9 Teknik pewarnaan non vital merupakan teknik yang paling sering digunakan
untuk visualisasi cendawan pada akar tanaman. Struktur cendawan biasanya tidak nampak karena terhalang oleh pigmen alami tanaman dan isi sel. Oleh karena itu,
diperlukan prosedur untuk menghilangkan pigmen yang ada pada dinding sel tanaman dan mengeluarkan isi sel Gardner 1975. Struktur cendawan yang
terdapat dalam akar setelah proses penjernihan kemudian diikat oleh zat warna. Zat warna ini biasanya diaplikasikan dalam larutan asam yang mengandung asam
laktat, gliserin dan air Brundrett et al. 1984.
2.5 Dark Septate Endophyte DSE
Jumpponen Trappe 1998 mendefinisikan DSE sebagai cendawan Askomiset dengan ciri hifa bersekat, memiliki konidia atau steril, membentuk
struktur termelanisasi hifa interseluler, hifa intraseluler dan mikroskleria di dalam akar tanaman. Kolonisasi DSE dilaporkan terjadi pada sekitar 600 spesies
tanaman meliputi 320 genus dan 114 famili dan tersebar luas mulai dari daerah tropis sampai kutub dan pegunungan. DSE merupakan kelompok cendawan
heterogen yang secara ekologi dan fungsinya tumpang tindih dengan cendawan tanah, cendawan saprob akar, cendawan patogen dan mikoriza.
Keragaman DSE secara taksonomi tidak begitu banyak diketahui walaupun keberadaaannya melimpah. Umumnya DSE tidak bersporulasi, atau bila
bersporulasi, konidia yang dihasilkan sangat sedikit Jumpponen Trappe 1998. Beberapa strain hanya dapat bersporulasi bila diberi stimulus temperatur rendah
Fernando Currah 1995. Asosiasi DSE dengan tanaman inang berdasarkan performa dan kandungan
nutrisi yang terdapat dalam jaringan tanaman inang bervariasi, yaitu interaksi negatif, positif dan netral. Bentuk asosiasi DSE dengan tanaman inang ditentukan
oleh jenis DSE dan tanaman yang menjadi inangnya. Jenis DSE dan inang yang berbeda akan membentuk asosiasi yang berbeda pula. Selain itu bentuk asosiasi
juga ditentukan oleh kondisi percobaan yang dilakukan Jumpponen 2001.
10
11
3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Mikologi, Departemen Biologi FMIPA IPB dan Laboratorium
Zoologi LIPI, Cibinong.
3.2 Bahan
Aspergillus sp. IPBCC.09.619, Aspergillus sp. IPBCC.07.503, Aspergillus sp. IPBCC.10.643, Penicillium sp.
IPBCC. 09.620 dan Penicillium sp.
IPBCC.09.621
merupakan kapang koleksi IPBCC yang berasal dari serasah hutan dipterocarp Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Biji Z. mays varietas
Bismo diperoleh dari Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Cimanggu, Bogor. Biji S.
selanica diperoleh dari Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Bogor. Media agar Pikovskaya digunakan untuk uji aktivitas pelarut fosfat. Larutan Hoagland dengan TCP sebagai sumber P
digunakan untuk perlakuan berbagai taraf P. Pewarna biru tripan 0.05 digunakan untuk analisis tahapan kolonisasi kapang terhadap tanaman uji.
Komposisi media dan larutan hara yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
3.3 Metode Penelitian