Penerapan Prinsip Komunikasi Islam Pada Tahap Orientasi

192 dalam berkomunikasi dengan sesama yang dapat diterapkan dalam kegiatan komunikasi terapeutik dokter dan paramedis atau perawat terhadap pasien dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu : Qaulan Sadida, Qaulan Baligha, Qaulan Ma’rufa, Qaulan Karima dan Qaulan Layyina, dan Qaulan Masyura. Berikut ini akan dibahas penerapan 6 enam prinsip Komunikasi Islam tersebut dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase awal orientasi, fase kerja working dan fase terminasi oleh dokter dan paramedis atau perawat terhadap pasien pada rumah sakit bernuansa Islami di Kota Medan yaitu : RSU. Haji Medan, RSI. Malahayati, dan RSU. Muhamadiyah Sumatera Utara.

1. Penerapan Prinsip Komunikasi Islam Pada Tahap Orientasi

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tahap Orientasi adalah tahap awal atau perjumpaan dan perkenalan pertama antara dokter dan paramedis atau perawat bertemu dengan pasien. Tujuan tahap awal ini adalah membangun keakraban, dan menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan. Dokter dan paramedis atau perawat pada fase ini melakukan aktifitas dengan maksud antara lain membina rasa saling percaya, dan menunjukkan penerimaan melalui komunikasi terbuka. Penerapan prinsip-prinsip komunikasi Islam dapat dilakukan pada kegiatan tahap orientasi ini antara lain sebagai berikut : a. Melakukan validasi terhadap kondisi pasien baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Memperkenalkan diri dengan pasien melalui sikap ‘tawadzu’. c. Memanggil pasien dengan panggilan yang baik dan disukai pasien. d. Menjelaskan tanggung jawab dokter dan paramedis atau perawat kepada pasien. e. Menjelaskan peran dokter dan paramedis atau perawat kepada pasien. f. Menjelaskan kepada pasien kegiatan asuhan keperawatan dan asuhan medis yang akan dilakukan. g. Menjelaskan kepada pasien tujuan dari kegiatan asuhan keperawatan dan asuhan medis yang akan dilakukan. h. Menjelaskan kepada pasien waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan baik asuhan keperawatan maupun asuhan medis. 193 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap orientasi tersebut idealnya dapat dilakukan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip komunikasi Islam seperti :

a. Menyampaikan pesan dengan berpedoman pada Qaulan Sadida, yaitu

berbicara dengan jelas dan jujur ketika memberi penjelasan kepada pasien tentang peran dan tanggungjawab dokter dan perawat terhadap pasien ketika menjelaskan kegiatan dan tujuan asuhan medis dan keperawatan maupun ketika menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan asuhan keperawatan dan asuhan medis. Menggunakan prinsip Qaulan Sadida berarti melakukan pembicaraan kepada pasien dengan ucapan yang benar baik dari segi substansi materi atau isi pesan maupun dari segi tata bahasa. Dari segi substansi berarti menyampaikan kebenaran, jujur, tanpa melakukan rekayasa data kepada pasien. Dari segi tata bahasa berarti pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti dan tidak membingungkan pasien. b. Menjelaskan kepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti menerapkan prinsip Qaulan Baligha dan prinsip Qaulan Masyura. Prinsip Qaulan Baligha adalah prinsip penyampaian pesan yang lugas, jelas dan fasih dan jelas maknanya. Menerapkan prinsip Qaulan Baligha berarti dokter dan paramedis atau perawat telah mampu menyesuaikan pembicaraan terhadap pasien yang disesuaikan dengan kadar intelektualitas baik dari latar belakang pendidikan maupun latar belakang sosial dan budaya pasien. Pentingnya menyesuaikan materi pesan dengan komunikan yang menjadi sasaran dalam kegiatan komunikasi juga dikuatkan sebagaimana dalam Hadis yang berisi pesan yaitu : Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal intelektulitas mereka H.R. Muslim. Memberi penjelasan kepada pasien yang melibatkan kognisi pikiran, afeksi perasaan dan konasi perilaku pasien. Penjelasan yang diberikan oleh dokter dan paramedis atau perawat pada tahap orientasi perlu dilakukan dengan mempedomani prinsip Qaulan Masyura. Prinsip Qaulan Masyura adalah prinsip yang memberikan pesan yang mudah dicerna dan dimengerti dan dipahami pasien sebagai komunikan. Selain itu, pesan juga harus 194 diberikan dengan kata-kata yang menyenangkan dengan mempertimbangkan hal-hal yang dapat menggembirakan bagi pasien. Dokter dan paramedis dianjurkan untuk memiliki kemampuan komunikasi terapeutik yang dapat menghibur dan memotivasi melalui kata-kata yang dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan kepercayaan diri pasien agar tetap semangat dalam upaya kesembuhannya. c. Memperkenalkan diri dengan cara yang santun dan tersenyum. Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, ekspresi wajah yang ditampilkan oleh petugas kesehatan baik dokter dan paramedis atau perawat memiliki power kekuatan atau pengaruh tersendiri bagi kenyamanan pasien yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kesembuhan pasien. Memperkenalkan diri dengan cara tawadzu mengandung makna bahwa dokter dan paramedis atau perawat selayaknya menerapkan prinsip Qaulan Layyina. Prinsip Qaulan Layyina adalah prinsip penyampaian pesan dengan cara yang lemah lembut, dengan voice tone nada suara yang enak didengar, dengan penuh keramahan sehingga dapat menyentuh hati. Sebagaimana Abu Dzar Ra, yang mengatakan Rasulullah SAW bersabda : Senyummu di hadapan saudaramu sesama muslim adalah bernilai sedekah bagimu HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban. Di samping menerapkan prinsip Qaulan Layyina, dokter dan paramedis atau perawat ketika melakukan perkenalan pertama dengan pasien pada tahap orientasi selayaknya juga menerapkan prinsip Qaulan Ma’rufa. Prinsip Qaulan Ma’rufa adalah prinsip penyampaian pesan dengan perkataan yang baik ungkapan yang pantas, santun, dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan orang yang mendengarnya. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan maslahat. Sebagaimana menurut teori Peplau, hubungan paramedis dan pasien pada fase orientasi sangat menentukan suasana bagi hubungan interpersonal yang baik dengan menyambut pasien dengan cara yang benar. Memilih kata- kata yang tepat dan menempatkan pasien pada posisi yang adil, menghargai dan menghormati pasien sebagai sesama mahluk ciptaan Allah SWT tanpa 195 membedakan agama, suku, ras dan antargolongan adalah contoh penerapan prinsip Qaulan Ma’rufa pada komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan dokter dan paramedis atau perawat dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit bernuansa Islam. d. Memanggil pasien dengan panggilan yang baik dan disukai dengan pasien adalah kegiatan yang dapat menciptakan hubungan komunikasi interpersonal yang baik dan akan membuka hubungan yang akrab antara dokter dan paramedis atau perawat terhadap pasien. Memanggil pasien dengan nama yang disukai dengan rasa hormat adalah bagian dari contoh penerapan prinsip Qaulan Karima . Prinsip Qaulan Karima pemberian pesan dengan perkataan yang mulia, dibarengi rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah- lembut dan bertatakrama. Islam menganjurkan agar kita selalu berkata dengan lemah-lembut dan hormat kepada orang tua yang kita muliakan, hal ini dapat kita lihat pada Alquran dalam Surah Al Isra ayat 23 yang artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik- baiknya Jika salah seorang di antara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia Qaulan Karima. QS.Al Isra : 23. Dalam ayat tersebut kita diwajibkan untuk berbicara dengan cara yang lemah lembut kepada orang tua. Dalam konteks komunikasi terapeutik, ayat tersebut dapat menjadi pedoman bagi dokter dan paramedis atau perawat pada rumah sakit bernuansa Islami ketika melakukan komunikasi dengan pasien. Memanggil nama pasien sesuai dengan nama kesukaannya atau disesuaikan berdasarkan usianya apakah memanggil dengan sebutan : Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Abang, dan sebagainya akan membuat pasien merasa nyaman dan merasa lebih dihargai dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dari hasil wawancara dan observasi peneliti terhadap dokter, paramedis atau perawat dan pasien di RSU. Haji Medan, RSI. Malahayati, dan RSU. Muhamadiyah Sumatera Utara diperoleh temuan bahwa belum semua dokter dan paramedis atau perawat telah menerapkan kegiatan pada tahap awal komunikasi 196 terapeutik sesuai dengan prinsip komunikasi Islam, baik itu prinsip Qaulan Sadida, Qaulan Baligha, Qaulan Ma’rufa, Qaulan Karima, Qaulan Masyura, mapunQaulan Layyina. Kondisi penerapan prinsip-prinsip komunikasi Islam pada tahap awal orientasi pada 3 tiga rumah sakit bernuansa Islami di Kota Medan diketahui sebagai berikut : a. Masih ada pasien yang berpendapat bahwa ada dokter dan perawat yang lupa mengucapkan salam seperti “Assalamualaikum” kepada pasien ketika pertama sekali bertemu dengan pasien pada tahap awal orientasi saat dokter dan paramedis atau perawat ketika pertama sekali bertemu dengan pasien. b. Masih ada dokter dan perawat yang terlalu singkat dan kurang jelas serta terlalu cepat baik ketika memberikan penjelasan tentang asuhan keperawatan, maupun tentang asuhan medis serta ketika menjelaskan tentang peran dokter dan paramedis atau perawat kepada pasien. c. Masih terdapat kondisi di mana pasien berpendapat bahwa waktu kunjungan yang diberikan dokter dan perawat masih terlalu singkat diberikan dengan jadwal kedatangan dokter yang tidak selalu konsisten dan sering berubah- ubah. Kondisi ini membuat pasien sulit mendapatkan informasi yang akurat tentang penyakitnya. d. Masih ada pasien yang berpendapat dokter dan paramedis menampilkan ekspresi wajah yang datar dan biasa saja jarang tersenyum kepada pasien ketika memberikan komunikasi dengan pasien. e. Masih ada pasien yang berpendapat dokter dan paramedis atau perawat bersikap pendiam dan hanya akan berbicara ketika pasien bertanya.

2. Penerapan Prinsip Komunikasi Islam Pada Tahap Kerja Working