P ermasalahan Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Chikungunya Pemberantasan Nyamuk Dewasa

1.2. P ermasalahan

Belum diketahuinya hubungan pengetahuan, sikap, sarana dan prasarana serta dukungan petugas kesehatan terhadap pencegahan penyakit Chikungunya dengan metode pemberantasan sarang nyamuk PSN oleh kepala keluarga di wilayah kerja puskesmas Nurus Salam Kabupaten Aceh Timur. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, sarana dan prasarana serta dukungan petugas kesehatan terhadap pencegahan penyakit Chikungunya dengan metode pemberantasan sarang nyamuk PSN oleh kepala keluarga di wilayah kerja puskesmas Nurus Salam Kabupaten Aceh Timur. 1.4. Hipotesis Ada hubungan pengetahuan, sikap, sarana dan prasarana serta dukungan petugas kesehatan terhadap pencegahan penyakit Chikungunya dengan metode pemberantasan sarang nyamuk PSN oleh kepala keluarga di wilayah kerja puskesmas Nurus Salam Kabupaten Aceh Timur.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah : 1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur dalam upaya penanggulangan penyakit Chikungunya. 2. Sebagai masukan bagi institusi kesehatan swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang menangani penyakit Chikungunya. 3. Sebagai pengembangan ilmu tentang pencegahan dan pengendalian penyakit Chikungunya sehingga dalam penanggannya akan lebih mudah dan terarah. 4. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian ini selanjutnya. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Chikungunya Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2007, menyebutkan bahwa Chikungunya berasal dari suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus dengan gejala utama demam mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Biasanya menyerang sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu.

2.1.1. Penyebab

Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya CHIKV. CHIKV termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti Depkes RI, 2007.

2.1.2. Gejala

Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Dalam beberapa kasus didapatkan juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala sama sekali atau silent virus chikungunya. Untuk lebih rinci gejala penyakit chikungunya antara lain, yaitu Depkes RI, 2007: a. Demam. Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan. Panas tinggi selama 2-4 hari kemudian kembali normal. b. Sakit persendian. Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, nyeri, sehingga kadang penderita ” merasa lumpuh ” sebelum berobat . Sendi yang sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang. c. Nyeri otot. Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi pembengkakan pada pada otot sekitar mata kaki. d. Bercak kemerahan ruam pada kulit. Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi. e. Sakit Kepala: sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui. f. Kejang dan Penurunan Kesadaran. Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya. g. Gejala lain. Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher. Demam chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue. Pada demam berdarah dengue terjadi perdarahan hebat, renjatan shock maupun kematian sedangkan pada Chikungunya tidak, namun chikungunya memiliki gejala nyeri sendi yang tidak terjadi pada penderita demam berdarah dengue.

2.1.3. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk memastikan penyakit ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan teknik ELISA, maupun pemeriksaan virusnya Depkes RI, 2007.

2.1.4. Tempat Nyamuk Berkembang Biak

Nyamuk Aedes berkembang biak di tempat penampungan air bersih didalam rumah maupun di sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, ban bekas, drum, kaleng, pecahan botol, potongan bambu dan lain- lain. Pada musim hujan lebih banyak lagi tempat-tempat yang menampung air Depkes RI, 2007.

2.1.5. Diagnosa

Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi HI, serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari Depkes RI, 2007.

2.1.6. Pengobatan

Menurut Depkes RI 2007 demam Chikungunya termasuk penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat. Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar. Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.

2.1.7. Pencegahan

Menurut Departemen Kesehatan RI 2007, cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes Aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes Aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung. Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut. Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles kulit insect repellent yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.

2.1.8. Penanganan Kasus

Bila menemukan kasus chikungunya lakukan Depkes RI, 2005 : a. Segera laporkan ke PuskesmasDinas Kesehatan setempat. b. Hindari penderita dari digigit nyamuk tidur memakai kelambu agar tidak menyebarkan ke orang lain. c. Anjurkan penderita untuk beristirahat selama fase akut. d. Pada keadaan KLB perlu dilakukan penyemprotanpengasapan. e. Lakukan Pemeriksaan Jentik di rumah dan sekitar rumah. 2.1.9. Karakteristik Penyakit Chikungunya 2.1.9.1. Cara Penularan Penyakit chikungunya boleh dikatakan ‘bersaudara’ dengan penyakit demam denggi dan demam denggi berdarah karena dibawa oleh pembawa yang sama yaitu nyamuk Aedes Aegypti maupun albopictus. Masa inkubasi virus ini ialah dua sampai empat hari, sementara manifestasinya tiga sampai sepuluh hari. Bedanya, jika virus denggi menyerang pembuluhdarah, virus chikungunya menyerang sendi dan tulang. Nyamuk aedes lazimnya akan menggigit seseorang yang telah dijangkiti oleh virus chikungunya dan memindahkan darah berkenaan kepada seorang mangsa lain yang sehat Dwitagama, 2008. Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang berperan sebagai vektorpembawa, seperti Aedes Aegypti merupakan vektor utama CHIKV, Aedes Albopticus yang mungkin juga berperan dalam penyebaran penyakit di kawasan Asia. Kera dan beberapa binatang buas lainnya juga diduga dapat sebagai perantara penyakit ini karena hewan-hewan inilah yang sebenarnya menjadi target awal penyakit ini.

2.1.9.2. Faktor Penyebab Chikungunya

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih “bersaudara” dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan. Penyakit Chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti Dwitagama, 2008.

2.1.9.3. Pencegahan dan Pengendalian Chikungunya

Satu-satunya cara menghindari gigitan nyamuk Chikungunya adalah dengan mencegah digigit nyamuk Aedes Aegypti. Selain itu bisa dilakukan pemberantasan vektor nyamuk dewasa maupun membunuh jentik nyamuk. Pemberantasan vektor nyamuk dewasa bisa dilakukan dengan racun serangga atau pengasapanfogging dengan malathion sedangkan abatisasi digunakan untuk memberantas jentik pada TPA tempat penampungan air. Sarang nyamuk diberantas dengan cara PSN Dwitagama, 2008. a. Abatisasi Tujuan abatisasi agar kalau sampai telur nyamuk menetas, jentik nyamuk tidak akan menjadi nyamuk dewasa. Semua TPA yang ditemukan jentik Aedes Aegypti ditaburi bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok makanan peres 10 gram abate untuk 100 liter air. Bubuk abate juga dituang di bak mandi. b. Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk Aedes dengan cara 3M, yaitu sebagai berikut : 1. Menguras secara teratur, terus-menerus seminggu sekali, mengganti air secara teratur tiap kurang dari seminggu pada vas bunga, tempat minum burung, atau menaburkan abate ke TPA 2. Menutup rapat-rapat TPA 3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang- barang lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk. 4. Khusus di tempat pasca-kebakaran harus segera dibersihkan dari wadah- wadah yang bisa menampung air.

2.1.9.4. Proteksi diri dengan salep atau gunakan kawat nyamuk

Tidak seperti nyamuk-nyamuk yang lain, nyamuk itu menggigit pada siang hari. Untuk mencegahnya kita bisa menggunakan salep atau minyak yang dioles di bagian tubuh yang terbuka. Selain menggunakan salep untuk mencegah gigitan nyamuk, bisa juga menggunakan minyak sereh. Cara lain adalah dengan menggunakan kawat nyamuk di pintu-pintu dan jendela rumah Dwitagama, 2008. Dengan melakukan hal-hal di atas, sebenarnya sudah dilakukan perlindungan tidak hanya pada demam Chikungunya tetapi juga demam berdarah yang lebih fatal dan mematikan. Tidak mustahil penyakit Demam Chikungunya datang bersama-sama dengan penyakit demam berdarah.

2.1.10. Mata Rantai Infeksi Chikungunya

Berdasarkan penjelasan oleh Dwitagama 2008Dalam penularan penyakit Chikungunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni : a. Agen Agen dalam penyakit chikungunya adalah nyamuk Aedes Aegypti betina dominan dan Aedes Albopictus. Arbovirus famili Togaviridae genus Alpha virus, dengan perantaraan nyamuk Aedes. b. Reservoir Habitat berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Kedua, Serangga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes Aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik- jentiknya. malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes Aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung. c. Portal of exit Penderita penyakit chikungunya seharusnya dirawat di rumah sakit agar kondisinya selalu dikontrol. d. Portal of entry Lingkungan harus dibersihkan terutama pada barang-barang yang dapat digenangi air. Hindari gigitan nyamuk pada pagi sampai dengan sore hari karena nyamuk penyebab chikungunya aktif pada saat itu. e. Kerentanan penjamu Daya tahan tubuh yang lemah dan kekebalan tubuh yang lemah saat terkena gigitan nyamuk.

2.1.11. Peran Keluarga dalam Pencegahan Chikungunya

Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan melalui ikatan perkawinan, adopsi atau kelahiran. Keluarga memiliki peran yang sangat pentingdalam upaya pencegahan penyakit chikungunya. Keluarga berperan dalam hal menjaga pola hidup agar tetap bersih dan sehat. Selain itu, makanan yang dimakan pun harus memenuhi 4 sehat 5 sempurna agar tubuh tetap sehat dan tidak mudah terkena penyakit. Lingkungan rumah pun harus bersih. Lakukan gerakan 3 M secara teratur yaitu menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas agar tidak digenangi air dan menguras bak secara teratur agar terhindar dari nyamuk penyebab chikungunya ini Dwitagama, 2008.

2.1.12. Penanggulangan KLB Chikungunya

Penyakit Chikungunya seringkali menjadi permasalahan tersendiri jika menyerang masyarakat, Chikungunya menjadi salah penyakit yang terjadi dengan cara KLB kejadian luar biasa, hal ini dikarenakan jika salah satu masyarakat terjangkit Chikungunya maka dalam waktu dekat akan terjadi kasus yang lebih besar. Sehingga untuk menanganinya dilakukan berdasarkan metode berikut Depkes RI, 2005. Gambar 2.1. Skema Penyelenggaraan SKD-KLB Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Sumber : Depkes RI, 2005. Ditjen PPM PL. Jakarta. Jejaring SE STP Kajian Epidemiologi Peringatan Kewaspadaan dini KLB Peningkatan Kewaspadaan Kesiapsiagaan KLB Upaya Pencegahan Program Upaya Pencegahan Sektor Upaya Pencegahan Masyarakat Kewaspadaan ProvNasional Kewaspadaan Antar Daerah Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Deteksi Dini KLB Kewaspadaan Masyarakat Kesiapsiagaan Menghadapi KLB Penanggulangan KLB Cepat Tepat Advokasi Asistensi SKD-KLB Pengembangan teknologi SKD- KLB Penangulangan KLB Identifikasi Kasus berpotensi KLB PWS Penyakit berpotensi KLB Penyelidikan dugaan KLB

2.2. Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Chikungunya

Pemberantasan nyamuk demam Chikungunya seperti penyakit menular lainnya, didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Beberapa cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit demam Chikungunya yaitu Depkes RI, 2002: a. Melenyapkan virus dengan cara mengobati semua penderita dengan obat anti virus. b. Solusi penderita agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain c. Mencegah gigitan nyamukvektor. d. Immunisasi terhadap orang sehat. e. Membasmi memberantas sarang nyamuk. Cara yang biasa dipakai adalah memberantas sumber nyamuk, penyehatan lingkungan ataupun chemical control. Penyehatan lingkungan merupakan cara terbaik. Untuk mencapai tujuan ini di perlukan usaha yang terus - menerus secara berkesinambungan. Hasil yang diharapkan memang tidak tampak dengan segera.

a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan fogging dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk yang hinggap di benda-benda tergantung karena itu tidak dilakukan penyemprotan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular penyakit demam Chikungunya Depkes RI, 2002. Insektisida yang digunakan adalah insektisida golongan organophospat misalnya malathion dan feritrothion, pyrectic syntetic misalnya lamda sihalotrin dan parmietrin, dan karbamat. Alat yang digunakan untuk menyemprot ialah mesin fog atau mesin ultra low volume ULV, karena penyemprotan dilakukan dengan cara pengasapan, maka tidak mempunyai efek residu Suroso, 2003. Penyemprotan insektisida dilakukan interval 1 minggu untuk membatasi penularan virus Chikungunya. Penyemprotan siklus pertama semua nyamuk mengandung virus Chikungunya nyamuk inaktif dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi penularan akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentik agar populasi nyamuk dapat ditekan serendah-rendahnya Suroso, 2003.

b. Pemberantasan Larva Jentik

Dokumen yang terkait

Hubungan Penyuluhan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar

1 54 118

Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

3 26 120

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU KEPALA KELUARGA DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE

1 18 86

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERANTASAN SARANG Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk Di Desa Kudu Baki Sukoharjo.

0 2 18

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH Hubungan Dukungan Keluarga Dan Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.

0 2 16

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) Di Kelurahan Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Padang 2009.

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Chikungunya - Hubungan Pengetahuan, Sikap, Sarana Dan Prasarana Serta Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pencegahan Penyakit Chikungunya Menggunakan Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Oleh Kepala Keluarga Di Wilay

0 1 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan, Sikap, Sarana Dan Prasarana Serta Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pencegahan Penyakit Chikungunya Menggunakan Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Oleh Kepala Keluarga Di Wilayah Kerja Pu

0 1 10

HUBUNGAN PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

0 0 15

PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN STIKER BEBAS SARANG NYAMUK DI DESA BOJONGSARI

0 0 18