masyarakat. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses terjangkau sarana dan prasarana atau
fasilitas pelayanan kesehatan. c. Faktor-faktor penguat reinforcing factors
Merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk
berperilaku sehat, tetapi ia tidak melakukannya. Dalam hal ini dukungan atau dorongan dari orang lain sangat dibutuhkan untuk pencegahan suatu
penyakit. Selain itu sikap dan perilaku petugas kesehatan juga menjadi panutan bagi seseorang atau masyarakat.
2.5. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan Wijono, 1999.
Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan
tenaga keteknisian medis Wijono, 1999. Secara terperinci, tenaga medis adalah tenaga dokter spesialis, dokter umum
dan dokter gigi. Tenaga keperawatan adalah perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga Kesehatan Masyarakat
meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga Gizi meliputi
nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis,
teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis Wijono, 1999.
Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat, yakni:
a. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. b.
Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri.
c. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga
kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Menteri.
d. Selain izin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian
lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih
lanjut mengenai adaptasi, diatur oleh Menteri Wijono, 1999.
2.6. Sarana dan Prasarana
Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik
pada tingkat individu maupun masyarakat. Untuk masa mendatang kebutuhan sarana kesehatan akan disusun dengan memperhatikan beberapa asumsi dasar, yaitu :
a Terjadinya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara pelayanan yang
dominan, menjadi penyusunan kebijakan dan regulasi dengan tetap memperhatikan kebutuhan pelayanan bagi penduduk miskin.
b Makin meningkatnya potensi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan
kesehatan, khususnya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif c
Teratasinya krisis ekonomi dan politik dalam waktu yang tidak terlalu lama Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999
Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan ke depan akan diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta dengan memperhatikan faktor
efisiensi dan ketercapaian bagi seluruh penduduk. Selain itu langkah peningkatan kuantitas pembangunan sarana dan prasarana kesehatan harus diikuti dengan
peningkatan kemampuan manajerial yang professional dan didukung oleh peningkatan kemampuan teknis tenaga pemberi pelayanan untuk menjamin
keberhasilan dan kelestrian upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2.7. Landasan Teori