commit to user 25
2. Teori Perkembangan Kota
Urbanisasi bukanlah fenomena kependudukan semata, namun juga terkait dengan berbagai dimensi sosio-ekonomi. Terlebih lagi urbanisasi
terkait dengan perkembangan kegiatan pertanian yang mengakibatkan dislokasi tenaga kerja pertanian Davis 1969. Teori ini mengisyaratkan
terdapatnya kaitan antara industrialisasi dan perkembangan perkotaan. Perkembangan industri perkotaan akan memicu migrasi desa-kota yang
akhirnya mendorong lebih jauh ke arah urbanisasi. Teori klasik, seperti central-place-theory yang dikemukakan oleh
Christaller mengilhami model perkembangan kota. Dari sudut pandang geografi, teori ini memiliki dua konsep yaitu: threshold jarak jangkauan
minimal untuk dapat bertahan dan range jarak jangkauan sesungguhnya yang dapat dicapai. Jika dalam sebuah pasar threshold lebih besar
dibanding range, maka ia akan mati, dan sebaliknya jika range lebih besar daripada threshold, maka pasar itu akan berkembang dan bahkan tumbuh
menjadi daerah perkotaan. Teori klasik yang cukup banyak dianut di kalangan geografi ini
sebenarnya belum dapat memberikan gambaran yang memadai mengenai urbanisasi kontemporer. Teori klasik umumnya hanya melihat ke dalam
ketika menjelaskan faktor-faktor penyebab perkembangan perkotaan. Peran proses ekonomi global yang memunculkan fenomena kota-kota global
global cities tidak mendapat perhatian. Padahal, internasionalisasi produksi, jasa dan kapital yang dimotori oleh perusahaan transnasional amat
commit to user 26
besar peranannya dalam mempengaruhi perkembangan kota-kota yang terlibat dalam proses tersebut.
Menurut McGee dan Douglas 1995 dalam Firman 1996, proses urbanisasi yang terjadi di Asia dewasa ini pada dasarnya mencerminkan
integrasi kota-kota ke dalam sistem ekonomi global, yang digerakan oleh akumulasi kapital pada skala dunia. Proses ini disebut pula sebagai mega-
urbanization, yang tampaknya akan menjadi kecenderungan trends urbanisasi di Asia, termasuk Indonesia.
Lebih jauh lagi Amstrong dan McGee 1985 dalam Chotib 2002b mengajukan teori tentang pembentukan kota-kota berdasarkan penelitiannya
di Asia dan Amerika Latin. Mereka mengemukakan bahwa kota-kota pada dasarnya “teater dari akumulasi kapital” yang mengalami penetrasi ke
negara-negara berkembang. Meskipun urbanisasi yang terjadi di negara berkembang merupakan bagian integrasi dari akumulasi kapital di negara
maju, namun dalam proses perkembangannya terdapat banyak perbedaan. Perbedaan ini bertitik tolak dari kenyataan demografi dan ekonomi yang
terjadi di negara berkembang. Itu sebabya urbanisasi yang terjadi di negara berkembang dikatakan sebagai “pseudeo urbanization”, dari pada “true
urbanization” di negara maju. Teori yang menekankan adanya interaksi antara sistem produksi dan
regulasi pada tingkat nasional, perspektif globalisasi dan modernisasi dikembangkan dalam sebuah model perkembangan perkotaan yang lebih
komprehensif, yaitu teori regulasi Prabatmodjo, 2000. Model tersebut
commit to user 27
mencakup faktor-faktor struktural pada tingkat internasional maupun nasionalregional serta faktor sosial-demografi. Perkembangan perkotaan
dan urbanisasi merupakan resultan bekerjanya faktor-faktor tersebut.
Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota Sumber: Prabatmojo 2000
3. Struktur Perkotaan