Pengertian Pengangkutan PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT

BAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN MELALUI LAUT

A. Pengertian Pengangkutan

Kata pengangkutan berasal dari kata “angkut” yang artinya bawa atau muat dan kirimkan. Jadi pengangkutan diartikan sebagai pengangkutan dan pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman barang atau orang, barang atau orang yang diangkut dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan selamat, walaupun demikian diperlukan suatu alat sebagai sarana pengangkut. Pengangkutan dapat juga diartikan sebagai perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, atau mesin. Konsep pengangkutan didasarkan pada adanya perjalanan trip antara asal origin dan tujuan destination. Perjalanan adalah pergerakan orang dan barang antara dua tempat kegiatan yang terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau kelompok dalam masyarakat. Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal dan tujuan, menggunakan alat angkut atau kendaraan dengan kecepatan tertentu. Jadi perjalanan adalah proses perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Ada 5 lima unsur pokok pengangkutan, adalah sebagai berikut: 1. Manusia, yang membutuhkan pengangkutan. 2. Barang-barang tertentu, yang diperlukan oleh manusia. 3. Kendaraan termasuk kapal dan pesawat, sebagai sarana pengangkutan. 4. Terminal, pelabuhan, bandara sebagai prasarana pengangkutan. 5. Organisasi, sebagai pengelola pengangkutan. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya, kelima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti pada saat awal diangkut. Selain itu banyak para sarjana yang mengemukakan pendapatnya megenai pengertian pengangkutan antara lain : Menurut HMN. Poerwosutjipto mengatakan bahwa: “Pengangkutan adalah perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.” 10 Sedangkan Abdul Kadir Muhammad mengatakan bahwa: “Pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang kedalam pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkut ke tempat yang ditentukan.” 11 Menurut Sution Usma Adji, bahwa pengangkutan adalah 12 10 Purwosutjipto H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 5, Penerbit Djambatan, Jakarta ,2000.hlm.10. 11 Muhammad Abdul Kadir, Hukum Pengangkut Darat, laut dan Udara, Cipta Aditya Bahkti, Jakarta,1991.hlm.18. 12 Sution Usman Adji, dkk,Hukum Pengangkutan di Indonesia, PT Rinka Cipta, cet.2 Jakarta,1991.hlm.26. : ”Sebuah perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu dengan selamat tanpa berkurang jumlah dari barang yang dikirimkan, sedangkan pihak lainnya pengirim atau penerima berkeharusan memberikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.” Universitas Sumatera Utara Usaha pengangkutan bukan hanya berupa kegiatan pemindahan barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara dan kondisi yang statis, akan tetapi pengangkutan itu selalu diusahakan perbaikan dan kemajuannya sesuai dengan perkembangan peradaban dan teknologi. Dengan demikian pengangkutan itu selalu diusahakan perbaikan dan peningkatannya, sehingga akan tercapai efisiensi pengangkutan yang lebih baik. Ini berarti bahwa orang akan selalu berusaha mencapai efisiensi terhadap pengangkutan, agar pengangkutan barang dan orang tersebut dapat memakan waktu yang secepat mungkin dan dengan pengeluaran biaya yang sekecil mungkin. Pada dasarnya, pengangkutan atau pemindahan penumpang dan barang dengan transportasi ini diselenggarakan dengan maksud untuk dapat mencapai ke tempat tujuan serta dapat menciptakan maupun menaikkan utilitas kegunaan dari barang yang diangkut. Utilitas kegunaan yang dapat diciptakan oleh transportasi atau pengangkutan tersebut, khususnya untuk barang yang diangkut pada dasarnya ada 2 dua macam, yaitu: 13 1. Utilitas tempat place utility, yaitu kenaikan atau tambahan nilai ekonomi atau nilai kegunaan daripada suatu komoditi yang diciptakan dengan mengangkutnya dari suatu tempatdaerah dimana barang tersebut mempunyai kegunaan lebih besar. 2. Utilitas waktu time utility, yaitu transportasi akan menyebabkan terciptanya kesanggupan daripada barang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menyediakan barang yang bersangkutan yaitu tidak hanya dimana mereka dibutuhkan, tetapi juga pada waktu bilamana mereka diperlukan. 13 Kamaludin Rustian, Ekonomi Transportasi, Penerbit Ghalia Indonesia, Padang, 1986. hlm. 11. Universitas Sumatera Utara Pengangkutan sebagai proses yaitu serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa menuju ke tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan. Pengangkutan sebagai perjanjian, pada umumnya bersifat lisan tidak tertulis tetapi selalu didukung oleh dokumen angkutan yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi. Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem hukum yang mempunyai unsur-unsur sistem, yaitu: 14 1. Subjek pelaku hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak dalam perjanjian dan pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan. 2. Status pelaku hukum pengangkutan, khususnya pengangkut selalu berstatus perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum. 3. Objek hukum pengangkutan, yaitu proses penyelenggaraan pengangkutan. 4. Peristiwa hukum pengangkutan, yaitu proses penyelenggaraan pengangkutan. 5. Hubungan hukum pengangkutan, yaitu hubungan kewajiban dan hak antara pihak-pihak dan mereka yang berkepentingan dengan pengangkutan. Pengangkutan sebagai perjanjian merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 15 Pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital karena didasari oleh berbagai faktor, baik 14 Muhammad Abdulkadir, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998. hlm. 12. 15 Purwosutjipto H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1995. hlm. 2. Universitas Sumatera Utara geografis maupun kebutuhan yang tidak dihindari dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dengan jalur tempuh yang dipisahkan oleh lautan, maka dalam pengangkutan domestik maupun internasional, dihadapkan kepada 2 dua pilihan jalur, yaitu melalui udara atau melalui laut. Dengan mempertimbangkan faktor biaya dan pembatasan beban kiriman, maka para pengirim cenderung memilih jalur laut, walaupun pengangkutan melalui jalur laut sifatnya lebih lama dan tentu tidak sedikit resiko dan permasalahannya.

B. Pengertian Pengangkutan Laut

Dokumen yang terkait

Perkawinan Campuran Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Tentang Perkawinan

2 93 97

Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Adat Serta Kompilasi Hukum Islam

6 131 125

Sinkronisasi Antara Hukum Pajak Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

1 75 183

Tinjauan Yuridis Pernikahan Siri Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

3 77 140

Mediasi Di Pengadilan Pasca Keluarnya Perma Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan

0 24 135

Tanggung Jawab pengangkut Dalam pengangkutan semen curah Melalui Laut Pada PT. Pelayaran Parnaraya Nusantara cabang Padang.

0 0 6

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT UNTUK MENYEDIAKAN KELAIKLAUTAN KAPAL YANG MENINGKAT STANDARNYA SESUAI DAERAH PELAYARAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN.

0 0 1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENGANGKUT ATAS BARANG KIRIMAN APABILA KAPAL TENGGELAM AKIBAT BERTABRAKAN DENGAN KAPAL LAIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN DAN UNDANG-UNDAN.

0 1 1

IMPLIKASI HUKUM PENERAPAN ASAS CABOTAGE DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN TERHADAP OPERASI DAN PENGANGKUTAN DI SEKTOR MIGAS.

0 0 2

Pertanggungjawaban PT Pelayaran Sakti Inti Makmur atas barang kiriman yang rusak/hilang melalui pengangkutan laut ditinjau dari undang-undang nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 13