2.1.2 Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif pada dasarnya menunjuk pada perbedaan relatif tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat yang berada dilapisan terbawah dalam
persentil derajat kemiskinan suatu masyarakat digolongkan sebagai penduduk miskin. Dalam kategori seperti ini, yang digolongkan sebagai miskin sebenarnya sudah dapat
mencukupi hak dasarnya, namun tingkat keterpenuhannya berada dilapisan terbawah.
Kemiskinan relatif memahami kemiskinan dari dimensi ketimpangan antar kelompok penduduk. Pendekatan ketimpangan tidak berfokus pada pengukuran garis
kemiskinan, tetapi pada besarnya perbedaan antara 20 atau 10 persen masyarakat paling bawah dengan 80 atau 90 persen masyarakat lainnya. Kajian yang berorientasi
pada pendekatan ketimpangan tertuju pada upaya memperkecil perbedaan antara yang berada dibawah miskin dan yang makmur dalam setiap dimensi statifikasi dan
diferensiasi sosial. Ketimpangan merupakan suatu permasalahan yang berbeda dengan kemiskinan.
Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan dan perlu disesuaikan terhadap tingkat
pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak
mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama.
2.2 Ukuran Kemiskinan
Untuk mengetahui jumlah penduduk miskin, sebaran dan kondisi kemiskinan diperlukan pengukuran kemiskinan yang tepat sehingga upaya untuk mengurangi
kemiskinan melalui berbagai kebijakan dan program pengurangan kemiskinan akan efektif. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya menjadi instrument yang
tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Pengukuran kemiskinan yang baik akan memungkinkan dalam
melakukan evaluasi dampak dari pelaksanaan proyek, membandingkan kemiskinan
Universitas Sumatera Utara
antar waktu dan menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk menguranginya World Bank, Introduction to Poverty Analysis, 2002 dalam Badan
Pusat Statistik, 2008.
Metode penghitungan penduduk miskin yang dilakukan BPS sejak pertama kali hingga saat ini menggunakan pendekatan yang sama yaitu pendekatan kebutuhan
dasar basic needs approach. Dengan pendekatan ini, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Dengan kata lain,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar. Berdasarkan
pendekatan itu indikator yang digunakan adalah Head Count Index HCI yaitu jumlah dan persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan poverty
line.
Selain head count index terdapat juga indikator lain yang digunakan
untuk mengukur tingkat kemiskianan, yaitu indeks kedalaman kemiskinan poverty gap index atau
1
dan indeks keparahan kemiskinan distributionally sensitive index atau
2
yang dirumuskan oleh Foster-Greer-Thorbecke Badan Pusat Statistik, 2008. Metode penghitungan ini merupakan dasar penghitungan persentase
penduduk miskin untuk seluruh KabupatenKota.
Rumus yang digunakan adalah:
∝
= � � −
� ∝
. �
�=
Keterangan : = Garis kemiskinan
= Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
= Banyak penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan = Jumlah penduduk
= 0, 1, 2
Universitas Sumatera Utara
= 0 ; Poverty head count index = 1 ; Poverty gap index
1
= 2 ; Poverty distributionally sensitive index
2
Head count index merupakan jumlah persentase penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan. Semakin kecil angka ini menunjukkan semakin berkurangnya jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. Demikian
juga sebaliknya, bila angka besar maka menunjukkan tingginya jumlah
persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
Poverty Gap Index
1
merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Angka ini
memperlihatkan jurang gap antara pendapatan rata-rata yang diterima penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Semakin kecil angka ini menunjukkan secara rata-
rata pendapatan penduduk miskin sudah semakin mendekati garis kemiskinan. Semakin tinggi angka ini maka semakin besar kesenjangan pengeluaran penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk.
Distributionally Sensitive Index
2
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Angka ini memperlihatkan
sensitivitas distribusi pendapatan antar kelompok miskin. Semakin kecil angka ini menunjukkan distribusi pendapatan di antara penduduk miskin semakin merata.
Sebagai contohnya dapat dijelaskan dalam tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Contoh Perhitungan Persentase Penduduk Miskin
Penduduk ke Daerah
– A Konsumsi
PNP �
− �
� −
2
� 1
250.000 Npoor
2 210.000
Npoor 3
150.000 Npoor
4 125.000
Npoor 5
110.000 Npoor
6 105.000
Npoor 7
75.000 poor
0,25 0,0625
8 50.000
poor 0,5
0,25 9
50.000 poor
0,5 0,25
10 25.000
poor 0,75
0,5625 =
=
4 10
= 0,4
= 1
� −
�
=1
= 1
10 0,25 + 0,5 + 0,5 + 0,75 = 0,2
∝
= 1
� −
2
�
=1
= 1
10 0,0625 + 0,25 + 0,25 + 0,5625
= 0,1125 Note: Rpkapitabulan; P=poor, NP=non-poor, dengan garis kemiskinan Z =
Rp100.000kapitabulan.
Daerah A memiliki yaitu sebesar 0,4, hal ini menunjukkan bahwa daerah
tersebut penduduk miskinnya mencapai 0,4 atau sebesar 40 persen. Bila dilihat dari Indeks kedalaman kemiskinan poverty gap index atau
1
daerah A dapat dilihat
1
adalah sebesar 0,2 dan bila dilihat dari indeks keparahan kemiskinan distributionally sensitive index atau
2
, daerah A memiliki
2
sebesar 0,1125.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Variabel Kesejahteraan Masyarakat yang Mempengaruhi Kemiskinan 2.3.1 Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Menurut Badan Pusat Statistik BPS pengertian produk domestik regional bruto PDRB atas dasar harga konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau
pendapatan yang dihitung menurut harga suatu tahun dasar tertentu. Indikator ini sangat bermanfaat untuk mengukur tingkat kehidupan masyarakat dan lebih tepat
dipergunakan dibandingkan pendapatan per kapita. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan
indeks harga konsumen. Penghitungan atas dasar konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral, juga untuk melihat perubahan
struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun.
Sesuai dengan uraian tersebut diatas, cara perhitungan PDRB dapat dinyatakan dengan rumus:
= +
2.2
Sedangkan untuk menghitung perubahan-perubahan yang terjadi laju pertumbuhan PDRB dapat dinyatakan dengan rumus:
= −
−1 −1
× 100 2.3 Keterangan :
= Nominal Laju PDRB tahun tertentu = Nominal PDRB tahun tertentu
2.3.2 Pendidikan
Upaya pembangunan di bidang pendidikan bertujuan untuk peningkatan sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa dan merupakan
salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas sumber daya manusia antara lain sangat tergantung dari kualitas pendidikan.
Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD’45 dan GBHN yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan
Universitas Sumatera Utara
kehidupan bangsa. Dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan bangsa, ekonomi maupun sosial
Keadaan pendidikan penduduk secara umum dapat diketahui dari beberapa indikator seperti angka partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan
angka melek huruf. Tingkat pendidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Keadaan seperti ini sesuai dengan hakikat pendidikan itu
sendiri yakni merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.
2.3.3 Ketenagakerjaan
Gambar 2.1 dengan jelas dapat dilihat skema mengenai keadaan penduduk suatu Negara dengan segala potensinya untuk menghasilkan.
Gambar 2.1 Penduduk Dan Tenaga Kerja
P
PDUK PUK
AK BAK
IRT L
S Em
Un
SM BP
SPTK SP
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 2.1, dapat pula dirumuskan beberapa persamaan. =
+ 2.4
= +
2.5 =
+ 2.6
= +
+ 2.7 =
+ 2.8
= +
2.9
Keterangan: P
= Penduduk PUK = Penduduk Usia Kerja, di Indonesia dengan batasan 10 tahun ke atas
PDUK = Penduduk Di Luar Usia Kerja Ak
= Angkatan Kerja, yaitu penduduk dalam usia kerja yang sudah bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
BAK = Bukan Angkatan Kerja, yaitu penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja dan belum ingin bekerja.
S = Sekolah
IRT = Ibu Rumah Tangga
L = Lainnya, yaitu penduduk yang cacat mental atau sebab lain sehingga tidak
produktif. Em
= Bekerja Un
= Unemployment, yaitu penduduk yang menganggur karena belum mendapat pekerjaan disebut juga pengangguran terbuka.
BP = Bekerja Penuh, yaitu penduduk yang memiliki jam kerja lebih dari 35 jam
per minggu SM
= Setengah Menganggur, yaitu penduduk yang bekerja di bawah 35 jam per minggu
SPK = Setengah Penganggur Kentara, yaitu penduduk yang memiliki jam kerja
sedikit. Menurut SAKERNAS kurang dari 14 jam per minggu disebut setengah penganggur kritis, sedangkan antara 14
– 35 jam disebut setengah penganggur.
SPTK = Setengah Penganggur Tak Kentara, yaitu penduduk yang memilliki produktivitas rendah dan pendapatannya juga rendah.
Universitas Sumatera Utara
Hanya membandingkan Em bekerja dan Un menganggur disebut pendekatan labor force approach atau pendekatan angkatan kerja, sedangkan melihat
lebih teliti di antara penduduk yang bekerja penuh atau setengah menganggur disebut labor utilization approach. Pendekatan kedua lebih menggambarkan keadaan yang
realistis tentang produktivitas penduduk.
Dalam konsep labor force approach telah disebutkan adanya angkatan kerja yang belum bekerja dan sedangingin mencari pekerjaan. Jumlah penduduk yang
sedang mencari pekerjaan ini dalam pengertian ekonomi disebut pengangguran terbuka open unemployment. Sebagai indikator biasanya dihitung persentasenya
terhadap angkatan kerja dengan rumus:
= × 100 2.10
Keterangan: OU
= Open Unemployment Un
= Unemployment AK
= Angkatan Kerja
2.4 Analisis Regresi