FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETERANDALAN DAN KETEPATWAKTUAN PELAPORAN KEUANGAN SKPD (Studi Empiris pada SKPD Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul)

(1)

THE FACTORS AFFECTING RELIABILITY AND TIMELINESS OF LOCAL GOVERNMENT FINANCIAL REPORTING

(Study Empiric Government In Bantul)

Oleh

VITA DIAH AYU PUSPANINGSIH 20130420009

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

THE FACTORS AFFECTING RELIABILITY AND TIMELINESS OF LOCAL GOVERNMENT FINANCIAL REPORTING

(Study Empiric Government In Bantul) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

VITA DIAH AYU PUSPANINGSIH 20130420009

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iv

Nama : Vita Diah Ayu Puspaningsih Nomor Mahasiswa : 20130420009

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keterandalan Dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Skpd (Studi Empiris pada SKPD Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 25 Maret 2017


(4)

v

yang sempurna datang kepadamu” (R.A Kartini)

“Tuhan tidak menuntut kita untuk sukses, Tuhan hanya menyuruh kita berjuang tanpa henti”

(Cak Nun)

“jika A adalah sukses dalam hidup, maka (A = X+Y+Z). X adalah bekerja, Y adalah bermain, dan Z adalah menjaga lisan”

(Albert Einstein)

“Lebih baik jadi orang bodoh dan tidak tahu apa-apa, daripada jadi orang terdidik namun tidak tahu arah”

(Doraemon)

“Jika mimpimu belum ditertawakan orang lain, berarti mimpimu itu masih kecil”

(Luffy-One Piece)

“Kemampuan individu memang penting, namun yang paling penting adalah kemampuan untuk bekerjasama”

(Hatake Kakashi-Naruto)

“Jika uang membuatku melupakan sahabat terbaikku, maka aku lebih memilih untuk tidak memiliki uang sama sekali”

(Spongebob Squarpants)

“Jangan tunda sampai besok apa yang bisa kamu kerjakan hari ini” (Vitadhy)


(5)

vi

 Nabi Muhammad SAW, yang menjadi pelita bagi kehidupan ummat manusia menuju keridhaan Allah SWT.

 Ayah dan Ibu tersayang yang dengan sabar mendidik anaknya, terima kasih atas do’a, kasih sayangnya, pengorbanannya, nasihat, dan motivasinya yang sangat berguna. Keringat yang bercucuran, tangisan, perjuangan, dan dukungan yang kalian lakukan demi kebahagiaanku, mungkin ku takkan mampu membalasnya. Hanya doa yang bisa kupanjatkan semoga Ayah dan Ibu bahagia selalu, diberikan kesehatan, umur panjang dan dimudahkan dalam mencari rizkiNya serta diberikan keberkahan. Maaf belum bisa menjadi apa yang kalian inginkan. Tapi vita selalu berusaha menjadi anak yang bisa kalian banggakan. Terimakasih yah buk…

 Mbah Uti Marsiyah, Alm mbah kakung Hadi Tunarso dan Alm mbah kakung Noyo Rejo yang selalu menjadi panutan dalam hidupku. Dan Keluarga Besar Hadi Tunarso dan Noyo Rejo terima kasih atas dukungannya selama ini.

 Mbah Basuki yang selalu memberikanku wejangan dan dukungan untuk selalu berani menghadapi apapun. Semua pasti bisa asal selalu beruaha. Makasih mbah bas..

 My Partner Touring “Achmad Kakung Indarmanto” yang selalu memberi perhatian, semangat dan dukungan untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Semoga apa yang kita cita-citakan di ridhoi Allah SWT.

 My Sister Mba Tya, Dek putri, Nesti dan Irsa makasih sudah menjadi penyemangatku. (Ayoo dolan ayoo golek jajan :D)

 Sahabat Kesayangaku dari SMA Laili dan Sherly semoga cepat bertemu jodohnya, dan jangan lupa tetep kocak yaa. Lovyou..

 Terimakasih sahabat dan teman pertamaku dari awal kuliah sampai sekarang Diah dan Indica :* . (ojo ena ena terus yaa) hehe :D

 Terimakasih sahabatku trio suka jalan-jalan cari spot dan kuliner Siti dan Annisa R. (Ojo panik, Skripsi sambi Piknik )

 Temen-temen “NGEYEL” ku Diah, Mita, Icha, Erni, Rizki, dan Imam yang selalu ramee dan bawel. Dan teman-teman KKN 01, Pak Dukuh dan Ibu Dukuh serta warga Kali Tengah Lor. Terimakasih sudah menjadi keluargaku.Terimakasih semua teman-teman Kelas Akuntansi “A” yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Terimakasih untuk masukan, motivasi, dorongan, dan semangat kalian…kalian luar biasaaaa..


(6)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14


(7)

xii

2. Pelaporan Keuangan Pemerintah... 18

3. Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah ... 19

4. Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan pemerintah ... 20

5. Kapasitas Sumber Daya Manusia ... 21

6. Pemanfaatan Teknologi Informasi ... 22

7. Pengendalian Intern Akuntansi ... 22

8. Pengawasan Keuangan Daerah ... 23

B. Pengembangan Hipotesis ... 26

C. Model Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Objek dan Subyek Penelitian ... 36

B. Jenis Data ... 36

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

F. Uji Kualitas Instrumen ... 43


(8)

xiii

1. Deskripsi Responden ... 49

2. Statistik Deskriptif ... 53

C. Uji Kualitas Data ... 54

1. Uji Validitas ... 54

2. Uji Reliabilitas... 55

D. Uji Asumsi Klasik ... 56

1. Uji Asumsi Klasik Regresi Pertama ... 56

2. Uji Asumsi Klasik Regresi Kedua ... 59

E. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 62

1. Regresi Pertama ... 63

2. Regresi Kedua ... 66

F. Pembahasan ... 70

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Keterbatasan Penelitian ... 78

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN


(9)

xiv

Tabel 1.1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Tahun 2015 ... 5

Tabel 1.2 Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan BPK Tahun 2015... 6

Tabel 1.3 Pernyataan Opini LKPD Pemeriksan BPK ... 7

Tabel 3.1 Skala Pengukuran Variabel ... 40

Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 41

Tabel 4.1 Hasil Pengumpulan Data ... 49

Table 4.2 Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan ... 50

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 50

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan SKPD ... 51

Tabel 4.5 Hasil Uji Deskriptif ... 53

Tabel 4.6 Uji Validitas ... 54

Tabel 4.7 Uji Reliabilitas ... 56

Tabel 4.8 Uji Normalitas Regresi Pertama ... 57

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Regresi Pertama ... 58

Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Regresi Pertama ... 59

Tabel 4.11 Uji Normalitas Regresi Kedua ... 60

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas Regresi Kedua ... 61


(10)

xv

Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis Regresi Kedua ... 67 Tabel 4.18 Hasil Uji F Regresi Kedua ... 68 Tabel 4.19 Hasil Uji Determinasi Regresi Kedua ... 69


(11)

xvi


(12)

(13)

vii

pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian intern akuntansi dan pengawasan keuangan daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Regresi Linier dengan bantuan SPSS statistical software SPSS.

Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia, pengendalian intern akuntansi dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD, sedangkan pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh. Disamping itu, kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.

Kata Kunci: pelaporan keuangan SKPD, keterandalan, ketepatwaktuan, kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,


(14)

viii

tested are the human resources capacity, the utilization of information technology, the internal control of accounting and the regional financial control. The method used in this research is linear regression with the assist of SPSS statistical software.

The result shows that the human resources capacity, the internal control of accounting, and the regional financial control have positive and significant influence on the reliability of SKPD financial report. While, the utilization of information technology, and the regional financial control have positive and significant influence on the timeliness of SKPD financial report.

Keywords: SKPD financial report, reliability, timeliness, human resource capacity utilization of information technology, internal control of accounting, regional financial control.


(15)

1

Sebagai salah satu pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan, upaya untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan kepada publik yaitu dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan tata kelola keuangan yang baik dan akuntabilitas publik terhadap lembaga-lembaga yang berada di pusat maupun daerah. Akuntabilitas merupakan suatu kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik. (Mardiasmo, 2002)

Dalam Islam Allah SWT telah menjelaskan dalam Surah Al-Baqarah Ayat 282 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun


(16)

Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam setiap transaksi harus terdapat bukti dan data yang harus dicatat sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan akan dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

Salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan. Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Laporan keuangan pemerintah kemudian disampaikan kepada DPR/DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Komponen laporan keuangan yang disampaikan tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam statement nomor 34 Governmental Accounting Standard Board (1999) dalam Concepts Statement No.1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dalam pelaporan keuangan di Indonesia. Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui dan menerima informasi atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Oleh karena itu, pemerintah daerah wajib memperhatikan informasi yang disajikan


(17)

dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Informasi laporan keuangan harus dapat bermanfaat bagi para pemakai. Informasi bermanfaat apabila informasi tersebut memiliki beberapa karakteristik kualitatif yang disyaratkan, sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP bagian Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah menjelaskan bahwa agar Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dapat memenuhi tujuannya diperlukan karakteristik kualitas laporan keuangan, yaitu: (1) relevan, dikatakan relevan jika informasi yang termuat dapat digunakan untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu dan masa kini, juga dapat digunakan untuk memprediksi masa depan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan; (2) andal, laporan keuangan dikatakan andal jika informasi yang termuat terbebas dari pengertian menyesatkan dan kesalahan material, disajikan secara jujur dan dapat diverifikasi; (3) dapat dibandingkan, artinya informasi yang termuat dalam laporan keuangan tersebut dapat dibandingan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dan pada tempat lain pada umumnya; (4) dapat dipahami, artinya laporan keuangan mempunyai informasi yang dapat dipahami dan dapat dimengerti oleh pengguna dan dinyatakan dalam istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 jika informasi laporan keuangan yang dihasilkan sudah memenuhi kriteria


(18)

karakteristik sesuai dengan yang disyaratkan, berarti pemerintah daerah mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Informasi laporan keuangan yang dihasilkan jika tidak memenuhi karakteristik tersebut, maka dapat menimbulkan berbagai permasalahan.

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya mendapat penilaian berupa opini dari BPK. Ketika BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap LKPD, artinnya dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi keuangan suatu entitas pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar dan berkualitas. Sebagaimana yang telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, terdapat empat opini yang diberikan pemeriksa yaitu Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Opini Tidak Wajar (TP), dan Pernyataan Menolak Memberi Opini atau Tidak Memberi Pendapat (TMP).

Pada kondisi sekarang, banyak permasalahan yang terjadi berkaitan dengan laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Masih banyak data-data laporan keuangan yang disajikan jauh dari kenyataan. Terdapat penyimpangan -penyimpangan yang ditemukan oleh BPK dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah. BPK telah menyampaikan ikhtisar hasil pemeriksaan semester I tahun 2015. Berikut tabel-tabel hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh BPK:


(19)

Tabel 1.1

Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan dan Temuan Pemeriksaan BPK Semester 1 tahun 2015

Pemerintahan/Jenis Pemeriksaan

Jumlah LHP Jumlah Temuan

Pemerintah Pusat 117 1.637

Pemeriksaan Keuangan 97 1519

PDTT 20 118

Pemerintah daerah 518 8.019

Pemeriksa Keuangan 504 7.888

Pemeriksa Kinerja 3 17

PDTT 11 14

Sumber : BPK RI 2015

Pada tabel 1.1 terdapat 8.019 temuan dari 518 laporan hasil pemeriksaan pemerintah daerah yang telah dilakukan oleh BPK. Total pada semester 1 tahun 2015, BPK mengeluarkan 666 laporan hasil pemeriksaan (LHP) dengan 10.154 temuan. (BPK, 2015) menyatakan bahwa 10.154 temuan memuat 15.434 permasalahan pada semester 1 tahun 2015. Permasalahan meliputi 7.544 (48,88%) permasalahan yang terjadi karena kelemaham sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintahan dan 7.890 (51,12%) permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan senilai 33,46 triliun.

Hasil pemeriksaan BPK atas 504 LKPD Tahun 2014 mengungkapkan 5.978 permasalahan sistem pengendalian intern (SPI). Permasalahan SPI tersebut meliputi 2.222 (37,17%) kelemahan sistem pengendalian intern dan pelaporan, 2.598 (43,46%) kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan 1.158 (19,37) kelemahan struktur pengendalian intern.


(20)

Tabel 1.2

Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan BPK Semester 1 Tahun 2015 Keterangan

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah & BUMD

Permasalahan Nilai

(Rp Juta)

Permasalahan Nilai

(Rp Juta) Kelemahan SPI

SPI 1.180 - 6.034 -

Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan

Kerugian 522 544.110,32 2.462 1.554.721,52

Potensi Kerugian 83 1.335.777,21 343 9.952.772,88

Kekurangan Penerimaan

187 6.765.236,33 911 396.765,31

Sub Total 792 8.645.123,68 3.716 11.904.259,71

Penyimpangan Administrasi

548 - 2.387 -

Ketidakhematan 3 14.249,16 5 2.492.534,03

Ketidakefisienan 1 - - -

Ketidakefektifan 11 139.383,37 28 167,01

Sub Total 563 153.632,53 2.420 2.492.701,04

Total

Ketidakpatuhan

1.355 8.798.756,39 6.136 14.396.960,75

Total 2.535 8.798.756,39 12.170 14.396.960,75

Sumber : www.bpk.go.id– IHPS 1 Tahun 2015

Pada tabel 1.2 terdapat penjelasan bahwa masalah ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan yang berdampak financial terjadi pada pemerintah pusat sebanyak 792 (17,18%) dengan permasalahan senilai 8,65 triliun rupiah. Permasalahan paling banyak berada pada pemerintah daerah yang mencapai 3.716 (80,61%) dengan permasalahan senilai 11,9 triliun rupiah.


(21)

Tabel 1.3

Pernyataan Opini LKPD Hasil Pemeriksaaan BPK

Keterangan Opini

Pemerintah Daerah (dalam presentase)

2013 2014

Wajar Tanpa Pengecualian 29,77% 49,8% Wajar Dengan Pengecualian 59,35% 45,64% Tidak Memberikan Pendapat 8,78% 3,77%

Tidak Wajar 2,10% 0,79%

Sumber : www.bpk.go.id– IHPS 1 Tahun 2014-2015

Pada tabel 1.3 terdapat penjelasan IHPS 1 Tahun 2015 mengungkapkan hasil pemeriksaan atas 504 laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun 2014 dari 539 pemerintah daerah yang wajib menyerahkan LKPD Tahun 2014. Dari sisi ketepatan waktu, penyerahan LKPD 2014 naik sebesar 93,51% dibandingkan penyerahan LKPD 2013 pada periode yang sama sebesar 87,02% (IHPS 1 2014). Hasil pemeriksaan mengungkapkan 251 opini WTP (49,80%), 230 opini WDP (45,64%), 4 opini TW (0,79%), dan 19 opini TMP (3,77%). Masih terdapat 35 pemerintah daerah (6,49%) yang terlambat dalam menyampaikan LKPD. Dari 539 pemerintah daerah hanya 504 yang dapat menyampaikan LKPD secara tepat waktu. Terlambatnya LKPD yang disampaikan oleh pemerintah daerah mengakibatkan BPK mengalami kesulitan dalam mengaudit pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kualitas dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar. Penyajian suatu laporan keuangan yang wajar merupakan gambaran dan hasil dari pertanggungjawaban keuangan yang baik.

Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tahjo Kumolo mengatakan bahwa hanya ada 33% pemerintah daerah yang tertib dalam melaporkan


(22)

pertanggungjawaban keuangan daerahnya. Data tersebut diperoleh setelah mendapatkan keluhan langsung dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Pengawasan Keuangan (BPK). Masih banyak laporan pertanggungjawaban keuangan daerah ke kemendagri bermasalah. (Sindonews, 2014)

Kabupaten Bantul menjadi objek penelitian karena pada tahun 2009-2012 BPK menyatakan bahwa Kabupaten Bantul mendapat predikat WDP dan pada tahun 2013-2015 mendapat predikat WTP. Untuk mempertahankan opini WTP setiap pemerintah daerah dihimbau untuk menyusun LKPD berdasarkan kesesuaian SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap perundang-undangan serta memperhatikan tertib admnistrasi dan pengelolaan mulai dari tingkat desa, serta adanya transparansi terhadap informasi keuangan.

Pemerintah Kabupaten Bantul sendiri sudah memperoleh WTP dari BPK akan tetapi WTP ini tidak menjamin bahwa laporan keuangan bebas dari kecurangan karena menurut Sunarto Kepala Perwakilan BPK RI Provinsi DIY, menjelaskan bahwa opini WTP bukan tujuan akhir dari pengelolaan keuangan dan pertanggungjawaban bebas dari kecurangan, Opini WTP tidak menyimpulkan bahwa SPI telah berjalan secara efisien dan ekonomis. Tercapainya WTP ini tidak menjamin bahwa tahun-tahun yang akan datang BPK juga memberikan opini WTP atas LKPD. Diharapkan Pemerintah Kota/Kabupaten se-Provinsi DIY segera menindak lanjuti rekonmendasi BPK selambat-lambatnya 60 hari setelah LHP diterima. Dan hasil pemeriksaan BPK dapat dijadikan dorongan dan motivasi untuk memperbaiki


(23)

pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (BPKRI, 2013)

Berdasarkan fenomena tersebut dapat dinyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah masih jauh dari kriteria karakteristik laporan keuangan yang disyaratkan, diantaranya keterandalan dan ketepatwaktuan. Mengingat bahwa keterandalan dan ketepatwaktuan merupakan unsur penting dalam laporan keuangan SKPD sebagai dasar pengambilan keputusan. Keterandalan merupakan kemampuan informasi untuk memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar dan valid. Ketepatwaktuan merupakan tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi itu kehilangan kekuatan untuk memengaruhi keputusan (Nurillah, 2014). Demi terselenggarakannya keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan yang baik, maka harus ada sumber daya manusia yang berkompeten, teknologi informasi yang memadai, pengendalian internal akuntansi, dan pengawasan keuangan daerah. Maka penelti tertarik untuk meneliti lebih dalam hal-hal yang dapat memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.

Hal pertama yang mungkin memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah kapasitas sumber daya manusia. Dibutuhkan dukungan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan professional dalam pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan termasuk laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah karena ditemukan banyaknya ketidakpatuhan terhadap


(24)

perundang-undangan. Penelitian sumber daya manusia telah dilakukan oleh Zetra (2009) ditemukan bahwa masih sulit bagi aparatur didaerah untuk menyampaikan laporan keuangan pemerintah daerah secara transparan dan akuntabel, tepat waktu, dan disusun mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sumber daya manusia masih belum memenuhi kriteria dikarenakan kurangnya pegawai yang mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi, padahal pendidikan akuntansi dijadikan dasar pengetahuan dalam pengelolaan keuangan. Hal ini disebabkan karena belum ada kebijakan rekrutmen pegawai berlatar belakang pendidikan akuntansi dan walaupun sumber daya manusia tersebut bukan berlatar belakang pendidikan akuntansi, akan tetapi mereka dianggap mampu menjalankan/melaksanakan tugas dengan modal diklat dan bimbingan.

Hal kedua yang mungkin memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan adalah pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi merupakan faktor pendukung bagi pegawai untuk mempermudah dalam pekerjaannya agar dapat terwujud laporan pertanggungjawaban keuangan yang memiliki ketepatwaktuan dalam penyajian laporan keuangan serta dapat diandalkan. Menurut Indriasari (2008) menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk memanfaatkan dan kemajuan teknologi informsi akan dapat memingkatkan nilai informasi pada laporan keuangan daerah sehingga penyampaian dapat tepat waktu dan dapat diandalkan.


(25)

Hal ketiga yang mungkin memengaruhi keterandalan pelaporan keuangan dapat dipengaruhi adanya pengendalian intern akuntansi. Terkait dengan pelaporan keuangan yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku. SAP merupakan suatu yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai atas keandalan laporan keuangan yang sesuai dengan SAP. Setelah sesuai dengan SAP, selanjutnya laporan keuangan harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk memeriksa apakah laporan keuangan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan dan apakah laporan keuangan sudah memenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan perundang-undangan. (Martanti, 2011).

Selain itu juga hal terakhir yang mungkin memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan adalah pengawasan daerah. Menurut Yosa (2010) pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun dapat berjalan secara efisien, efektif, dan ekonomis. Untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk mengetahui apakah terdapat suatu penyimpangan, serta dapat digunakan untuk tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber data telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai suatu tujuan.

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Anggraeni (2014) menunjukkan hasil bahwa kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Sedangkan pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Mustafa (2010)


(26)

menunjukkan hasil kapasitas sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap keterandalan, namun pengendalian intern berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Penelitian Trisaputra (2013) menunjukkan hasil bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Sedangkan pada penelitian Pimayana (2014) menunjukkan hasil kapasitas sumber daya manusia, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Perbedaan hasil ini yang membuat peneliti tertrik untuk menguji kembali dan menganalisis faktor apa saja yang dapat memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan Satuan Kerje Perangkat Daerah (SKPD).

Penelitian ini mereplikasi penelitian dari Ariesta (2013). Penelitian tersebut menggunakan tiga variabel yang berpengaruh terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah yaitu kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel berpengaruh signifikan terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Perbedaan hasil ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Darerah (SKPD).


(27)

Pada penelitian ini peneliti menambah satu variabel yang dimungkinkan dapat memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD yaitu pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2010, pengawasan keuangan daerah digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang handal kepada para pemakai agar dapat berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

Di Bantul, penelitian mengenai keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah belum banyak ditemui. Hal ini dibuktikan dengan terbatasnya jurnal ataupun hasil penelitian yang menguji keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah pada SKPD yang ada di Kabupaten

Bantul sehingga penelitian ini diberi judul: “Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD”.


(28)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD?

2. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD?

3. Apakah pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD?

4. Apakah pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD?

5. Apakah kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap ketepatwaktan pelaporan keuangan SKPD?

6. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktan pelaporan keuangan SKPD?

Apakah pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap ketepatwaktan pelaporan keuangan SKPD?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD.


(29)

2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD.

3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD.

4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan SKPD.

5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.

6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.

7. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.

D. Manfaat Penelitian 1. . Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan refrensi tentang bahan informasi yang digunakan dalam memperbaiki kualitas laporan keuangan


(30)

pemerintah daerah meliputi kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian intern, dan pengawasan keuangan daerah sehingga tujuan pemerintahan dapat tercapai.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif sebagai bahan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak di pemerintahan daerah terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.

b. Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keteranndalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD dan memperjelas teori yang di ajarkan di perkuliahan dengan fenomena yang nyata.


(31)

17 A. Landasan Teori

1. Teori Stewardship (Stewardship theory)

Stewardship theory didefinisikan sebagai suatu situasi dimana manager tidak mempunyai kepentingan pribadi tetapi mementingkan principal. (Donaldson dan Davis, 1991). Teori stewardship berasumsi bahwa manusia pada hakikatnya bertindak dengan penuh tanggungjawab, dapat dipercaya, berintegritas tinggi dan memiliki kejujuran. Manajemen melaksanakan tindakan sebaik-baiknya untuk kebutuhan stakeholder yaitu: rakyat, pemegang saham, penanam modal, dan kreditur. Manajemen dalam suatu organisasi dicerminkan sebagai good steward yang melaksanakan tugas dari atasannya secara penuh tanggungjawab.

Hubungan teori stewardship dengan penelitian ini yaitu prinsip bahwa pemerintah sebagai manajer merasa mempunyai tanggungjawab dalam pengelolaan keuangan dan pengalokaisan sumber daya yang ada dengan cara lebih bijaksana dan berhati-hati untuk kepentingan masyarakat luas. Pemerintah wajib memberikan laporan pertanggungwajaban dalam APBD kepada rakyat dalam bentuk LKPD yang telah diaudit oleh BPK. LKPD dibuat oleh pemerintah daerah akan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya yang nantinya akan


(32)

digunakan untuk pengambilan keputusan. Kinerja pemerintah daerah akan dinilai dalam laporan pertanggungjawaban dalam realisasi APBD serta opini LKPD yang diperoleh pemerintah daerah.

2. Pelaporan Keuangan Pemerintah

Pelaporan keuangan merupakan catatan informasi suatu entitas pada suatu periode yang digunakan untuk memggambarkan kinerja entitas tersebut. Pelaporan keuangan merupakan struktur dan proses akuntansi yang menunjukkan bagaimana informasi dalam laporan keuangan tersebut disajikan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan. Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai sumber daya ekonomi, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi entitas pelaporan dan membantu agar laporan keuangan disusun sesuai dengan SAP yang telah ditetapkan sehingga laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya. (Suwardjono, 2005).

Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah terlaksana dan tercapai secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

a. Akuntabilitas

Tanggung jawab dalam pengelolaan sumber atas pelaksanaan kebijakan yang telah dipercayakan kepada entitas pelaporan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara periodik.


(33)

b. Manajemen

Membantu para pengguna untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan suatu entitas pelaporan keuangan dalam suatu periode pelaporan, sehingga mempermudah pemerintah dalam menjalankan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat luas.

c. Transparansi

Menyediakan informasi laporan keuangan secara terbuka dan jujur kepada masyarakat, dengan pertimbangan bahwa masyarakat mempunyai wewenang untuk mengetahui secara menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Keseimbangan antargenerasi

Memantu oara pemakai dalam mengetahui kecakupan penerimaan pemerintah pada suatu periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

3. Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Agar manfaat dan tujuan penyajian laporan keuangan pemerintah dapat tercapai maka informasi yang disajikan harus mempunyai nilai dan


(34)

bermnafaat bagi pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. (Suwardjono, 2005)

Keterandalan merupakan kemampuan informasi dalam laporan keuangan untuk memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Informasi dalam laporan keuangan harus andal, yakni bebas dari pengertian menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverivikasi. Pemakai informasi tergantung pada kebenaran informasi yang dihasilkan. Jadi, informasi yang diperoleh dari data yang digunakan bias teruji keandalannya untuk meraih tujuan yang diinginkam baik personal maupun organisasi.

4. Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Ketepatwaktuan merupakan salah satu dalam karakteristik nilai informasi yang harus dipenuhi agar laporan keuangan yang disajikan relevan dalam pembuatan laporan keuangan. (Suwardjono, 2005)

Penyampaian laporan keuangan yang tepat waktu merupakan hal yang paling penting dalam pemerintahan. Apabila informasi tersedia dalam waktu yang lama, maka informasi tersebut tidak mempunyai nilai lagi dikarenakan ketepatwaktuan itu informasi tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk memengaruhi keputusan yang diambil.

Vidiasari (2012) mendefinisikan kepetapwaktuan dalam dua cara; 1) ketepatwaktuan didefinisikan sebagai keterlambatan pelaporan keuangan dari tanggal laporan sampai dengan tanggal melaporkan. 2)


(35)

ketepatwaktuan ditentukan dengan waktu relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan.

5. Kapasitas Sumber Daya Manusia

Kapasitas sumber daya manusia merupakan kemampuan seseorang atau individu, suatu orgranisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi secara efektif dan efisien. Kapasitasnya harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluaran-keluaran (output) dan hasil-hasil (outcomes).

Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan dengan bekal pengalaman, pendidikan, dan pelatihan. (Widodo dalam Kharis, 2010). Dalam SKPD untuk mewujudkan kualitas informasi pelaporan keuangan yang baik maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam pemerintah daerah, kegagalan sumber daya manusia dalam memahami akuntansi berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat karena tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah sehingga laporan keuangan tidak dapat diandalkan oleh pemakai informasi dan juga tidak dapat disampaikan secara tepat waktu karena terdapat hambatan dalam pengelolaan keuangan sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama agar laporan keuangan dapat diandalkan.


(36)

6. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Teknologi informasi merupakan proses elektronik yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara. Teknologi informasi digunakan untuk menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu informasi yang relevan, akurat, dan dapat disampaikan secara tepat waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi bisnis, pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan (Jogiyanto, 1990).

Teknologi informasi meliputi komputer, perangkat lunak (software), jaringan internet, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. Pemanfaatan teknologi informasi meliputi 1) pengolahan data

dan informasi, proses kerja secara elektronik dan sistem manajemen. 2) memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sebagai sarana dalam

memberikan pelayanan publik sehingga dapat di akses oleh masyarakat luas dengan mudah dan cepat. (Sukirman, 2013)

7. Pengendalian Intern Akuntansi

Pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pengendalian intern merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan


(37)

pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Menurut Committee Of Sponsoring Organization (COSO, 1994) mendefinisikan bahwa pengendalian intern sangat penting untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Pengendalian intern bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, serta kepatuhannya terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur tersebut membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dijalankan untuk mencapai tujuan.

Pengendalian intern yang lemah menyebabkan tidak terdeteksinya kecurangan atau ketidakakuratan proses akuntansi sehingga bukti audit yang diperoleh dari data akuntansi menjadi tidak kompeten. Pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metoda dan ukuran kekayaan yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keterandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan. (Indriasari, 2008)

8. Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa pengawasan merupakan proses yang


(38)

ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengawasan merupakan upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, dan untuk menhindari kemungkinan adanya penyelewengan atau penyimpangan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengawasan dapat digunakan untuk perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya digunakan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi atau pemerintahan. (Yosa, 2010)

Terdapat jenis-jenis pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain sebagai berikut:

a. Pengawasan intern, dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan intern dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control), atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh Inspektorat Jendral pada setiap kementrian dan Inspektorat Wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah Pengawasan Kementrian Dalam Negeri.


(39)

b. Pengawasan ektern, pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini, di Indonesia adalah BPK yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah.

c. Pengawasan preventif, pengawasan yang yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan. Pengawasan preventif ini dilakukan pemerintah dengan makhsud untuk menghadiri adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara/daerah yang akan membebankan dan merugikan negara/daerah lebih besar. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

d. Pengawasan represif, pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan. Pengawasan ini umumnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, dimana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan dan pengawasan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.


(40)

B. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD

Kapasitas sumber daya manusia merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan dengan bekal pendidikan, pendidikan, dan pengalaman yang cukup memadai.

Dalam menghasilkan nilai informasi yang bernilai yaitu keterandalan menyangkut informasi yang dihasilkan dan sumber daya yang menghasilkan. Informasi dalam laporan keuangan yang dihasilkan harus mempunyai kemampuan dalam memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Kemudian kemampuan sumber daya manusia yang menghasilkan informasi tersebut dituntut untuk memiliki tingkat keahlian akuntansi yang memadai dan atau paling tidak memiliki keinginan untuk terus belajar dan mengasah kemampuannya di bidang akuntansi. Sumber daya manusia sangat berperan dalam menghasilkan informasi yang bernilai yaitu keterandalan. (Wahyono, 2004)

Dalam pengelolaan keuangan SKPD apabila sumber daya manusia tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah, maka akan menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi dan akhirnya kualitasnya menjadi buruk. Selain itu jika kualitas sumber daya manusia rendah akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan


(41)

yang dibuat dan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah dan berdampak pada buruknya penyajian laporan keuangan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Roshanti (2014) menyimpulkan bahwa sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan daerah, serta penelitian yang dilakukan oleh Winidyaningrum dan Rahmawati (2009) dimana hasil penelitiannya adalah sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan daerah. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian pertama yaitu:

H1 : Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap

keterandalan pelaporan keuangan SKPD.

2. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Infomasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa demi terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan informasi daerah kepada publik.


(42)

Pemanfaatan teknologi informasi terutama dalam pelaporan keuangan daerah, agar laporan keuangan daerah tetap diandalkan maka perlu adanya optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi untuk memproses kerja yang memungkinkan pemerintah bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses unit kerja dan membangun sistem informasi manajemen.

Manfaat dari perkembangan teknologi informasi dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk mengakses, mengelola, dan mendayahgunakan informasi keuangan daerah secara cepat dan akurat karena teknologi informasi memberikan hasil operasi yang tepat dan memiliki kemampuan untuk mengurangi human error.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indriasari (2008) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Penelitian tersebut juga dilakukan oleh Damayanti (2014) dan Winidyanungrum dan Rahmawati (2010) yang memperoleh bukti bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh secara signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian yang kedua yaitu:

H2 : Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap


(43)

3. Pengaruh Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD

Pengendalian intern bertujuan untuk mencapai tujuan lembaga atau organisasi yang telah direncanakan sebelumnya. Penerapan pengendalian intern yang memadai akan memberikan keyakinan yang memadai atas laporan keuangan serta meningkatkan kepercayaan stakeholder.

Hasil evaluasi pemeriksaan BPK, menunjukkan bahwa masih terdapat laporan keuangan pemerintah daerah yang memerlukan perbaikan pengendalian intern dalam hal keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Masih ditemukanya penyimpangan dan kebocoran di dalam laporan keuangan, menunjukkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah belum memenuhi karakteristik/nilai informasi yang disyaratkan, yaitu keandalan.

Sistem akuntansi sebagai sistem informasi menjadi subjek terjadinya kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, pengendalian intern merupakan pondasi tata kelola pemerintahan yang baik dan untuk perbaikan di masa mendatang dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indriasari (2008) memberikan bukti empiris bahwa pengendalian intern berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


(44)

Rosalin (2011) memberikan bukti bahwa pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Dari uraian di atas dapat dikembangkan hipotesis penelitian yang ketiga yaitu: H3 : Pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap

keterandalan pelaporan keuangan SKPD

4. Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD

Untuk menyajikan informasi keuangan yang handal kepada para pemakai agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan, diperlukan media tertentu yang dipandang relevan, yaitu pengawasan keuangan daerah. Pengawasan merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Tuasikal, 2007)

Pengawasan diarahkan untuk mendapatkan keyakinan yang wajar terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi, keterandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap perundang-undangan. Salah satu fungsi pengawasan adalah pengambilan tindakan korektif. Yaitu apabila ditemukan adanya penyimpangan, kekeliruan, serta pemborosan dapat segera diperbaiki, sehingga informasi keuangan yang dihasilkan menjadi valid dan relevan dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Apabila ternyata kemudian ditemukan adanya penyimpangan atau


(45)

hambatan, diharapkan akan dapat segera dideteksi atau diambil tindakan koreksi, sehingga informasi keuangan dapat segera digunakan oleh pemakai dan pengelolaan keuangan pemerintah dapat berjalan secara maksimal

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Primayana (2014) menunjukkan bahwa pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan daerah. Hal ini didukung dengan penelitian Anggraeni (2014) yang menunjukkan bahwa pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap terhadap keterandalan pelaporan keuangan daerah. Dari uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis penelitian yang keempat yaitu:

H4 : Pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap

keterandalan pelaporan keuangan SKPD

5. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD

Kapasitas Sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu dalam suatu organisasi atau lembaga untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja untuk menghasilkan keluaran-keluaran (outputs), dan hasil-hasil (outcomes).


(46)

Rendahnya pemahaman pegawai terhadap tugas dan fungsinya menyebabkan buruknya penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Tugas dan penyelesaian pekerjaan menjadi terhambat dalam penyajian laporan keuangan. Keterlambatan penyajian laporan keuangan berarti bahwa laporan keuangan belum/tidak memenuhi nilai informasi yang disyaratkan, yaitu ketepatwaktuan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Roshanti (2014) hasil penelitian menjelaskan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian Zuliarti (2012) menjelaskan bahwa kapasitas sumber daya manusia mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Dari uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis penelitian yang kelima yaitu:

H5 : Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap

ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD

6. Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD

Pemanfaatan teknologi informasi membantu mempercepat proses pengolahan dan transaksi dan menyajikan laporan keuangan pemerintah agar laporan keuangan tersebut tidak kehilangan nilai informasi untuk mempengaruhi keputusan yaitu timeliness/ketepatwaktuan.


(47)

Pemanfaatan teknologi informasi meliputi komputer dan teknologi komunikasi dalam pengelolaan keuangan daerah akan meminimalisasi berbagai kesalahan, karena semua aktivitas pengelolaan keuangan akan tercatat lebih sistematis dan pada akhirnya akan mampu menyajikan laporan keuangan daerah yang tepat waktu.

Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Winidyaningrum dan Rahmawati (2010) memperoleh bukti empiris bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Penelitian juga dilakukan oleh Roshanti (2014) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatwaktaun pelaporan keuangan daerah. Dari uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis penelitian yang keenam yaitu:

H6 : Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap

ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD

7. Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Keteptwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD

Pengawasan pemerintah daerah ditujukan untuk menajmin bahwa pemerintah sudah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kurangya pengawasan yang dilakukan menyebabkan buruknya dalam pembuatan laporan keuangan daerah, sehingga kurang tertibnya dalam penyusunan laporan


(48)

keuangan, pencatatan transaksi yang kurang akurat, dan tidak tepat waktu.

Didalam prosedur pengawasan mencakup mengenai batas waktu penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah, sehingga dengan adanya pengawasan yang baik, maka laporan keuangan pemerintah daerah dapat disampaikan dengan tepat waktu. Jika informasi tersedia dalam waktu yang lama, maka informasi tersebut tidak akan mempunyai nilai lagi karena tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan.

Penelitian sebeumnya yang dilakukan oleh Trisaputra (2011) dan Fikri (2011) yang menunjukkan bahwa pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah. Dari uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis penelitian yang ketujuh yaitu:

H7 : Pengawasan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap


(49)

C. Model Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan, maka dibentuk kerangka konseptual (pemikiran) untuk mempermudah dalam melakukan analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD. Kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kapasitas Sumber

Daya Manusia

Pemanfaatan Teknologi Informasi

Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD

Pengawasan Keuangan Daerah

Pengendalian Intern Akuntansi

H1+

H5+

H2+

H6+

H3+

H4+

H7+

Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD


(50)

36 A. Obyek dan Subyek Penelitian

Objek penelitian ini berlokasi di Pemerintahan Kabupaten Bantul. Populasi merupakan seluruh obyek yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bantul. Sampel yang akan diteliti adalah sebagian SKPD yang berada di Kabupaten Bantul yang berjumlah (25) SKPD, terdiri dari Dinas (19), Badan (5), dan Kantor (1) dimana nantinya setiap SKPD diwakilkan oleh beberapa responden. Responden dalam penelitian ini adalah yang menjalankan fungsi akuntansi/penata usaha keuangan. Dimana peneliti nantinya mengambil 138 responden untuk diteliti dan memberikan pendapatnya.

B. Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah penelitian kuantitatif melalui survey dengan menggunakan data primer (primary data). Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti secara langsung dari sumber asli (tanpa melalui perantara) melalui penyampaian kuesioner kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini adalah pihak yang terlibat dalam proses pembuatan laporan keuangan pada SKPD masing-masing.


(51)

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling method) yang digunakan pada penelitian ini terhadap responden dilakukan secara purposive. Purposive sampling digunakan karena informasi atau data yang akan diambil berasal dari sumber responden yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Dimana kriterinya adalah pegawai SKPD yang menjalankan fungsi akuntansi/penata usaha keuangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survey kuesioner. Survey kuesioner merupakan metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepala responden. Dalam penelitian ini, kuesioner diberikan kepada pegawai SKPD di Kabupaten Bantul. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2007)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Penelitian ini terdiri dari dua variabel dependen yaitu Keterandalan pelaporan keuangan SKPD dan Ketepatwaktuan pelaporan keuangan SKPD.


(52)

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, sistem pengendalian internal akuntansi, dan pengawasan keuangan daerah. 3. Operasionalisasi Variabel

a. Keterandalan Pelaporan Keuangan SKPD

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, dimana Keterandalan yang merupakan variabel dependen diukur dengan kemampuan dalam penyajian informasi untuk memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner, yang diadaptasi dari Indrasari (2008) dalam Ariesta (2013).

b. Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, ketepatwaktuan merupakan tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan yang dapat memberikan pengaruh pada saat pengambilan keputusan. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner, yang diadaptasi dari Ariesta (2013).


(53)

c. Kapasitas Sumber Daya Manusia

Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan dari staf bagian akuntansi/keuangan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai. d. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Menurut Sukirman (2013) Teknologi informasi sangat dibutuhkan oleh staf bagian akuntansi/keuangan untuk mempercepat proses pengelolaan dan penyampaian laporan keuangan daerah. Pemanfaatan teknologi informasi mencakup adanya (a) pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat. e. Pengendalian Intern Akuntansi

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pengendalian intern akuntansi adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap perundang-undangan.


(54)

f. Pengawasan Keuangan Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2010 pengawasan keuangan daerah merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan maka akan dapat segera diambil tindakan atau koreksi sehingga pelaporan keuangan daerah dapat berjalan dengan maksimal dan tujuan yang akan dicapai.

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala likerts 1-5 poin untuk 35 pertanyaan dengan perincian sebagai berikut:

TABEL 3.1 Skala Pengukuran

No Keterangan Skor No Keterangan Skor

1 SS = Sangat Setuju 5 1 SS = Sangat Sering 5

2 S = Setuju 4 2 S = Sering 4

3 N = Netral 3 3 KK = Kadang-kadang 3

4 TS = Tidak Setuju 2 4 JS = Jarang Sekali 2 5 STS = Sangat Tidak

Setuju


(55)

Ringkasan definisi operasional variabel dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:

TABEL 3.2 Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Butir

Pertanyaan Kapasitas

Sumber Daya Manusia

Tanggungjawab

a. Memiliki peran dan fungsi yang jelas

b. Memiliki peran dan tanggungjawab yang ditetapkan dalam peraturan daerah c. Memiliki pedoman

mengenai prosedur dan proses akuntansi

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2

Pertanyaan 3

Pelatihan

d. Terdapat pelatihan akuntansi secara rutin minimal 1 tahun sekali e. Memahami materi

pelatihan yang diberikan

Pertanyaan 4

Pertanyaan 5

Pengalaman

f. Memiliki pengalaman untuk dibidang akuntansi g. Memiliki pegalaman

sehingga dapat mengurangi keslalahan Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pemanfaatan Teknologi Informasi Komputer

a. Penggunaan komputer untuk melaksanakan tugas b. Penggunaan software

sesuai dengan yang dibutuhkan

c. Proses akuntansi dilakukan secara komputerisasi Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Jaringan Internet

d. Adanya jaringan internet e. Pemanfaatan jaringan

internet

Pertanyaan 11 Pertanyaan 12

Pemeliharaan

f. Adanya pemeliharaan peralatan

g. Adanya pendataan komputer yang usang

Pertanyaan 13 Pertanyaan 14


(56)

Variabel Dimensi Indikator Butir Pertanyaan Sistem Pengendalian Intern Aktivitas Pengendalian

a. Penyelenggaraan sistem akuntansi

b. Adanya otorisasi pihak yang berwenang c. Transaksi dengan bukti

yang sah

d. Pencatatan transaksi e. Pembaharuan catatan

Pertanyaan 15 Pertanyaan 16 Pertanyaan 17 Pertanyaan 18 Pertanyaan 19 Pemantauan

f. Pembatasan akses laporan sebelum disetujui oleh kepala sub bagian keuangan

g. Adanya pemeriksaan mendadak oleh pimpinan terhadap catatan akuntansi

Pertanyaan 20 Pertanyaan 21 Pengawasan Keuangan Daerah Pelaksanaan Pengawasan

a. Adanya pengawasan secara teratur oleh badan pengawas daerah atau inspektorat daerah b. Adanya pengawasan

preventif

Pertanyaan 22

Pertanyaan 23 Pengelolaan

Keuangan

c. Adanya pengawasan represif

d. Terdapat pembinaan pengelolaan keuangan daerah

e. Terdapat evaluasi untuk perbaikan di masa dating f. APBD telah ditetapkan

dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pertanyaan 24 Pertanyaan 25 Pertanyaan 26 Pertanyaan 27

Keterandalan Andal a. Transaksi keuangan yang jujur dan wajar

b. Laporan keuangan bebas dari kesalahab material c. Informsi untuk kebutuhan

umum

d. Informasi dapat diuji

Pertanyaan 28 Pertanyaan 29 Pertanyaan 30 Pertanyaan 31 Ketepatwaktuan Tepat Waktu a. Tersedianya informasi

b. Laporan keuangan disediakan secara sistematis dan teratur

Pertanyaan 32 Pertanyaan 33


(57)

Variabel Dimensi c. Indikator Butir Pertanyaan d. Laporan keuangan

disampaikan tepat waktu e. Laporan keuangan

diserahkan paling lambat 2 bulan setelah anggaran berakhir

Pertanyaan 34 Pertanyaan 35

F. Uji Kualitas Instrumen Data 1. Uji Validitas

Menurut Sugiono (2007), instrument valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrument penelitian harus dilakukan uji validitas agar alat ukur yang digunakan valid sehingga didapatkan hasil penelitian yang sebenarnya atau benar. Suatu instrument dikatakan valid apabila seluruh item pembentuk variabel memiliki korelasi (r) dengan skor total masing-masing variabel ≥ 0,25 (Nazarudin dan Basuki, 2015).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cronbach Alpha. Suatu variabel dapat dikatakan reliable jika menghasilkan nilai Cronbach Alpha > 0,7. (Ghozali, 2002:133).


(58)

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One-sample Kolmogoroov Smirnov. Data dikatakan dapat berdistribusi normal apabila nilai Asymp.sig (2-tailed) > 0,05. (Ghozali, 2011)

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam suau model regresi. Uji multikolinearitas dalam penelitian dapat dilihat dari nilai Tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas. (Ghozali, 2011)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Uji mendeteksi adanya


(59)

heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji glejser, pengujian ini membandingkan nilai signifikansi dengan alpha (0,05). Apabila sig > 0,05 maka disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. (Nazaruddin dan Basuki, 2015).

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dinyatakan dengan model sebagai berikut:

KA = a + b1KSDM + b2PTI + b3PIA + b4PKD + e….………...(1)

KW= a + b1KSDM + b2PTI+ b4PKD + e……….(2)

Keterangan:

KA : Keterandalan Laporan Keuangan KW : Ketepatwaktuan Laporan Keuangan a : Konstanta

b,b,b : Koefisien regresi

KSDM : Kualitas Sumber Daya Manusia PTI : Pemanfaatan Teknologi Informasi PIA : Pengendalian Internal Akuntansi PKD : Pengawasan Keuangan Daerah 2. Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square. Nilai koefisien determinasi antara 0 – 1. Semakin


(60)

mendekati angka 1, maka semakin tinggi kemampuan variabel independen menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005) 3. Uji t (Uji Signifikan Parsial)

Uji t bertujuan untuk menguji apakah variabel independen mempunyai pengaruh secara parisal terhadap variabel dependen dalam model penelitian (Ghozali, 2011). Kriteria hipotesis diterima atau ditolak sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi < 0,05 dan koefisien regresi searah dengan dengan hipotesis, maka hipotesis diterima. Variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Jika nilai signifikansi > 0,05 dan koefisien regresi tidak searah

dengan hipotesis, maka hipotesis ditolak. Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

4. Uji F (Uji Serempak)

Uji nilai F bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan yang ditujukan dalam tabel ANOVA. Menurut Nazaruddin dan Basuki (2015), kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansi < 0,05 berarti terdapat pengaruh secara bersama-sama antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.


(61)

2) Jika nilai signifikansi > 0,05 berarti tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.


(62)

48

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44 04 – 08° 00 27 Lintang Selatan dan 110° 12 34 – 110° 31 08 Bujur Timur. Wilayah kabupaten Bantul sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah timur beratasan dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Sleman, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo. Luas wilayah Kabupaten Bantul sebesar 508,85 Km2.

Objek dalam penelitian ini meliputi kepala bagian dan staf bagian keuangan/akuntansi, merupakan pihak yang terlibat langsung secara teknis dalam proses pencatatan transaksi keuangan dan penyusunan pelaporan keuangan di SKPD Kabupaten Bantul dengan jumlah responden sebanyak 138 orang.

Tabel 4.1 dibawah ini menunjukkan rincian pengiriman dan pengembalian kuesioner dan juga menginformasikan tingkat pengengembalian (response rate).


(63)

Tabel 4.1

Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner yang dibagikan 138

Kuesioner yang kembali 102

Kuesioner yang tidak kembali 36

Kuesioner yang tidak dapat diolah 6

Kuesioner yang dapat diolah 96

Tingkat pengembalian Kuesioner 102:138 73,9% Sumber data : Hasil jawaban responden yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung dengan batas pengembalian 14 hari setelah pembagian kuesioner. Kuesioner dibagikan sebanyak 138 buah kuesioner. Kuesioner yang kembali sebanyak 102 kuesioner, yang dapat digunakan sebanyak 96 dan sebanyak 6 tidak dapat diolah. Tingkat pengembalian kuesioner (response rate) dan dapat digunakan (response use) sebesar 73,9% dihitung dari presentase jumlah kuesioner yang kembali (102 kuesioner) dibagi total yang dikirim (138 kuesioner).

B. Analisis Deskriptif

1. Deskripsi Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi tingkat jabatan dan pendidikan terakhir selama bekerja di SKPD. Hasil distribusi frekuensi dalam tabel berikut ini:

a. Tingkat Jabatan Responden

Untuk mengetahui jumlah responden dengan tingkat jabatan yang didapat melalui kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:


(64)

Tabel 4.2

Respoden Berdasarkan Tingkat Jabatan Tingkat Jabatan Frekuensi Presentase Kepala Sub Bagian Keuangan 21 21,88%

Staff Keuangan 75 78,12%

Total 96 100%

Sumber: Data Primer di olah Peneliti, 2017

Berdasarkan tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa dari 96 responden terdapat 21 responden yang menjabat sebagai kepala sub bagian keuangan atau sebesar 21,88% dan responden yang menjabat sebagai staff keuangan sebanyak 75 responden atau sebesar 78,12%.

b. Pendidikan Terakhir Responden

Data responden berdasarkan latar belakang pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Presentasi

1 SLTA 18 18,8%

2 D3 10 10,4%

3 S1 54 56,2%

4 S2 14 14,6%

Jumlah 96 100%

Sumber: Data Primer di olah Peneliti, 2017

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden sebagian besar berlatar belakang S1 yaitu sebesar 56,2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar SKPD di daerah Kabupaten Bantul adalah berlatar belakang pendidikan S1.


(65)

c. Satuan Kerja Perangkat Daerah

Untuk mengetahui jumlah responden yang ada setiap SKPD yang didapat melalui kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan SKPD

Keterangan Frekuensi Presentase

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 3 3,13%

Badan Keuangan dan Aset Daerah 6 6,25%

Inspektorat 5 5,21%

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 5 5,21%

Badan Penanggulangan Bencana Daerah 4 4,17%

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 3 3,13%

Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat

3 3,13%

Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bantul

4 4,17%

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4 4,17%

Dinas Lingkungan Hidup 5 5,21%

Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan

5 5,21%

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 5 5,21% Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga

Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

5 5,21%

Dinas Perdagangan 4 4,17%

Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perindustrian

3 3,13%

Dinas Kebudayaan 3 3,13%

Dinas Pariwisata 4 4,17%

Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman

5 5,21%

Dinas Pertanahan dan Tata Ruang 4 4,17%

Dinas Perhubungan 3 3,13%

Dinas Komunikasi dan Informatika 5 5,21%

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 4 4,17%

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

4 4,17%

Total 96 100%


(66)

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut diketahui bahwa 96 responden dari SKPD Kabupaten Bantul pada Badan Keuangan dan Aset Daerah memiliki responden sebanyak 6 atau 6,25%. kemudian Inspektorat, Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman, Dinas Komunikasi dan Informatika memiliki responden sebanyak 5 atau 5,21%. Kemudian Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bantul, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perdagangan, Dinas Pariwisata, Dinas Pertanahan dan Tata Ruang, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu memiliki responden sebanyak 4 atau 4,17%. Kemudian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik, Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat, Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perindustrian, Dinas Kebudayaan dan Dinas Perhubungan memiliki responden sebanyak 3 atau 3,13%.


(67)

2. Statistik Deskriptif

Berdasarkan judul penelitian variabel-variabel yang diukur pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia (KSDM), Pemnafaatan Teknologi Informasi (PTI), Pengendalian Intern Akuntansi (PIA) dan Pengawasan Keuangan Daerah (PKD) Terhadap Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD Kabupaten Bantul. Hasil statistik deskriptif dari keempat variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Hasil Uji Deskriptif

N

Kisaran Teoritis

Median

Teoritis Min Max Mean

Std. Deviation

KSDM 96 7-35 21 14 35 26.26 3.462

PTI 96 7-35 21 18 35 29.58 2.926

PIA 96 7-35 21 23 35 29.47 2.636

PKD 96 6-35 20,5 20 30 24.80 2.126

KA 96 4-35 19,5 14 20 16.45 1.221

KW 96 4-35 19,5 11 20 16.50 1.529

Valid N (listwise) 96

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa variabel kapasitas sumber daya manusia sudah cukup baik karena hasil menunjukkan bahwa mean lebih besar dari median teoritis sebesar 26,26 > 21. Variabel pemanfaatan teknologi informasi sudah cukup baik karena hasil menunjukkan bahwa mean lebih besar dari median teoritis sebesar 29,58 > 21. Variabel pengendalian intern akuntansi sudah cukup baik karena hasil menunjukkan bahwa mean lebih besar dari median teoritis sebesar 29,47 > 21. Variabel pengawasan keuangan daerah sudah cukup baik karena hasil menunjukkan bahwa mean lebih besar dari


(1)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 3.767 1.144 3.292 .001

Kapasitas Sumber

Dya Manusia .057 .026 .161 2.150 .034 Pemanfaatan

Teknologi Informasi -.041 .038 -.098 -1.066 .289 Pengendalian Intern

Akuntansi .158 .039 .340 4.020 .000

Pengawasan

Keuangan Daerah .312 .048 .544 6.546 .000 a Dependent Variable: Keterandalan

REGRESI KEDUA

Variables Entered/Removed(b) Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1

PENGAW ASAN_K EUANGA N_DAER AH, KAPASIT AS_SUM BER_DA YA_MAN USIA, PEMANF AATAN_ TEKNOL OGI_INF ORMASI( a)

. Enter

a All requested variables entered.


(2)

Model Summary(b) Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .750(a) .563 .548 1.027

a Predictors: (Constant), Pengawasan Keuangan Daerah, Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi

b Dependent Variable: Ketepatwaktuan

ANOVA(b) Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 124.878 3 41.626 39.431 .000(a)

Residual 97.122 92 1.056

Total 222.000 95

a Predictors: (Constant), Pengawasan Keuangan Daerah, Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan teknologi Informasi

b Dependent Variable: Ketepatwaktuan

Coefficients(a)

a Dependent Variable: Ketepatwaktuan Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 2.529 1.353 1.869 .065

Kapasitas Sumber

Daya Manusia .167 .034 .378 4.932 .000 Pemanfaatan

Teknologi Informasi .161 .043 .308 3.751 .000 Pengawasan


(3)

Lampiran 5


(4)

DAFTAR SKPD KABUPATEN BANTUL

BADAN

No Nama Kantor Alamat Kantor

1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Jl. Robert Wolter Monginsidi Telp. 0274-367533

bappeda@bantulkab.go.id

2 Badan Keuangan dan Aset Daerah

Jl. Robert Wolter Monginsidi Telp. 0274-367509

bkad@bantulkab.go.id

3 Inspektorat Jl. Prof.Dr.Soepomo, SH. Bantul Telp. 0274-367325, 0274-367675

inspektorat@bantulkab.go.id

4 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Jl. Robert Wolter Monginsidi Telp. 0274-367509

bkd@bantulkab.go.id

5 Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Jl. Wachid Hasyim, Sumuran, Palbapang, Bantul, Yogyakarta, 55173

Telp. (0274) 8244004, Fax.(0274) 6462100

bpbd@bantulkab.go.id

KANTOR

Nama Kantor Alamat Kantor

6 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

Jl. Jendral Sudirman No. 91 Bantul Telp. 0274-367401

kesbanglinmas@bantulkab.go.id

DINAS

Nama Kantor Alamat Kantor

7 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

8 Dinas Kesehatan Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

Telp. 0274-367531


(5)

Nama Kantor Alamat Kantor 9 Satuan Polisi Pamong Praja

dan Perlindungan Masyarakat

Jl. Robert Wolter Monginsidi Telp. 0274-367509

satpolpp@bantulkab.go.id

10 Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bantul

Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

11 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Jl. Gatot Subroto No.1 Bantul

nakertrans@bantulkab.go.id

12 Dinas Lingkungan Hidup Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

Telp. 0274-367541 13 Dinas Pertanian, Pangan,

Kelautan dan Perikanan

Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

Telp. 0274-367541

dinas.pertahut@bantulkab.go.id 14 Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

Telp. 0274-367526

disdukcapil@bantulkab.go.id 15 Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

bkk@bantulkab.go.id

16 Dinas Perdagangan Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

17 Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perindustrian

Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

-

18 Dinas Kebudayaan Jl. Bantul Km. 7,5, Pucung, Pendowoharjo, Sewon - Bantul 55185

19 Dinas Pariwisata Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

Telp. 0274-368465

E-mail: dinas.pariwisata@bantulkab.go.id 20 Dinas Pekerjaan Umum,

Perumahan dan Kawasan Permukiman

Jl. P. Senopati, Palbapang Bantul Telp. 0274-367310/0274-368279


(6)

Nama Kantor Alamat Kantor 21 Dinas Pertanahan dan Tata

Ruang

Jl. Kolonel Sugiyono No.1 Bantul 22 Dinas Perhubungan Kompleks II Kantor Pemda. Bantul,

Manding, Sabdodadi Bantul Telp. 0274-367321

dinas.perhubungan@bantulkab.go.id 23 Dinas Komunikasi dan

Informatika

Jl. Robert Wolter Monginsidi Telp. 0274-367509

24 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul

25 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Kompleks II Kantor Pemda. Bantul, Manding, Sabdodadi Bantul


Dokumen yang terkait

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KETERANDALAN DAN KETEPATWAKTUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran)

1 17 126

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL (Studi Empiris Pada Inspektorat dan SKPD di Kota dan Kabupaten Magelang)

21 65 180

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PUBLIKASI INFORMASI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI WEBSITE (STUDI EMPIRIS PADA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA)

1 18 94

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERANDALAN PELAPORAN KEUANGAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung.

1 7 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERANDALAN PELAPORAN KEUANGAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung.

0 2 16

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung.

0 6 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATWAKTUAN PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2008).

0 1 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA ( Studi Empiris pada Dinas Kementerian Agama Kota Surabaya ).

0 0 97

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keterandalan Dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah: Studi Kasus pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Salatiga

0 0 50

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERANDALAN DAN KETEPATWAKTUAN PELAPORAN KEUANGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS)

0 0 24