BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Kesejahteraan
Manusia hidup dengan beragam pilihan dalam kehidupannya. Mau berusaha atau bermalas-malasan. Mau menjadi orang sukses atau orang yang
gagal. Demikian pula dengan kesejahteraan dalam masyarakat. Masyarakat yang mau hidupnya sejahtera juga dihadapkan dengan pilihan yang menentukan
kesejahteraannya. Undang-undang No 13 tahun 1998 tentang ketentuan pokok kesejahteraan
masyarakat memuat pengertian kesejahteraan masyarakat sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat baik materil maupun spiritual yang
diliputi oleh rasa takut, keselamatan kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap masyarakat untuk mengadakan usaha penemuan
kebutuhan-kebutuhan jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia
sesuai dengan pancasila. Kesejahteraan dapat dilihat dari 2 sisi, kesejahteraan individu dan
kesejahteraan sosial. Kesejahteraan individu adalah suatu cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan-pilihan obyektif untuk kehidupan pribadinya.
Sedangkan kesejahteraan sosial merupakan cara mengaitkan kesejahteraan dengan pilihan sosial secara obyektif yang diperoleh dengan cara menjumlahkan kepuasan
seluruh individu dalam masyarakat Badrudin: 2012
Universitas Sumatera Utara
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 yang merupakan amandemen Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, menyatakan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.
Maka kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari
standar kehidupan masyarakat Badrudin: 2012. Menurut Arsyad dan Sukirno, tingkat pendapatan perkapita tidak
sepenuhnya mencerminkan tingkat kesejahteraan karena kelemahan yang bersumber dari ketidaksempurnaan dalam penghitungan pendapatan nasional dan
pendapatan perkapita dan kelemahan yang bersumber dari kenyataan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya ditentukan oleh tingkat pendapatan
tetapi juga faktor-faktor lain Badrudin: 2012 Menurut Todaro 2006:20 banyak negara Dunia Ketiga yang dapat
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun gagal meningkatkan taraf hidup penduduk di daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memantau tingkat kesejahteraan masyarakat dalam satu periode tertentu, Badan Pusat Statistik BPS melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional
Susenas. Susenas mengambil informasi keadaan ekonomi masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh indikator kesejahteraan.
Dari informasi yang didapatkan ada delapan indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat. Delapan indikator keluarga
sejahtera menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah: a.
Pendapatan b. Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga
c. Keadaan tempat tinggal
d. Fasilitas tempat tinggal
e. Kesehatan anggota keluarga
f. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
g. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan
h. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.
Merurut BKKBN ada beberapa tahapan keluarga sejahtera. Secara rinci keberadaan Keluarga Sejahtera digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai
berikut: 1.
Keluarga Pra Sejahtera Pra KS, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya basic needs secara minimal.
Indikator kebutuhan dasar keluarga sejahtera adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Spiritual
Anggota keluarga dapat melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut masing-masing.
b. Pangan
Seluruh anggota keluarga pada umumnya makan 2 kali sehari atau lebih.
c. Sandang
Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda yang digunakan di rumah, sekolah, bekerja, dan bepergian.
d. Papan
Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah . e.
Kesehatan Bila anak menderita sakit atau PUS ingin mengikuti KB dapat
dengan mudah pergi ke petugas kesehatan atau Rumah Sakit. Karena belum dapat memenuhi 5 indikator kebutuhan dasar ini, keluarga
Pra Sejahtera Pra KS dikatakan sebagai keluarga miskin. 2.
Keluarga Sejahtera I KS I, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya socio psychological needs, seperti:
a. Kebutuhan Pendidikan
b. Keluarga Berencana
c. Interaksi dalam keluarga
Universitas Sumatera Utara
d. Interaksi dengan lingkungan tempat tinggal
e. Fasilitas transportasi.
3. Keluarga Sejahtera II KS II, yaitu keluarga-keluarga yang disamping
telah dapat memenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya developmental needs
seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. 4.
Keluarga Sejahtera III KS III, yaitu kelurga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembangan
keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan. 5.
Keluarga Sejahtera III Plus KS III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
2.1.2 Indeks Pembangunan