Metode Pendidikan Aqidah Konsep Pendidikan Aqidah Perspektif Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan

Padahal mengingkari salah satunya saja sudah dapat dikatakan sebagai kesyirikan. Orang-orang jahiliyah terdahulu seperti Abu Jahal, Umayyah, dan lainnya percaya bahwa Allah yang menciptakan, memelihara, serta memberi rezeki kepada mereka. Namun sungguh disayangkan, dalam hal tauhid uluhiyah, mereka lebih memilih beribadah melalui perantara patung-patung dan berhala- berhala yang mereka buat sendiri. Sehingga Rasulullah mengabarkan bahwa mereka tetap termasuk penghuni Neraka. Syaikh Shalih menjelaskan, jika tauhid rububiyah merupakan bentuk keimanannya kepada Allah, maka tauhid uluhiyah adalah bentuk realisasi keimanan tersebut dengan cara memurnikan segala macam ibadah hanya kepada Allah. Ulama lainnya seperti Syaikh Utsaimin sependapat dengan Syaikh Shalih Fauzan dengan mengatakan barang siapa percaya akan tauhid rububiyah Allah, hendaknya dia tuangkan kedalam bentuk ibadah yang murni dan ikhlas hanya kepada Allah. Sedangkan pemahaman Syaikh Shalih Fauzan akan asma dan sifat Allah terbatas pada kewajiban untuk mengimani seluruh nama dan sifat Allah tersebut tanpa menjelaskan, menganalogikan, mempersoalkan, mengurangi dan menghilangkan makna, serta menyerupakan asma dan sifat Allah dengan apapun kecuali hal tersebut telah dijelaskan oleh Allah dan Rasulullah itu sendiri. 6 Beliau sangat melarang kaum muslimin memaksakan akal dan kehendaknya untuk menjelaskan asma dan sifat Allah. Dan didalam pembahasan beliau, 6 Dr. Shalih Fauzan Al Fauzan, Kitab Tauhid Jilid III Jakarta ; Darul Haq, 2015, h.99 terdapat ketidak setujuan terhadap golongan – golongan yang melakukan hal tersebut seperti mu`tazilah, murji`ah, dan lainnya. Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Syaikh Utsaimin yang mengatakan bahwa tauhid asma dan sifat Allah diimani sebatas lafzi lafadz. 7 Adapun yang melatar belakangi kesamaan pendapat mereka yaitu mereka sama-sama mengutip pendapat Syaikh Ibnu Taimiyah tentang masalah tauhid.

b. Al Wala wal Barra

Pembahasan Syaikh Shalih Fauzan yang terdapat dalam al wala wal barra yaitu menempatkan cinta dan benci sesuai pada tempatnya. Dan tolak ukur yang dijadikan landasan cinta dan kebencian tersebut adalah Allah SWT. Artinya, kita wajib mencintai apa-apa yang yang dicintai Allah dan harus membenci kepada segala hal yang dibenci Allah SWT. Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan bahwa al wala wal barra berasal dua suku kata yaitu al wala` berarti menjalin hubungan, mencintai, menyayangi, loyal kepada sesama umat Islam dan al barra` yang berarti memutus hubungan atau ikatan hati dengan orang-orang kafir, sehingga tidak lagi mencintai mereka, membantu dan menolong mereka serta tidak lagi bersama mereka. 8 Dalam pemahaman al wala`, beliau berpendapat bahwa hak tauhid adalah mencintai ahlinya. Al wala hanya diperuntukkan bagi orang Islam karena loyal kepada umat Islam merupakan kebajikan besar sedangkan loyal kepada orang 7 Online, tersedia di : http:www.pembela-aswaja.blogspot.com.201110konsep-tauhid- ibnu-taimiyah 3 Maret 2017 8 Opcit, h.143