendawan dark septate endophyte DSE dapat meningkatkan
efisiensi penyerapan fosfat pada tanaman Atriplex canescens. Penapisan cendawan pelarut fosfat sampai sekarang terus dilakukan untuk
mendapatkan isolat potensial.  Cendawan ini dapat digunakan sebagai pupuk hayati  untuk meningkatkan efisiensi penyerapan P dalam tanah Kucey 1987;
Barrow  Osuna 2002; Richa et al. 2007.  Cendawan pelarut fosfat dapat dikategorikan sebagai cendawan mutualistik akar  yang terdiri dari cendawan
mikoriza,  misalnya  Glomus fasciculatum dan  Acaulospora laevis Sabannavar Lakshman  2009  dan  cendawan  non mikoriza  seperti  Penicillium rugulosum
Reyes  et al. 2002, P. citrinum, Trichoderma harzianum  dan  Aspergillus niger Yadav et al. 2011. Penelitian terhadap cendawan-cendawan pelarut fosfat telah
banyak dilakukan, namun  lebih terkonsentrasi pada jenis cendawan mikoriza. Sementara itu, penelitian terhadap cendawan mutualistik akar non mikoriza serta
respon tanaman inang dan proses kolonisasi yang terjadi belum banyak diketahui Varma et al. 1999.
Imaningsih  2010  berhasil  mengisolasi beberapa isolat Aspergillus  dan Penicillium  dari  serasah hutan dipterocarp  asal Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur.  Aspergillus  dan  Penicillium  asal serasah dipterocarp tersebut diketahui mampu menghasilkan IAA, termotoleran dan dapat bertindak sebagai
dekomposer, tetapi potensi pelarut fosfat isolat-isolat tersebut belum dipelajari.
3
1.2  Tujuan Penelitian