Analisis Nilai Tambah Kayu Mahoni Sebagai Bahan Baku Kerajinan Boneka Whimsy Di CV ATLAS Kota Tasikmalaya

(1)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor Kehutanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang memiliki kekayaan alam. Hasil sumberdaya kehutanan di Indonesia adalah kayu, bambu, rotan, madu, aren, dan gaharu. Salah satu hasil hutan yang banyak diminati oleh kaum industri adalah kayu. Kayu yang dihasilkan dari hutan Indonesia banyak dimanfaatkan dan digunakan oleh berbagai industri untuk diolah karena karakteristik umum dari produk kehutanan adalah bersifat musiman, besar (voluminous) dan berat (bulky), penawaran produk yang relative kecil, ketidakseragaman produk, ketergantungan pada alam serta mudah rusak (perishable).

Berkaitan dengan karakteristik produk kehutanan yang mudah rusak maka perlu adanya pengolahan lebih lanjut agar produk kehutanan dapat bertahan lama dan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Dengan adanya pengolahan produk kehutanan dapat mengurangi biaya penyimpanan yang cenderung mahal. Kayu mahoni merupakan salah satu produk kehutanan yang mudah rusak apabila terlalu lama disimpan maka kayu akan lapuk. Oleh karena itu agar kayu dapat bertahan lebih lama maka kayu dapat diolah menjadi bahan baku furniture, kusein, kitchen set, tempat tidur dan kerajinan. Salah satu hasil olahan kayu adalah kerajinan kayu menjadi boneka, pengolahan menjadi boneka mempunyai nilai tambah serta membuat kayu dapat bertahan lebih lama dan tidak berubah sifat.

Beberapa IKM di Tasikmalaya bergerak dalam usaha pengolahan kayu mahoni, karena kualitas kayu mahoni yang keras dan sangat baik untuk meubel, furniture, barang-barang ukiran, dan kerajinan tangan (boneka, kelom geulis, wayang golek), serat kayu halus, warna kayu mahoni yang berwarna merah natural dan sering juga di buat penggaris karena sifatnya yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni berada sedikit dibawah kayu jati. Berikut adalah IKM yang mengolah kayu mahoni :


(2)

2

Tabel 1. Pengrajin berbahan baku kayu Mahoni di Tasikmalaya

No. Nama Tempat Alamat Produk

1 CV ATLAS Leuwianyar - Tasikmalaya Boneka Kayu 2 Sumber Rezeki Purbaratu - Tasikmalaya Meubeul 3 Rizky Pratama Taman Sari - Tasikmaya Kelom Geulis 4 Sagitria Collection Dadaha - Tasikmalaya Kelom Geulis 5 Senny Collection Taman Sari - Tasikmaya Meubeul 6 Salsa Taman Sari - Tasikmaya Kelom Geulis 7 Panamas Raya Rajapolah - Tasikmalaya Interior Sumber : Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Tasikmalaya 2011

Perkembangan pasokan kayu rakyat di Tasikmalaya dari tahun 2007 – 2011 menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar, Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan industri kayu di Tasikmalaya, selain itu untuk memenuhi pasokan kayu di luar kota Tasikmalya, dengan banyaknya pasokan kayu rakyat di Tasikmalaya, banyak indutri menengah dan kecil memanfaatkan kayu tersebut untuk dijadikan kerajinan dan bahan baku furniture. perkembangan supply deman kayu rakyat di kabupaten Tasikmalya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data pasokan dan kebutuhan permintaan kayu rakyat di wilayah Tasikmalaya

No Tahun Supply Kayu (m³)

Demand Kayu (m³) 1. 2007 146.812,87 143.733,31 2. 2008 175.315,87 145.942,49 3. 2009 252.931,31 260.453,06 4. 2010 329.882,07 285.080,00 5. 2011 325.748,21 301.817,80

Sumber : Diolah dari Dinas Kehutanan Tasikmalaya, 2011

Salah satu perusahaan yang melakukan pengolahan kayu adalah CV ATLAS. CV ATLAS adalah IKM (Industri Kecil dan Menengah) yang didirikan oleh bapak Ade pada tahun 1998 CV ATLAS merupakan satu-satunya perusahaan pengolahan kayu di Tasikmalaya yang memproduksi boneka kayu dari kayu mahoni dan sebagian produknya telah diekspor ke California, Amerika Serikat dari tahun 2001 hingga sekarang. CV ATLAS mampu mengekspor kerajinan boneka kayu hingga 1500 unit setiap bulannya.


(3)

3

Berdasarkan uraian di atas, CV ATLAS harus mengetahui biaya pengolahan boneka kayu pada tiap periode, sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi penentuan harga pembelian bahan baku dari petani. Selain biaya pengolahan, perhitungan dan analisis nilai tambah pengolahan kayu mahoni juga diperlukan oleh perusahaan untuk mengetahui kondisi dan kekuatan yang dimiliki perusahaan agar meningkatkan produktivitas pengolahan yang akan meningkatkan keuntungan.

1.2. Perumusan Masalah

CV ATLAS merupakan IKM yang bergerak dibidang pengolahan kayu, salah satu hasil olahan yang diproduksi di CV ATLAS adalah mengolah kayu mahoni menjadi kerajinan boneka kayu dan satu-satunya perusahaan di Tasikmalaya yang mengeksport kerajinannya keluar negeri secara continu dari tahun 2000. Karakteristik sifat alami kayu yang mudah rusak mengharuskan adanya pengolahan kerajinan kayu merupakan langkah strategis dalam pengembangan indutri kerajinan kayu mahoni di Tasikmalaya.

Harga kayu yang rendah dan sifat kayu mudah rusak tanpa adanya pengolahan menyebabkan kayu tidak memiliki nilai jual padahal apabila dilakukan pengolahan, kayu memiliki keunggulan dan nilai tambah. Boneka yang dihasilkan dari kayu mahoni memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan simber daya hutan lainnya, sifat kayu mahoni yang tidak mudah berubah (susut), warna natural kayu baik, termasuk jenis kayu keras serta memiliki permukaan atau serat kayu yang halus. Permintaan boneka whimsy CV ATLAS tiap tahun meningkat hal ini di lihat dari permintaan eksport maupun domestik meningkat karena produk yang diolah oleh CV ATLAS termasuk kerajinan yang unik dan masih belum banyak perusahaan yang produksi.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui biaya-biaya apa saja yang timbul dalam pengolahan boneka kayu ?

2. Mengetahui harga pokok produksi boneka kayu pada CV. ATLAS berdasarkan metode Full Costing ?


(4)

4

3. Mengetahui nilai tambah dari usaha pengolahan kayu mahoni menjadi boneka kayu pada CV. ATLAS berdasarkan metode Hayami ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis biaya-biaya yang timbul dalam pengolahan boneka kayu. 2. Menghitung dan menganalisis harga pokok produksi pada CV. ATLAS

dengan menggunakan metode Full Costing Method.

3. Menganalisis nilai tambah dari pengolahan kayu mahoni menjadi boneka kayu pada dengan menggunakan metode hayami

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

informasi mengenai nilai tambah dari usaha yang dijalankan.

2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam materi yang berhubungan dengan konsep nilai tambah dan harga pokok produksi.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari Penelitian ini adalah menghitung harga pokok produksi dan menganalisis nilai tambah pengolahan boneka whimsy pada CV ATLAS pada Desember 2011. Metode perhitungan harga pokok produksi yang digunakan adalah full costing method. Sedangkan alat atau metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah pengolahan boneka whimsy adalah metode hayami karena metode hayami merupakan metode yang paling lengkap dibandingkan dengan metode lain yaitu menghitung nilai tambah, keuntungan perusahaan dan tenaga kerja.


(5)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Kecil Menengah

Usaha kecil menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat dipertahankan ditengah badai krisi moneter yang berkepanjangan. Untuk itu pemerintah berupaya dengan keras untuk membina usaha kecil dan menengah guna menjadikan usaha ini penyumbang devisa bagi Negara. Untuk dapat memberikan gambaran tentang usaha kecil menengah, akan dijelaskan terlebih dahulu definisi usaha kecil menengah. Menurut Partomo dan Soejoedono (2004) definisi usaha kecil dan menengah dapat ditinjau dari beberapa peraturan, yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Berdasarkan undang-undang Nomor 9 Tahun 1995, usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan yang memenuhi kriteria-kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-

c. Milik warga Negara Indonesia

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 2. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 Tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil diidentifikasi sebagai perseorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai penjualan pertahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,- atau asset setinggi-tingginnya Rp. 600.000.000,- (diluar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : Badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi),


(6)

6

perorangan (perajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang pedagang barang dan jasa dan sebagainya). 3. Berdasarkan surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

30/4/kep/Dir. Tanggal 4 April 1997 tentang pemberian kredit usaha kecil, usaha kecil diidentifikasi sebagia usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 c. Milik warga Negara Indonesia

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi Usaha kecil menengah dapat pula dibedakan berdasarkan batasan jumlah tenaga kerja yang direkrut. Usaha kecil diidentifikasi oleh Badan Pusat Statistik jika jumlah tenaga kerja yang dimiliki antara 5 hingga 19 orang, sedangkan usaha menengah berkisar antara 20 hingga 99 orang, lebih dari 100 orang dikategorikan sebagai usaha besar.

Menurut Partomo dan Soejoedono (2004) usaha kecil dan menengah menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan pengetahuan yang kurang maju dalam berbisnis. UKM menghadapi kendala-kendala dalam mempertahankan atau mengembangkan usaha (bisnis) antara lain kurang pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal dan lemah di bidang pemasaran.

Banyak definisi usaha mikro kecil dan menengah yang dipahami baik dari lembaga lokal maupun asing. Namun demikian, perbankan Indonesia menggunakan definisi UKM sesuai dengan kesepakatan Menko Kesra dengan Bank Indonesia. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Hasil penjualan tahunan bisnis tersebut paling banyak Rp. 100.000.000,- dan milik warga Negara Indonesia.


(7)

7

Menurut Iqbal dan Simanjuntak (2004), UKM harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan analisis persaingan/kompetisi. Oleh karena itu, UKM harus mengetahui siapa pesaingnya, pelanggan dan juga tentang usahanya sendiri sehingga UKM dapat merencanakan strategi bisnis yang tepat untuk usahanya tersebut.

2.2. Pengertian Biaya

Pemberian biaya atas produk, jasa, pelanggan dan objek lain yang merupakan kepentingan manajemen adalah salah satu faktor dasar untuk membuat suatu keputusan manajemen. Salah satu faktor yang paling sering digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya suatu perusahaan adalah besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah biaya.

Biaya dalam arti luas menurut Mulyadi (2005) adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur dalam definisi biaya tersebut, yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan mata uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Menurut Hansen dan Mowen (2006), biaya adalah nilai kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan memberikan keuntungan kepada perusahaan baik saat ini maupun saat yang akan dating. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian biaya adalah suatu pengorbanan atau penyerahan sumber daya guna mendapatkan keuntungan baik di masa sekarang maupun keuntungan dimasa akan datang.

2.2.1 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi atau penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atau keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih mempunyai arti atau lebih penting. Klasifikasi atau penggolongan ini akan memudahkan manajemen perusahaan dalam melakukan kalkulasi terhadap biaya-biaya perusahaan (Supriyono, 2007).


(8)

8

Menurut Mulyadi (2005), penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak di capai. Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok biaya yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya ini di bagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung disebut dengan istilah biaya utama atau Prime Cost, sedangkan biaya overhead pabrik sering di sebut dengan istilah biaya konversi atau Conversion Cost, yang merupakan biaya untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi. Contoh dari biaya produksi misalnya biaya bahan baku, bahan baku penolong dan biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

2. Biaya Pemasaran

Merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pmasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran dan biaya contoh atau sample.

3. Biaya Administrasi dan Umum

Merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan dan biaya fotocopy.

2.2.2 Biaya dalam Hubungan dengan Produk

1. Bahan Baku Langsung atau Direct Material

Bahan baku langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung kedalam kalkulasi biaya produk. Sedangkan biaya bahan baku langsung dapat


(9)

9

diartikan sebagai biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai, jadi biaya langsung akan dapat dengan mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai. Contohnya dari bahan langsung adalah kayu dalam perusahaan mebel (Hammer, 1994).

2. Tenaga Kerja Langsung atau Direct Labor

Tenaga kerja langsung adalah seluruh karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan baku langsung menjadi barang jadi. Biaya bahan baku lagsung dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya-biaya utama yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam menghasilkan produknya. 3. Overhead Pabrik

Overhead pabrik dapat diidentifikasi sebagai biaya bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat di bebankan langsung ke dalam produk tertentu. Bahan tidak langsung adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya sangat kecil sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan langsung yang tak berguna atau ekonomis.

Tenaga kerja tidak langsung dapat diidentifikasi sebagai para karyawan yang dikerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi pembuatan atau pembentukan barang jadi. Overhead pabrik mencakup samua biaya pabrik kecuali yang dicatat sebagai biaya langsung yaitu bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua yaitu, biaya overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap (Hammer, 1994).

2.2.3 Perilaku Biaya

Adalah perubahan biaya sebagai akibat dari perubahan volume aktivitas tertentu. Berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

1. Biaya Tetap Atau Fixed Cost

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Pada biaya tetap, biaya satuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan


(10)

10

semakin rendah biaya satuan dan semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi, dan metode strategi manajemen. Contoh dari biaya tetap adalah gaji direktur produksi.

2. Biaya Variabel Atau Variable Cost

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan atau tetap dengan adanya perubahan volume aktifitas, semakin tinggi volume kegiatan secara proporsional total biaya variabel akan semakin tinggi dan semakin rendah volume kegiatan secara proporsional maka biaya variabel akan semakin rendah. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi.

3. Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding. Contoh dari biaya semivariabel adalah biaya perbaikan dan perawatan mesin, biaya pemakaian dan perawatan kendaraan dan biaya telepon.

2.3. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran, serta kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produk.


(11)

11

Menurut Mulyadi (2005), pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai. Perusahaan yang memproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan adalah perusahaan percetakan, perusahaan mebel, perusahaan dok kapal. Perusahaan yang berproduksi massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang. Umumnya produknya berupa produk standar. Contoh perusahaan yang berproduksi massa antara lain adalah perusahaan, semen, pupuk, makanan dan tekstil.

Menurut Mulyadi (2005), pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa.

Tabel 3. Perbedaan karakteristik metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses

Segi Perbedaan Metode Harga Pokok

Pesanan

Metode Harga Pokok Proses

Dasar kegiatan produksi Pesanan langganan Budget produksi Tujuan produksi Untuk melayani pesanan Untuk persediaan yang

akan dijual Bentuk produk Tergantung spesifikasi

pemesan dan dapat dipisahkan identitasnya

Homogen dan standar

Biaya produksi dikumpulkan Setiap pemesanan Setiap satuan waktu Kapan biaya produksi

dihitung

Pada saat suatu pesanan selesai

Pada akhir periode/satuan waktu

Menghitung harga pokok Harga pokok pesanan: jumlah produk pesanan yang bersangkutan

Harga pokok periode tertentu: jumlah produk periode yang bersangkutan Sumber: Supriyono, 2007

2.3.1 Metode Full Costing

Menurut Mulyadi (2005) full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik biaya variabel maupun tetap. Biaya produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya


(12)

12

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi umum).

2.4. Nilai Tambah

Pengertian nilai tambah (value added) itu sendiri adalah pertambahan nilai yang terjadi pada suatu komoditi karena komoditi tersebut telah mengalami proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan dalam suatu proses produksi. Menurut Hardjanto dalam Dewi (2011) nilai tambah merupakan suatu pertambahan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional yang diperlakukan pada komoditi yang bersangkutan.

Sedangkan Brunnield dan Burton dalam Nurwilis dalam Dewi (2011) mendefinisikan nilai tambah dari segi output dikurangi beberapa bagian dari input dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi maupun barang jadi yang masuk kedalam proses produksi ditambah semua persediaan dan pembelian jasa dari perusahaan lain. Kadariah et al dalam Dewi (2011) menyatakan nilai tambah sebagai selisih nilai dari satuan-satuan hasil produksi dengan nilai dari setiap sarana produksi yang masuk dalam proses produksi hasil tersebut. Sedangkan Simatupang dalam Dewi (2011) mendefinisikan nilai tambah sebagai penerimaan upah pekerja dan keuntungan pemilik modal atau nilai produksi dikurangi pengeluaran barang antara. Dengan demikian Simatupang dalam Dewi (2011) tidak memperhitungkan unsur-unsur lain dalam proses pembentukan nilai tambah, seperti bahan baku dan bahan penolong.

Sumber-sumber nilai tambah diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan manajemen). Oleh karena itu untuk menjamin agar produksi terus berjalan secara efektif dan efisien nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil. Analisis nilai tambah dapat dipandang sebagai usaha untuk melaksanakan prinsip-prinsip distribusi di atas dan berfungsi sebagai salah satu indikator keberhasilan sektor agribisnis. Analisis ini merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai.

Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis yang mempengaruhi nilai tambah meliputi unsur kualitas produk, penerapan teknologi kapasitas produksi, penggunaan unsur tenaga kerja, jumlah bahan baku


(13)

13

dan input penyerta. Faktor teknis ini mempengaruhi harga jual output. Sedangkan faktor non teknis (faktor pasar) meliputi harga jual output, upah kerja, harga bahan baku, informasi pasar, modal investasi, teknologi, nilai input lainnya dan sebagainya. Faktor non teknis dapat mempengaruhi faktor konversi dan biaya produksi.

Dalam bentuk matematika, fungsi nilai tambah dapat dituliskan sebagai berikut :

Nilai tambah = f(K, B, T, U, h, L)………(1) Dimana K : kapasitas produksi

B : jumlah bahan baku yang digunakan T : Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan H : Harga output

U : Upah kerja h : Harga bahan baku L : Nilai input lain

Nilai input lain mencakup nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Nilai ini mencakup biaya modal (bahan penolong dan biaya overhead pabrik lainnya) dan gaji pegawai tidak langsung.

Gittinger dalam Dewi (2011) mendefinisikan nilai tambah sebagai selisih harga penjualan barang dan jasa dengan biaya bahan dan pengeluaran untuk jasa-jasa. Gittinger membedakan nilai tambah atas nilai kotor dan nilai tambah bersih. Nilai tambah kotor merupakan selisih harga jual dengan pembayaran untuk pajak, bunga modal, sewa tanah, laba, penyusutan, manajemen, asuransi, jaminan sosial lainnya dan upah karyawan. Pengurangan nilai tambah kotor dengan biaya penyusutan disebut dengan nilai tambah bersih.

Menurut Hayami dalam Maimun (2009), terdapat dua cara dalam menghitung nilai tambah, yaitu dengan menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem (pengolah) dan kesempatan kerja yang diciptakan oleh sistem tersebut. Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat digunakan untuk menduga/menaksir


(14)

14

besarnya balas jasa yang diterima faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut.

Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai tambah suatu komoditi pertanian, diantaranya :

1. Metode Hayami

Metode ini merupakan salah satu metode analisis nilai tambah yang sering dipakai. Metode ini disebut metode Hayami karena dikemukakan oleh Hayami. Hayami menerapkan analisis ini pada subsistem pengolahan (produksi sekunder). Produksi sekunder merupakan kegiatan produksi yang mengubah bentuk produk primer.

Kelebihan analisis nilai tambah dengan metode Hayami adalah:

a. produktivitas produksi (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja) dapat diestimasi,

b. balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi juga dapat diestimasi, dan c. prinsip analisis nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan pula untuk

subsistem lain selain pengolahan. 2. Sistem Pembagian Nilai Tambah

Metode ini dikembangkan oleh A.W. Rucker, sehingga metode ini disebut juga Rucker Plan. Berdasarkan laporan akuntansi, nilai tambah dapat dihitung sebagai berikut: Nilai tambah = pendapatan tenaga kerja + pendapatan operasi. Berdasarkan laporan laba rugi, nilai tambah menurut sistem ini dinyatakan sebagai nilai tambah = penjualan netto – ((biaya bahan baku + ongkos yang dibayar + biaya depresiasi) (persediaan awal – persediaan akhir +/- nilai penyesuaian nilai tambah)). Nilai tambah bruto dikurang biaya depresiasi sama dengan nilai tambah netto.

3. Metode M. Dawam Rahardjo

Menurut Dawam Rahardjo dalam Dewi (2011), value added merupakan selisih nilai produk bruto dengan total pengeluaran. Nilai produk bruto yang dimaksud disini adalah nilai output ditambah dengan nilai jasa yang diberikan. Total pengeluaran yang dimaksud meliputi gaji/upah, bahan baku, bahan bakar dan biaya lainnya.


(15)

15

2.4.1 Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)

MCE merupakan ukuran yang menunjukkan persentase value added activities yang terdapat dalam suatu aktivitas yang digunakan oleh seberapa besar

non value added activities dikurangi dan dieliminasi dari proses pembuatan produk menurut Mulyadi dalam Ardiansyah (2010)

Manufacturing Cycle Effectiveness merupakan alat analisis terhadap aktivitas-aktivitas produksi, misalnya berapa lama waktu yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas mulai dari penanganan bahan baku, produk dalam proses hingga produk jadi (cycle time). MCE dihitung dengan memanfaatkan data cycle time

atau throughput time yang telah dikumpulkan. Pemilihan cycle time dapat dilakukan dengan melakukan activity analysis. Menurut Saftiana, Ardiansyah (2010) cycle time terdiri dari value added activity dan non value added activities.

Value added activity yaitu processing time dan non value added activities yang terdiri dari waktu penjadwalan (schedule time), waktu inspeksi (inspection time),

waktu pemindahan (moving time), waktu tunggu (waiting time), dan waktu penyimpanan (storagetime).

Mulyadi (2005) memformulasikan waktu siklus yang digunakan untuk menghitung MCE adalah:

Waktu siklus = waktu proses + waktu menunggu + waktu bergerak + waktu inspeksi………..(2)

dan

siklus efektivitas manufaktur = ………..….…(3)

Menurut Mulyadi dalam Ardiansyah (2010) suatu proses pembuatan produk menghasilkan cycle effectiveness sebesar 100%, maka aktivitas bukan penambah nilai telah dapat dihilangkan dalam proses pengolahan produk, sehingga customer

produk tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas-aktivitas yang bukan penambah nilai. Apabila proses pembuatan produk menghasilkan cycle effectiveness kurang dari 100%, maka proses pengolahan produk masih mengandung aktivitas-aktivitas yang bukan penambah nilai bagi customer.


(16)

16

Menurut Saftiana, dalam Ardiansyah (2010) proses produksi yang ideal adalah menghasilkan waktu siklussama dengan waktu proses.

2.4.2 Nilai Tambah Metode Hayami

Nilai tambah yang dihasilkan dari suatu pengolahan pada barang dan jasa, merupakan selisih antara nilai akhir suatu produk (nilai output) dengan nilai bahan baku dan input lainnya. Nilai tambah tidak hanya melihat besarnya nilai tambah yang didapatkan, tetapi juga distribusi terhadap faktor produksi yang digunakan. Sebagian dari nilai tambah merupakan balas jasa (imbalan) bagi tenaga kerja, dan sebagian lainnya merupakan keuntungan pengolah. Metode analisis Hayami adalah metode yang umum digunakan untuk menganalisis nilai tambah pada subsistem pengolahan.

2.5. Proses Produksi Kerajinan Boneka Kayu

Kayu merupakan bahan baku utama dalam pembuatan atau proses produksi pada perusahaan boneka kayu. Bahan ini dapat diperoleh melalui para pedagang kayu (tengkulak kayu) maupun dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kehutanan, baik yang berlokasi di desa sentra maupun yang berlokasi di luar desa sentar menurut Indria dalam Purnama (2006)

Proses produksi untuk membuat kerajinan boneka kayu menurut Usman

dalam Purnama (2006), melalui 3 tahap utama diantaranya:

1. Tahap persiapan, yang meliputi persiapan bahan baku kayu awal berupa kayu gelondongan, membuat gambar dan desain yang di inginkan serta pengumpulan bahan –bahan.

2. Tahap pembentukan, dalam tahap ini kayu dibentuk sesuai denga ukuran yang diinginkan mengikuti kreatifitas dan pemesanan, diraut sampai halus lalu proses penghampelasan yang dilakukan berkali-kali.

3. Tahap penyelesaian akhir, diantaranya pengecatan yang menggunakan cat kayu atau cat tembok dengan teknik kuas lalu finishing sehingga daya lekatnya lebih kuat.


(17)

17 2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kerajinan boneka ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu mengenai harga pokok produksi kayu dan analisis nilai tambah. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya adalah :

Sari (2007), analisis nilai tambah dan efisiensi pemasaran keripik dan dodol salak. Penelitian ini bertujuan menghitung nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas buah salak menjadi keripik salak dan dodol salak, mengidentifikasi saluran pemasaran yang terjadi meliputi : pola saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran struktur pasar, dan tingkah laku pasar, menganalisis efesiensi pemasaran berdasarkan : marjn pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan biaya, dan elastisitas transmisi harga.

Metode pengolahan dan analisis data menggunakan metode analisis kualiatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi pola saluran pemasaran, fungsi-fungsi lembaga pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif meliputi analisis nilai tambah dengan menggunakan metode hayami, marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan biaya dan analisis elastisitas transmisi harga.

Hasil analisis nilai tambah memperlihatkan bahwa kegiatan produksi keripik salak dan dodol salak UKM Binangkit telah menciptakan nilai tambah. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 1.840,26/kg bahan baku salak, untuk analisis nilai tambah dengan memasukkan biaya penyusutan mesin-mesin sebesar Rp 2.313,11/kg bahan baku buah salak untuk analisis nilai tambah tanpa memasukkan biaya penyusutan mesin-mesin. Adapun nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan buah salak menjadi dodol salak pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 2.710,40/kg bahan baku buah salak untuk analisis nilai tambah dengan memasukkan biaya penyusutan mesin-mesin dan sebesar Rp 4.115,26/kg bahan baku buah salak untuk analisi nilai tambah tanpa memasukkan biaya penyusutan mesin-mesin. Selama 12 bulan periode analisis harga bahan baku buah salak sangat berfluktuatif dengan harga Rp 700,00 sampai Rp 1.200,00 per kg karena harga buah salak ditentukan oleh musim panen buah salak.


(18)

18

Munawar (2010) analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas kayu menjadi produk gergajian, menganalisis saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasarMenganalisis efisiensi pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan.

Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan yaitu jumlah mesin yang digunakan satu adalah skala usaha kecil dengan jumlah responden delapan sampel. Jumlah mesin yang digunakan dua adalah skala usaha menengah dengan jumlah responden tiga sampel dan jumlah mesin yang digunakan lebih dari dua adalah skala usaha besar dengan jumlah responden dua sampel.

Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan, bahwa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK skala usaha kecil Rp. 103.879,02 per m³ bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala usaha menengah sebesar Rp. 117.972,15 per m³ bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp.137.348,23 per m³ bahan baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan.

Berdasarkan beberapa hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu, penulis berpendapat bahwa kerangka berpikir paling layak dalam menganalisis nilai tambah dan proses pengolahan kerajinan boneka kayu adalah kerangka yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan Munawar dan Sari, yaitu dengan menganalisis nilai tambah dan menentukan harga pokok produksi boneka kayu.


(19)

19

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

CV ATLAS adalah salah satu IKM yang memiliki tujuan menghasilkan produk yang memiliki nilai jual yang tinggi serta mendapatkan laba atau keuntungan yang maksimal. CV ATLAS merupakan perusahaaan yang bergerak dibidang pengolahan kayu, adapun produk yang dihasilkan CV ATLAS antara lain furniture, kusen dan kerajinan kayu. Pada penelitian ini hanya fokus pada kerajinan kayu yang memberikan kontribusi besar bila dibandingkan dengan produk lainnya.

Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan pengorbanan yang seminimal mungkin. Hal ini ditujukan untuk kelancaran usahanya agar mampu bersaing di lingkungan bisnis global. Perusahaan pun harus mampu menentukan harga jual yang tepat dalam memasarkan produknya. Penentapan harga jual tersebut sangat berkaitan dengan penentapan harga pokok produksi dari produk. Perhitungan biaya produksi yang tepat akan menciptakan harga jual yang tepat sehingga keuntungan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan perusahaan.

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi pada suatu produk, karena telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut dalam suatu proses produksi. Berdasarkan definisi ini maka industri yang mengolah kerajinan boneka kayu dengan memanfaatkan bahan baku mahoni yang mampu memberikan nilai tambah. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu produk dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat dan waktu.

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghitung harga pokok produksi boneka kayu pada CV ATLAS. dalam menentukan harga pokok produksinya perusahaan belum menerapkan metode yang dapat merefleksikan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan dalam aktifitas produksinya sehingga metode yang digunakan masih


(20)

20

sederhana. Sedangkan analisis nilai tambah di gunakan untuk membahas pemanfaatan kayu mahoni sehingga menjadi boneka kayu yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Kerangka pemikiran tersebut dapat disederhanakan dalam bagan berikut ini.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Kayu

Nilai Jual Rendah dan Tidak Tahan Lama

Rekomendasi Keuntungan Nilai Tambah Hayami

Identifikasi Biaya Proses Produksi

Boneka CV ATLAS


(21)

21 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di IKM CV ATLAS perusahaan pengolahan kayu dan kerajinan. CV ATLAS bertempat di Jalan Leuwi Anyar No. 123, Tasikmalaya. Pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang telah mengeksport produk boneka whimsy ke California sejak tahun 2000. Kegiatan pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik CV ATLAS dan karyawan bagian Carving, pengecatan dan finishing. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur seperti, gambaran umum perusahaan, meliputi sejarah, lokasi, struktur organisasi dan biaya pengolahan bulan Desember 2011, juga penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang berhubungan dengan pengolahan kerajinan kayu mahoni dan analisis nilai tambah serta studi pustaka yang mendukung.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah didapat kemudian diolah. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan data tersebut dapat member arti dan maknayang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

Perusahaan melakukan proses produksi kerajinan boneka kayu bukan berdasarkan pesanan tetapi dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian, analisis yang digunakan untuk perhitungan biaya pengolahan yang sesuai adalah analisis harga pokok yaitu full costing method. Full costing atau sering disebut

absorption atau conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel.


(22)

22

Biaya bahan baku Rp xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Biaya overhead pabrik tetap Rp xxx Biaya overhead pabrik variabel Rp xxx Harga pokok produk Rp xxx

Selain metode full costing, analisis metode hayami juga akan digunakan pada penelitian ini. Nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan tertentu dan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut berasal dari pemanfaatan faktor-faktor tenaga kerja, modal, sumber daya manusia dan manajemen. Rumus dari metode hayami sebagai berikut :

Tabel 4. Analisis nilai tambah Metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input dan Harga

1 Output (m3/bulan) A 2 Bahan baku (m3/bulan) B 3 Tenaga kerja (HOK/bulan) C

4 Faktor konversi D = A/B 5 Koefisien tenaga kerja E = C/B 6 Harga Output F 7

Upah rata-rata tenaga kerja

(Rp/HOK) G

Pendapatan dan Keuntungan (Rp/m3)

8 Harga bahan baku H 9 Sumbangan input lain I

10 Nilai output J = D x F 11 a. Nilai tambah K =J-I-H

b. Rasio nilai tambah L% = (K/J) x 100% 12 a. Imbalan tenaga kerja M = E x G

b. Bagian tenaga kerja N% = (M/K) x 100% 13 a. Keuntungan O = K - M

b. Tingkat keuntungan P% = (O/J) x 100% Balas jasa dari masing-masing faktor produksi

14 Marjin Q%= (J-H) x 100% a. Imbalan tenaga kerja R%= (M/Q) x 100% b. Sumbangan input lain S%= (I/Q) x 100% c. Keuntungan Perusahaan T%= (O/Q) x 100%


(23)

23

Informasi yang dihasilkan melalui metode analisis niali tambah Hayami yang digunakan pada subsitem pengolahan adalah sebagai berikut:

1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp).

2. Rasio nilai tanbah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk.

3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besar upah yang diterima oleh tenaga kerja.

4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah.

5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah), karena menanggung resiko usaha.

6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%), menunjukkan presentase keuntungan terhadap nilai tambah

7. Marjin pengolah (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

8. Persentase pendapatan tenaga kerja terhadap marjin (%) 9. Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%) 10.Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)


(24)

24

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

CV ATLAS didirikan pada tahun 1998 di Jalan Leuwi Anyar nomor 123 RT/RW 01/05 Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya sebagai usaha kecil menengah yang bergerak di bidang pengolahan kayu. Bapak Ade merupakan pendiri utamanya. Ketertarikan Bapak Ade terhadap usaha ini berawal dari melihat penduduk sekitar yang mayoritas melakukan kegiatan usaha dalam bidang pengolahan kayu yaitu furniture dan kusein. Sebagian besar dari pengusaha di lingkungan tersebut memproduksi barangnya dengan kualitas yang kurang baik, mulai dari bahan dasar yang digunakan, pengerjaan, hingga hasil akhirnya yang masih kasar. Melihat kenyataan itu, maka tergeraklah beliau untuk mendirikan perusahaan pengolahan kayu dengan memproduksi barang yang lebih berkualitas dibanding yang lain. Hal tersebut tentunya juga dilakukan untuk memuaskan konsumen yang datang ke daerah produksi kayu tersebut.

Produk utama yang dihasilkan pada awal usahanya adalah lemari ukiran,

kitchen set, tempat tidur, dan lain sebagainya. Produk-produk tersebut biasanya diproduksi berdasarkan pesanan konsumen. Pada awal didirikan banyak permintaan furniture yang datang, sehingga usaha ini terbilang cukup sukses. Pada tahun 2000 seorang distributor di Bandung mengajukan permintaan produk kerajinan boneka whimsy kayu kepada CV ATLAS untuk diekspor ke California USA. CV ATLAS tertarik dan menyanggupi tawaran tersebut karena karyawannya memiliki keahlian mengukir yang sangat baik. Produk tersebut terbilang cukup unik. Boneka whimsy kayu ini diukir dalam bentuk sayuran, buah-buahan, hewan, tokoh kartun, atau keseluruhan produk tersebut disebut sebagai boneka whimsy. Awalnya perusahaan mampu mengekspor 300 hingga 600 unit boneka whimsy kayu per bulan. Lalu bertambah lagi menjadi 1500 unit per bulan dari tahun 2002 hingga sekarang.


(25)

25

Finishing

Pengecatan

carving

Bagian Pemasaran

Pemimpin Perusahaan

Bagian Produksi Bagian Keuangan

Semenjak adanya permintaan ekspor, CV ATLAS pun jarang memproduksi furniture meski masih ada saja permintaan dari konsumen. Hal ini karena perusahaan lebih memfokuskan pada produksi kerajinan boneka whimsy yang permintaannya terbilang cukup banyak dan sudah tetap setiap bulan. Selain untuk diekspor, boneka whimsy kayu hasil produksi CV ATLAS juga dijual langsung di

workshop-nya dan dijual melalui pameran-pameran tertentu seperti International

Handicraft Trade Fair (INACRAFT), Indonesia Handicraft Handmade

Production (ICRA), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan lain sebagainya.

4.1.2 Struktur Organisasi

CV ATLAS merupakan perusahaan keluarga, sehingga hampir semua kegiatan manajemen di pegang oleh anggota keluarga. Bapak Ade sebagai pemilik dan pimpinan memegang sebagian penuh operasional perusahaan yang dibantu oleh istri dan anaknya. Bagian keuangan dipegang oleh istrinya, sedangkan bagian pemasaran dan bagian produksi di pegang oleh anak bapak Ade. Kegiatan produksi diserahkan langsung kepada karyawannya dan mendapat pengawasan langsung dari pimpinan. Adapun struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut:


(26)

26

Jumlah karyawan produksi di CV ATLAS berjumlah 9 orang yang terdiri dari 4 orang bagian carving, 4 orang bagian pengecatan dan 1 orang bagian

finishing. Pemilik perusahaan berperan sebagai pengawas operasional perusahaan yang dibantu oleh istri dan anaknya. Bagian keuangan dipegang oleh istrinya, sedangkan bagian pemasaran dan bagian produksi di pegang oleh anaknya. Adapun keterangan tugas dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi tersebut adalah:

1. Pemimpin Perusahaan

Pemimpin perusahaan merupakan pemilik dari CV ATLAS yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan.

2. Bagian Keuangan

Memiliki peranan sebagai pengendali keuangan perusahaan yang bertugas untuk mengatur pembelanjaan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi boneka whimsy kayu, serta mengatur pembayaran upah dari setiap karyawan.

3. Bagian Pemasaran

Bagian pemasaran bertugas menghubungi pihak konsumen untuk menyalurkan barang yang siap dikirim, barang yang dikirim biasanya langsung diantar ketempat pelanggan. Produk yang dihasilkan perusahaan selain di ekspor yaitu melalui pameran-pameran yang diadakan di Jakarta dan Bandung.

4. Bagian Produksi

Bagian produksi merupakan bagian yang sangat vital dalam sebuah industri, karena diperlukan orang-orang yang ahli dalam bidang. Keahlian yang diperlukan pada pembuatan boneka whimsy kayu ini adalah teknik

carving dan pengecatan. Teknik Carving memerlukan ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan pengertian dalam melihat gambar untuk membuat pahatan pada kayu dengan mementingkan bentuk timbul-timbul, cekung atau datar. Bagian pengecatan dituntut memiliki keahlian melukis wajah yang sesuai dengan gambar atau bentuk yang ditentukan tema.


(27)

27 4.1.3 Bahan Baku

Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk boneka Whimsy yang baik adalah kayu mahoni. Adapun pemasok bahan baku adalah dari para petani kayu mahoni yang banyak terdapat di Kabupaten Tasikmalaya khususnya Kecamatan Urug, selain itu pembelian kayu mahoni dapat menghubungi pihak Perhutani Tasikmalaya. Rata-rata jumlah pembelian bahan baku kayu mahoni dilakukan 3 bulan sekali sebanyak 4 m³. Harga pembelian ditentukan berdasarkan harga yang berlaku dipasaran disesuaikan dengan kualitas bahan baku.

4.1.4 Peralatan Produksi Boneka Whimsy

Teknologi produksi dalam usaha boneka Whimsy merupakan gabungan antara teknologi sederhana dengan teknologi semi modern. Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern tercermin dalam penggunaan peralatan yang di gerakkan dengan mesin listrik, meskipun masih dalam kendali pekerja. Pekerjaan ini mengandalkan gabungan antara keterampilan tangan pekerja, baik menggunakan peralatan manual maupun dalam mengoperasikan peralatan semi modern. Dengan demikian tingkat keahlian tenaga kerja menjadi faktor utama untuk menghasilkan produk boneka whimsy yang berkualitas baik dan meminimalisir kerusakan boneka.

Peralatan yang digunakan oleh para pengusaha boneka whimsy dapat dikelompokkan ke dalam beberapa peralatan mekanis dengan bantuan tenaga listrik dan peralatan manual. Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum memproduksi boneka whimsy ialah peralatan yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Adapun peralatan yang digunakan dalam produksi boneka whimsy dapat dilihat pada Tabel 5.


(28)

28

Tabel 5. Peralatan produksi kerajinan boneka Whimsy CV ATLAS

No Keterangan Jumlah

(Unit)

Biaya (Rp/Unit) Total

1 Mesin Bubut 3 4.000.000 12.000.000 2 Gergaji 1 9.000.000 9.000.000

3 Pisau Raut 5 20.000 100.000

4 Kompresor Set 1 4.500.000 4.500.000

5 Kuas 20 7.500 150.000

6 Gunting 5 12.000 60.000

Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

Dari Tabel 5. terlihat bahwa terdapat tujuh peralatan yang digunakan untuk proses produksi, antara lain mesin bubut, gergaji, pisau raut, kompresor set, kuas, gunting. Mesin bubut berfungsi untuk membuat bentuk-bentuk tertentu pada komponen mainan edukatif dari kayu. Gergaji mesin ini digunakan untuk memotong kayu sesuai dengan ukuran boneka whimsy yang diproduksi sedangkan kompresor set untuk digunakaan pada saat finishing yaitu memberikan warna kilat atau dop pada boneka whimsy yang telah di cat warna. Pisau raut berfungi untuk menyempurnakan raut muka dari boneka whimsy. Kuas untuk mengecat dan gunting untuk memotong.

4.2. Biaya-Biaya yang Timbul pada Proses Produksi Boneka Whimsy di CV ATLAS

Proses produksi merupakan suatu cara atau metode dan teknik dalam menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia bahan (baku, mesin dan sumberdaya manusia) menjadi produk jadi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa tahapan aktivitas yang dilakukan oleh CV ATLAS dalam memproduksi boneka whimsy kayu yang berkualitas. Tahap proses produksi pada CV ATLAS dapat dilihat pada Gambar 3. berikut :


(29)

29

Gambar 3. Alur proses produksi

Seluruh tahap proses pengolahan boneka whimsy (kecuali tahap perautan) terdapat biaya yang timbul yaitu, biaya overhead. Proses pembuatan boneka whimsy dilakukan beberapa tahapan, yaitu pemotongan kayu, bembubutan, perautan, pengecatan dasar, penghampelasan, pengecatan, perakitan dan pengemasan. Proses produksi dimulai dengan penentuan tema apa yang akan

Pengecatan Penghalusan

Tahap 2

Pengemasan Perakitan Pengecat an cat

m inyak Pengecatan Dasar

Perautan Pembubutan Pemotongan dan

Pembelahan

Penghalusan Tahap 1


(30)

30

dibuat berupa buah-buahan,hewan, atau bentuk lainnya kepada pekerja produksi oleh pemimpin perusahaan. Bahan baku berupa kayu mahoni terlebih dahulu di potong sesuai dengan ukuran yang sesuai panjang dan lebar komponen boneka whimsy yang akan diproduksi. Biaya yang dikeluarkan pada proses ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan.

Setelah dipotong dengan menggunakan gergaji, kayu dibubut untuk mendapatkan bulatan pada bagian kepala dan badannya. Setelah itu diraut mengikuti bentuk boneka whimsy yang sesuai dengan tema. Dari hasil pemotongan, pembubutan dan perautan menghasilkan serbuk kayu atau serpihan kayu hasil sisa dari pengolahan boneka, sisa hasil pengolahan kayu biasanya oleh perusahaan dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah yang berada dekat dengan lokasi pabrik. Biaya yang dikeluarkan pada proses pembubutan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan.

Proses selanjutnya boneka whimsy dihaluskan menggunakan amplas manual, setelah kayu halus dilakukan penutupan pori-pori dengan menggunakan sanding. Penutupan pori-pori ini berfungsi untuk menutupi beberapa bagian permukaan kayu yang memiliki lubang atau permukaan kayu yang tidak merata agar hasil pengecata lebih maksimal. Proses selanjutnya adalah pengecatan warna dasar pada kayu setelah cat kering kemudian kayu diamplas kembali dengan menggunakan amplas halus agar debu kotoran dan permukaan produk menjadi halus. Biaya yang dikeluarkan pada proses penghalusan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku penolong (amplas dan cat),

Selanjutnya boneka whimsy diberi warna sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Setelah pemberian warna boneka whimsy di finishing dengan pelapisan cat minyak untuk melindungi warna cat agar tidak pudar sehingga menghasilkan produk boneka whimsy yang baik. Sebelum proses perakitan tangan dan kaki, boneka whimsy harus dicek mutunya agar dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan. Biaya yang dikeluarkan pada proses pengecatan, finishing dan perakitan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku


(31)

31

penolong (cat, tinner, impra, benang woll), biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan.

Tahap akhir, boneka whimsy kayu yang telah dirakit secara utuh dan telah memenuhi standar proses dikemas dengan menggunakan Bubble Wrap Plastic. Biaya yang dikeluarkan pada proses penghalusan adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku penolong (amplas dan cat), biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan. Biaya yang dikeluarkan pada proses pengemasan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku penolong (Bubble Wrap Plastic),

Boneka kayu yang telah dikirim terkadang di return oleh distributor karena adanya boneka whimsy yang rusak atau cacat akibat terbentur dengan boneka lain, akan tetapi kerusakkan tersebut hanya 10% dari seluruh permukaan boneka seperti cat yang terkelupas akibat benturan antar boneka. Boneka yang cacat ini akibat pengemasan yang tidak maksimal, hal ini disebabkan oleh bahan pengemas yang kurang melindungi seluruh permukaan boneka bila terjadi benturan akibat penumpukkan boneka yang pada saat di kemas dalam dus.

4.3.Perhitungan Harga Pokok Produksi Boneka Whimsy CV ATLAS

4.3.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Boneka Whimsy dengan Metode Perusahaan

CV ATLAS sudah melakukan perhitungan harga pokok produksi produk boneka whimsy, namun perhitungan yang dilakukan masih dengan metode yang sederhana dan belum merinci seluruh biaya yang dikeluatkan dalam proses produksi. Dalam melakukan oerhitungan harga pokok produksi boneka whimsy perusahaan hanya membebankan biaya bahan baku kayu, biaya bahan penolong dan listrik. Perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan ini belum memasukkan seluruh biaya overhead pabrik.

Biaya overhead yang dibebankan perusahaan pada perhitungan harga pokok produksi hanya biaya bahan penolong dan biaya listrik sedangkan biaya overhead lainnya seperti biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya penyusutan peralatan mesin bangunan dan kendaraan masih belum dibebankan perusahaan. Harga jual yang ditetapkan oleh CV ATLAS setelah


(32)

32

memperhitungkan harga pokok produksi yang dikeluarkan ditambah dengan keuntungan yang ingin diperoleh oleh CV ATLAS.

Tabel 6. Perhitungan harga pokok produksi boneka Whimsy dengan cara perusahaan Bulan Desember 2011

Biaya Satuan

(stn)

Kebutuhan (stn/bln)

Harga (Rp/stn)

Jumlah Biaya (Rp)

Kayu Mahoni m³ m³ 0,9 1.600.000 1.400.000

Tenaga Kerja 12.000.000

Cat Kg 4 90.000 360.000

Impra Liter 2 60.000 120.000

Tinner Liter 6 13.000 78.000

Amplas m 1 9.000 9.000

Benang unit 4 5.000 20.000

Bubble Wrap Plastic roll 1 600.000

Biaya listrik 260.000

Total Biaya 14.847.000

Jumlah Produksi 800

HPP Per Unit 18.558,75

Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

Pada Tabel 6. Diketahui bahwa harga pokok produksi boneka whimsy kayu adalah Rp. 18.558,75 yang diperoleh dari total biaya yang telah perusahaan keluarkan sebesar Rp. 14.847.000 dibagi jumlah produksi pada saat bulan Desember 2011 yaitu sebanyak 800 unit boneka whimsy.

4.3.2 Perhitungan harga pokok produksi Boneka Whimsy dengan metode Full Costing

CV ATLAS memproduksi bahan baku utama kayu mahoni menjadi boneka whimsy. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data produksi selama bulan Desember 2011. Selama periode bulan Desember 2011 CV ATLAS telah memproduksi 800 buah boneka whimsy. Harga pokok produksi boneka whimsy CV ATLAS dihitung secara keseluruhan dengan rumus total biaya pengolahan boneka whimsy dibagi dengan total produksi boneka whimsy dalam periode tertentu. Pemisahan harga pokok produksi boneka whimsy dilakukan untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing produk. Perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode full costing.


(33)

33 A. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk membuat boneka whimsy adalah kayu mahoni. CV ATLAS memproduksi dua desain boneka whimsy yaitu boneka whimsy berbentuk buah jeruk dan boneka whimsy berbentuk buah alpukat. Jumlah boneka whimsy buah jeruk yang di produksi adalah setengah dari produksi boneka whimsy buah alpukat. Penenlitian ini menggunakan data produksi selama bulan Desember 2011. Biaya kayu mahoni yang digunakan dalam proses produksi boneka whimsy CV ATLAS selama bulan Desember 2011 adalah Rp. 1.440.000.

Jumlah kayu mahoni yang dibutuhkan dalam satu bulan sebanyak 0.9 m³ dengan harga per 1 m³ Rp. 1.600.000. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli kayu mahoni selama satu bulan Rp. 1.440.000. sehingga total biaya yang dikeluarkan selama satu bulan untuk produksi boneka whimsy adalah Rp. 1.440.000 dengan jumlah produksi sebanyak 800 buah boneka whimsy.

B. Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Sistem upah yang berlaku berdasakan pada sistem borongan, dimana tenaga kerja dibayar berdasarkan jumlah boneka whimsy yang dihasilkan (per unit boneka whimsy). Upah tenaga kerja bervariasi berdasarkan pekerjaan yang dikuasainya. Adapun pengklasifikasian tenaga kerja yang dilakukan di CV ATLAS pada Tabel 7.

Tabel 7. Biaya tenaga kerja langsung per unit Boneka Whimsy

No Jenis Pekerjaan Biaya/Unit

(Rp)

Jumlah Produksi (Unit)

Total (Rp)

1 Carving 7.000 800 5.600.000

2 Pengecatan 6.500 800 5.200.000

3 Finishing 1.500 800 1.200.000

Total 12.000.000

Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

Dari Tabel 7. Dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja untuk melakukan

carving per unitnya ialah sebesar Rp. 7.000, dengan jumlah produksi sebanyak 800 unit boneka whimsy maka perolehan total biaya tenaga kerja


(34)

34

carving sebesar Rp. 5.600.000. Selanjutnya, untuk biaya pengecatan per unit ialah Rp. 6.500, dengan jumlah produksi sebanyak 800 unit maka diperoleh total biaya tenaga kerja untuk melakukan pengecatan sebesar Rp. 5.200.000. untuk biaya finishing per unit Rp. 1.500, dengan jumlah produksi sebanyak 800 unit, maka diperoleh total biaya tenaga kerja yang dibuthkan untuk melakukan finishing sebsesar Rp. 1.200.000. Jadi total biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan ialah sebesar Rp. 12.000.000. C. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead merupakan biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya overhead pabrik adalah keseluruhan biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Adapun beberapa biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan proses produksi boneka whimsy antara lain:

1. Biaya Bahan Baku Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil. Bahan penoloing dalam produksi boneka whimsy ini antara lain cat, impra, tinner, benang. Penggunaan biaya bahan baku penolong produksi boneka whimsy terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya penggunaan bahan penolong per Desember 2011 No Jenis Bahan

Penolong

Pemakaian Biaya (Rp)

Total Biaya (Rp)

1 Cat 4 Kg 90.000 360.000 2 Impra 2 Liter 60.000 120.000 3 Tinner 6 Liter 13.000 78.000 4 Amplas 1 M 9.000 9.000 5 Benang 4 unit 5.000 20.000

6 Bubble Wrap Plastic 1 Roll 600.000 600.000

Total 1.187.000

Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

Tabel 8. Menunjukan bahwa untuk memproduksi 800 unit boneka whimsy kayu, cat yang digunakan ialah sebanyak 4 Kg, dimana harga 1 Kg cat Rp. 90.000, sehingga total biaya yang dkeluarkan seluruhnya sebesar Rp. 360.000. Bahan penolong kedua ialah impra dengan pemakaian


(35)

35

sebanyak 23 liter, dimana 1 liter berharga Rp. 60.000, maka total biaya yang dikeluarkan untuk impra adalah sebesar Rp.120.000. Bahan penolong ketiga yaitu tinner dengan pemakaian 6 liter dan biaya per liter sebesar Rp. 13.000, maka total biaya yang dikeluarkan untuk 800 unit boneka whimsy ialah Rp. 78.000. Kemudian untuk bahan penolong keempat yaitu amplas, dibutuhkan sebanyak 1 m dengan total biaya sebesar Rp. 9.000. Bahan penolong kelima ialah benang untuk merakit tangan dan kaki dengan pemakaian 4 unit, dimana harga perunitnya Rp. 5.000, maka total biaya penggunaan benang sebesar Rp. 20.000. Bahan penolong terakhir yaitu bubble wrap plastic

untuk mengemas boneka pada saat pengiriman. Jika dijumlahkan secara keseluruhan, maka total biaya penggunaan bahan penolong di bulan Desember 2011 sebesar Rp. 1.187.000.

2. Biaya listrik

Listrik digunakan oleh CV ATLAS untuk mendukung kegiatan produksi, listrik biasanya digunakan sebagai penerangan dan pengoprasian mesin. CV ATLAS menggunakan listrik yang dipasok dari PLN. Berdasarkan pengeluaran perusahaan, setiap bulannya tagihan listrik untuk pabrik mengeluarkan biaya sebesar Rp. 260.000/bulan. Tagihan listrik pabrik di pisah dengan listrik yang digunakan oleh pemilik rumah.

3. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan

Biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan dilakukan untuk menjaga agar barang-barang tersebut selalu berada dalam kondisi baik dan agar lebih tahan lama. Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan oleh CV ATLAS adalah dengan mengganti peralatan yang sudah tidak layak pakai serta memperbaiki mesin dan peralatan yang telah rusak. Biaya yang dikeluarkan CV ATLAS untuk bulan Desember ialah Rp. 400.000 yang terdiri dari pemeliharaan mesin bubut Rp. 250.000 dan kompresor set Rp.150.000. Untuk lebih jelasnya perhitungan biaya pemeliharaan mesin dan peralatan dijelaskan pada Tabel 9.


(36)

36

Tabel 9. Biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan selama satu bulan

No Keterangan Total Biaya (Rp)

1. Mesin Bubut (Pisau) 250.000 2. Kompresor Set 150.000

Total 400.000

Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

4. Biaya Penyusutan Peralatan, Mesin Bangunan Dan Kendaraan

Setiap penggunaan mesin dan peralatan dalam kegiatan produksi akan mengalami penyusutan. Penyusutan dari mesin dan peralatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya biaya yang disebut dengan biaya penyusutan. Perhitungan nilai penyusutan yang digunakan adalah berdasarkan nilai ekonomis atau lebih dikenal dengan metode garis lurus.

Beban Penyusutan = ( ℎ − ) ………..(4)

Tabel 10. Beban penyusutan peralatan mesin bangunan dan kendaraan

Keterangan Harga per

Unit (A)

(Rp)

Jumlah Unit (B) (Unit)

Harga Beli (AxB) (Rp)

Nilai Sisa (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Beban Penyusutan (Rp/Thn) Mesin

Bubut 4.000.000 3 12.000.000 2.700.000 15 620.000

Gergaji 9.000.000 1 9.000.000 1.750.000 10 725.000

Bangunan 80.000.000 1 80.000.000 2.000.000 30 2.600.000

Motor 14.000.000 1 14.000.000 6.000.000 3 2.666.666

Total 6.611.666

Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa beban penyusutan peralatan mesin bangunan dan kendaraan yang dihasilkan pertahun berjumlah Rp. 6.611.666 sehingga jumlah penyusutan perbulan adalah Rp. 550.972 Selama Bulan Desember 2011 CV ATLAS mengeluarkan biaya penyusutan sebesar Rp. 550.972.

Jadi total biaya overhead pabrik yang digunakan selama bulan Desember 2011 adalah jumlah dari biaya bahan baku penolong, biaya listrik, biaya perawatan dan pemeliharaan mesin serta biaya penyusutan


(37)

37

peralatan mesin bangunan dan kendaraan. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 11 .

Tabel 11. Biaya overhead pabrik per Desember 2011

No Keterangan Total Biaya

(Rp) 1 Biaya Bahan Baku Penolong 1.187.000

2 Biaya Listrik 260.000

3 Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan 400.000

4 Biaya Penyusutan 550.972

Total 2.397.972

Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

Setelah diketahui biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik maka dapat dilakukan perhitungan harga pokok produksi per unit boneka whimsy. Proses perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Metode Full Costing per Unit Boneka Whimsy, Desember 2011

Keterangan Total Biaya

Biaya Bahan Baku Langsung 1.440.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 12.000.000 Biaya Overhead 2.397.972 Jumlah Total (per Desember 2011) 15.837.972

Jumlah Produksi 800

Biaya Per Unit Boneka whimsy 19.797,465

Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

Berdasarkan Tabel 12. dapat dilihat bahwa harga pokok produksi per unit boneka whimsy adalah Rp 19.797,465diperoleh dari total biaya selama bulan Desember 2011 dibagi dengan jumlah produksi Desember 2011.

Diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan dan metode full costing memiliki perbedaan. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing harga pokok yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi dengan mengggunanakan metode perusahaan. Hal ini dikarenakan


(38)

38

metode full costing merinci seluruh biaya secara jelas mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja serta biaya overhead pabrik.

Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode perusahaan yang dihasilkan lebih kecil karena perusahaan tidak memasukkan biaya overhead pabrik secara rinci ke dalam biaya produksinya. Perusahaan hanya merinci biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja dan biaya overhead, namun perusahaan tidak memasukkan biaya penyusutan peralatan dan biaya pemeliharaan peralatan oleh karena itu biaya yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan menggunakan metode

full costing.

4.4. Analisis Nilai Tambah

4.4.1 Analisis Nilai Tambah Kayu Mahoni

Proses pengolahan kayu mahoni menjadi kerajinan boneka whimsy menyebabkan adanya nilai tambah pada kayu mahoni tersebut, sehingga harga jual dari produk hasil olahannya berupa kerajinan boneka whimsy menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual kayu mahoni yang belum diolah. Perhitungan dan analisis nilai tambah dilakukan pada periode produksi bulan Desember 2011.

Besarnya nilai tambah pengolahan kerajinan boneka whimsy dan distribusi marjin yang diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam pengolahan dapat diketahui dengan melakukan analisis nilai tambah. Dasar perhitungan nilai tambah yang digunakan adalah per unit bahan baku yang dalam hal ini adalah satu unit boneka whimsy. Komponen utama perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output, input tenaga kerja dan sumbangan input lain (Tabel 13.). Hasil analisis terhadap nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 14.


(39)

39

Tabel 13. Perhitungan nilai tambah pengolahan kerajinan boneka Whimsy kayu Mahoni

No Keterangan Satuan Nilai

1 Output dan Harga Output

a. Jumlah Harga Ouput Unit/bulan 800 b. Harga Output Rp/Unit 38.500 c. Penjualan Rp/bulan 30.800.000

2 Bahan Baku

a. Input Bahan Baku Unit/bulan 800 b. Harga Input Bahan Baku Rp/Unit 1.800 c. Biaya Bahan Baku Rp/bulan 1.440.000

3 Input Tenaga Kerja

a. Jumlah Tenaga Kerja Langsung HOK/hari 8,5 b. Jumlah Total HOK per Bulan HOK 27 c. Total HOK HOK/bulan 229,5 d. Upah Tenaga Kerja Langsung Rp/bulan 12.000.000 e. Upah Rata-rata Tenaga Kerja per HOK Rp/bulan 54.300

4 Sumbangan Input Lainnya

a. Cat Rp/bulan 360.000 b. Impra Rp/bulan 120.000 c. Tinner Rp/bulan 78.000 d. Benang Rp/bulan 20.000 e. Amplas Rp/bulan 9.000

f. Bubble Wrap Plastic Rp/bulan 600.000

f. Listrik Rp/bulan 260.000 g. Biaya Pemeliharaan Rp/bulan 400.000 h. Biaya Penyusutan Rp/bulan 550.972 Total Sumbangan Input Lain Rp/bulan 2.397.972 Sumbangan Input Lain/Unit Bahan Baku Rp/Unit 2.997,465 Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011


(40)

40

Tabel 14. Analisis nilai tambah pengolahan kerajinan boneka Whimsy kayu Mahoni

Variabel Nilai

I. Output, Input, dan Harga

1. Output (Unit/Bulan) 800 2. Input (Unit/Bulan) 800 3. Tenaga Kerja (HOK/Bulan) 229,5 4. Faktor Konversi 1 5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Unit) 0,29 6. Harga Output (Rp/Unit) 38.500 7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) 52.300 II. Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/Unit) 1.800 9. Sumbangan Input Lain (Rp/Unit) 2.997,465 10. Nilai Produk (Rp/Unit) 38.500 11. A.Nilai Tambah (Rp/Unit) 33.702,535 B.Rasio Nilai Tambah (%) 87,54

12. A.Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Unit) 15.167 B.Imbalan Tenaga Kerja (%) 45

13. A.Keuntungan (Rp/Unit) 18.535,535 B.Tingkat Keuntungan (%) 55 II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Unit) 36.700 A.Pendapatan Tenaga Kerja (%) 41,33 B.Sumbangan Input Lain (%) 8,16 C.Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 50,51 Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011

Kayu mahoni agar mempunyai nilai tambah bagi perusahaan pada bulan Desember 2011 menghasilkan 800 unit boneka whimsy dengan input yang dikeluarkan sebanyak 800 Unit kayu mahoni (0,9 m³/bulan) dengan ukuran kayu 8x15 cm untuk setiap unit boneka whimsy, sehingga faktor konversinya sebesar 1. Hal ini menunjukkan bahwa dari pengolahan satu unit boneka whimsy ukuran 8x15 cm akan menghasilkan satu boneka whimsy.

Jumlah hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy bulan Desember 2011 yaitu 27 hari dikali dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 8 orang. Dengan demikian diperoleh total hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy sebesar 229,5 HOK. Nilai koefisien diperoleh dari pembagian jumlah total hari kerja selama satu bulan dengan jumlah input yang dikeluarkan selama satu bulan. Nilai koefisien tenaga kerja diperoleh sebesar 0,29 HOK/unit. Nilai tersebut


(41)

41

menunjukkan jumlah HOK yang diperlukan untuk memproduksi satu unit boneka whimsy dibutuhkan tenaga kerja sebesar 0,29 HOK.

Upah tenaga kerja rata-rata per orangnya didasarkan pada total upah bulanan yang diterima tenaga kerja bagian pengolahan dibagi dengan total hari kerja untuk memproduksi boneka whimsy, sehingga diperoleh Rp 52.300 per HOK.

Biaya input rata-rata terdiri dari biaya bahan baku dan biaya sumbangan input lain. Biaya bahan baku untuk boneka whimsy ini sebesar Rp. 1.800 per unit sedangkan biaya sumbangan input lain yaitu Rp. 2.997,465. Nilai produk boneka whimsy untuk tiap unitnya adalah Rp. 38.500 yang diperoleh dari perkalian nilai faktor konversi dengan harga output boneka whimsy per unit. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 unit boneka whimsy akan menghasilkan sebesar Rp 38.500.

Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan 1 unit boneka whimsy adalah sebesar Rp 33.702,535 dengan rasio 87,54%. Nilai ini merupakan hasil pengurangan dari nilai produk dengan harga bahan baku per unit boneka whimsy kayu. Artinya dari Rp 38.500 per unit boneka whimsy, maka 87,54% adalah nilai tambah dari pengolahan boneka whimsy. Nilai tambah yang diperoleh merupakan nilai tambah kotor karena belum dikurangi dengan pendapatan tenaga kerja.

Imbalan tenaga kerja pengolahan boneka whimsy didapat dari perkalian koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja rata-rata per HOK, yaitu sebesar Rp 15.167 dengan rasio 45%. Hal ini berarti bahwa 45% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan perusahaan. Keuntungan bersih perusahaan dari setiap penjualan satu unit boneka whimsy adalah Rp 18.535,535 dengan rasio 55%, yang artinya sebesar 55% dari nilai output merupakan nilai tambah bersih bagi perusahaan karena telah dikurangi pendapatan tenaga kerja.

Berdasarkan analisis nilai tambah diperoleh marjin dari pengolahan boneka whimsy. Marjin ini diperoleh dari pengurangan nilai output terhadap harga bahan baku, yang kemudian didistribusikan sebagai pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lainnyadan keuntungan perusahaan. Dari setiap unit boneka diperoleh marjin Rp 36.700, didistribusikan bagi pendapatan tenaga kerja sebesar Rp 15.167 dengan rasio 41,33% pendapatan untuk sumbangan input lainnya sebesar Rp.


(42)

42

2.997,465 dengan rasio 8,16% dan diterima oleh perusahaan dengan rasio 50,51% yaitu sebesar Rp .18.535,535 sebagai imbalan atas penggunaan modal.

Hasil penelitian mengenal analisis nilai tambah kayu mahoni sebagai kerajianan boneka whimsy di CV ATLAS diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 33.702,535 per unit bahan baku atau 87,54% dari nilai ouputnya. Nilai tambah ini didistribusikan terhadap tenaga kerja berupa keuntungan masing-masing 41,33% dan 50,51%. Nilai marjin yang diperoleh sebsear Rp. 36.700, marjin ini didistribusikan untuk tenaga kerja (41,33%), sumbangan input lain (8,16%) dan keuntungan milik perusahaan (50,51%).

4.4.2 Analisis Nilai Tambah Kayu Sengon

Proses pengolahan kayu sengon menjadi kerajinan boneka whimsy menyebabkan adanya nilai tambah pada kayu sengon tersebut, sehingga harga jual dari produk hasil olahannya berupa kerajinan boneka whimsy menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual kayu sengon yang belum diolah. Perhitungan dan analisis nilai tambah dilakukan pada periode produksi bulan Desember 2011.

Besarnya nilai tambah pengolahan kerajinan boneka whimsy dan distribusi marjin yang diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam pengolahan dapat diketahui dengan melakukan analisis nilai tambah. Dasar perhitungan nilai tambah yang digunakan adalah per unit bahan baku yang dalam hal ini adalah satu unit boneka whimsy. Komponen utama perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output, input tenaga kerja dan sumbangan input lain (Tabel 15.). Hasil analisis terhadap nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 16.


(43)

43

Tabel 15. Perhitungan nilai tambah pengolahan kerajinan boneka Whimsy kayu Sengon

No Keterangan Satuan Nilai

1 Output dan Harga Output

a. Jumlah Harga Ouput Unit/bulan 800 b. Harga Output Rp/Unit 38.500 c. Penjualan Rp/bulan 30.800.000

2 Bahan Baku

a. Input Bahan Baku Unit/bulan 800 b. Harga Input Bahan Baku Rp/Unit 1.462,5 c. Biaya Bahan Baku Rp/bulan 1.170.000

3 Input Tenaga Kerja

a. Jumlah Tenaga Kerja Langsung HOK/hari 8,5 b. Jumlah Total HOK per Bulan HOK 27 c. Total HOK HOK/bulan 229,5 d. Upah Tenaga Kerja Langsung Rp/bulan 12.000.000 e. Upah Rata-rata Tenaga Kerja per HOK Rp/bulan 52.300

4 Sumbangan Input Lainnya

a. Cat Rp/bulan 360.000 b. Impra Rp/bulan 120.000 c. Tinner Rp/bulan 78.000 d. Benang Rp/bulan 20.000 e. Amplas Rp/bulan 9.000

f. Bubble Wrap Plastic Rp/bulan 600.000

f. Listrik Rp/bulan 260.000 g. Biaya Pemeliharaan Rp/bulan 400.000 h. Biaya Penyusutan Rp/bulan 550.972 Total Sumbangan Input Lain Rp/bulan 2.397.972 Sumbangan Input Lain/Unit Bahan Baku Rp/Unit 2.997,465 Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011


(1)

Lampiran 1. Perhitungan Metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input dan Harga

1 Output (m3/bulan) A

2 Bahan baku (m3/bulan) B 3 Tenaga kerja (HOK/bulan) C

4 Faktor konversi D = A/B

5 Koefisien tenaga kerja E = C/B

6 Harga Output F

7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) G Pendapatan dan Keuntungan (Rp/m3)

8 Harga bahan baku H

9 Sumbangan input lain I

10 Nilai output J = D x F

11 a. Nilai tambah K =J-I-H

b. Rasio nilai tambah L% = (K/J) x 100% 12 a. Imbalan tenaga kerja M = E x G

b. Bagian tenaga kerja N% = (M/K) x 100% 13 a. Keuntungan O = K - M

b. Tingkat keuntungan P% = (O/J) x 100% Balas jasa dari masing-masing faktor produksi

14 Marjin Q%= (J-H) x 100%

a. Imbalan tenaga kerja R%= (M/Q) x 100% b. Sumbangan input lain S%= (I/Q) x 100% c. Keuntungan Perusahaan T%= (O/Q) x 100%


(2)

Lampiran 2. Perhitungan Metode Hayami Kayu Mahoni

Variabel Nilai

J. Output, Input, dan Harga

15. Output (Unit/Bulan) 800 16. Input (Unit/Bulan) 800 17. Tenaga Kerja (HOK/Bulan) 229,5 18. Faktor Konversi 1 19. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Unit) 0,29 20. Harga Output (Rp/Unit) 38.500 21. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) 52.300 II. Penerimaan dan Keuntungan

22. Harga Bahan Baku (Rp/Unit) 1.800 23. Sumbangan Input Lain (Rp/Unit) 2.997,465 24. Nilai Produk (Rp/Unit) 38.500 25. A.Nilai Tambah (Rp/Unit) 33.702,535 B.Rasio Nilai Tambah (%) 87,54

26. A.Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Unit) 15.167 B.Imbalan Tenaga Kerja (%) 45

27. A.Keuntungan (Rp/Unit) 18.535,535 B.Tingkat Keuntungan (%) 55 II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

28. Marjin (Rp/Unit) 36.700

A.Pendapatan Tenaga Kerja (%) 41,33 B.Sumbangan Input Lain (%) 8,16 C.Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 50,51


(3)

(4)

Lampiran 1. Perhitungan Metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input dan Harga

1 Output (m3/bulan) A

2 Bahan baku (m3/bulan) B 3 Tenaga kerja (HOK/bulan) C

4 Faktor konversi D = A/B

5 Koefisien tenaga kerja E = C/B

6 Harga Output F

7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) G Pendapatan dan Keuntungan (Rp/m3)

8 Harga bahan baku H

9 Sumbangan input lain I

10 Nilai output J = D x F

11 a. Nilai tambah K =J-I-H

b. Rasio nilai tambah L% = (K/J) x 100% 12 a. Imbalan tenaga kerja M = E x G

b. Bagian tenaga kerja N% = (M/K) x 100% 13 a. Keuntungan O = K - M

b. Tingkat keuntungan P% = (O/J) x 100% Balas jasa dari masing-masing faktor produksi

14 Marjin Q%= (J-H) x 100%

a. Imbalan tenaga kerja R%= (M/Q) x 100% b. Sumbangan input lain S%= (I/Q) x 100% c. Keuntungan Perusahaan T%= (O/Q) x 100%


(5)

Lampiran 2. Perhitungan Metode Hayami Kayu Mahoni

Variabel Nilai

J. Output, Input, dan Harga

15. Output (Unit/Bulan) 800 16. Input (Unit/Bulan) 800 17. Tenaga Kerja (HOK/Bulan) 229,5 18. Faktor Konversi 1 19. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Unit) 0,29 20. Harga Output (Rp/Unit) 38.500 21. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) 52.300 II. Penerimaan dan Keuntungan

22. Harga Bahan Baku (Rp/Unit) 1.800 23. Sumbangan Input Lain (Rp/Unit) 2.997,465 24. Nilai Produk (Rp/Unit) 38.500 25. A.Nilai Tambah (Rp/Unit) 33.702,535 B.Rasio Nilai Tambah (%) 87,54

26. A.Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Unit) 15.167 B.Imbalan Tenaga Kerja (%) 45

27. A.Keuntungan (Rp/Unit) 18.535,535 B.Tingkat Keuntungan (%) 55 II. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

28. Marjin (Rp/Unit) 36.700

A.Pendapatan Tenaga Kerja (%) 41,33 B.Sumbangan Input Lain (%) 8,16 C.Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 50,51


(6)

RINGKASAN

ASTRIANI SUHERMAN. H2409714. Analisis Nilai Tambah Kayu Mahoni

Sebagai Bahan Baku Kerajinan Boneka Whimsy Pada CV ATLAS Tasikmalaya

FARIDA RATNA DEWI.

CV ATLAS merupakan Industri Kecil Menengah yang bergerak di bidang pengolahan kayu, hasil produksi dari CV ATLAS diantaranya adalah kerajinan kayu seperti Boneka Kayu. Dalam proses pengolahan harga pokok produksi diperlukan sebagai penentuan harga pembelian bahan baku kayu mahoni dari petani. Perhitungan dan analisis nilai tambah pengolahan boneka kayu diperlukan oleh perusahaan untuk mengetahui kondisi dan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan produktivitas pengolahan yang akan meningkatkan keuntungan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat biaya apa saja yang timbul pada saat pengolahan boneka kayu, mengetahui harga pokok produksi boneka kayu dengan menggunakan metode full costing serta menganalisis nilai tambah yang diperoleh perusahaan dari pengolahan boneka kayu dengan menggunakan metode hayami.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis biaya yang timbul dalam pengolahan boneka kayu (2) Menghitung dan menganalisis harga pokok produksi pada CV ATLAS dengan menggunakan metode Full costing Method (3) Menganalisis nilai tambah dari pengolahan kayu mahoni menjadi boneka kayu pada dengan menggunakan metode hayami

Biaya yang timbul pada saat proses pengolahan boneka Whimsy yaitu biaya bahan baku langsung, Tenaga Kerja Langsung, biaya overhead pabrik (BOP) meliputi biaya bahan baku penolong, biaya pemeliharaan peralatan, biaya penyusutan bangunan, mesin dan kendaraan. Sedangkan biaya yang di keluarkan untuk keseluruhan proses produksi adalah biaya listrik. Pada CV ATLAS, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Full costing Method, diperoleh harga pokok produksi pembuatan boneka Whimsy kayu sebesar Rp 19.797,465 per unit. Melalui perhitungan metode hayami, nilai tambah yang diperoleh dari produk boneka Whimsy adalah sebesar Rp 33.702,535 dengan rasio 87,54%. Nilai tambah pada produk hasil pengolahan kayu mahoni memiliki nilai tambah, total secara agregat akan menggambarkan nilai tambah yang hasilkan oleh CV ATLAS. Nilai tambah produk merupakan nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan bahan baku untuk setiap produknya. Nilai tambah boneka Whimsy per unit Rp 33.702,535 dapat menghasilkan nilai tambah selama satu bulan sebesar Rp 26.962.028.