Pengaruh Sikap dan Motivasi Belajar Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 23 Semarang dalam Model Pembelajaran Team Assisted Individualization dengan Bantuan Alat
PENGARUH SIKAP DAN MOTIVASI BELAJAR
PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 23
SEMARANG DALAM MODEL PEMBELAJARAN TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN BANTUAN
ALAT PERAGA PADA MATERI SEGITIGA
Skripsi
Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
oleh:
Retno Sulistiowati
4101406060
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
(2)
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Semarang, April 2011
Retno Sulistiowati NIM 4101406060
(3)
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Pengaruh Sikap dan Motivasi Belajar Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 23 Semarang dalam Model Pembelajaran Team Assisted Individualization dengan Bantuan Alat Peraga pada Materi Segitiga
Disusun oleh:
Nama : Retno Sulistiowati NIM : 4101406060
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Universitas Negeri Semarang pada tanggal 25 April 2011
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Dr. Kasmadi Imam S, M.S Drs. Edy Soedjoko, M.Pd NIP 195111151979031001 NIP 195604191987031001 Ketua Penguji
Drs. Edy Soedjoko, M.Pd NIP 195604191987031001
Anggota Penguji/Pembimbing I Anggota Penguji/Pembimbing II
Dra. Endang Retno W., M.Pd Drs. Arief Agoestanto, M.Si NIP 195909191981032002 NIP 19680722199303100
(4)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan (Ar-Rahman: 3)
Hanya 5% manusia yang berpikir. Hanya 10% dari mereka merasa telah berpikir. Sisanya yang 85% memilih mati daripada berpikir
(Thomas Alva Edison)
Bukan keterbatasan yang menghambat keberhasilan, tetapi menyerah tidak melakukan sesuatu yang baik karena merasa terbatas (Mario Teguh)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan do’a tiada henti-hentinya.
Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan semangat, terimakasih untuk semuanya.
Keponakan-keponakanku, Intan, Tika dan Husna yang memberiku inspirasi.
Sahabat-sahabatku, dan Teman-teman serta anak-anak Be Mathre terimakasih untuk kebersamaan kita dan bantuannya.
Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika 2006.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sikap dan Motivasi Belajar Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 23 Semarang dalam Model Pembelajaran Team Assisted Individualization dengan Bantuan Alat Peraga pada Materi Segitiga”, meskipun penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kelemahan dan semata-mata karena keterbatasan penulis, baik dalam ilmu maupun pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan sumbang saran dan kritik dari segala pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Soedijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor UNNES. 2. Dr. Kasmadi Imam S., M.S, Dekan FMIPA UNNES.
3. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd, Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNNES. 4. Drs. Sugiman, M.Si, Dosen Wali Pendidikan Matematika Reguler B angkatan
2006.
5. Dra. Endang Retno W, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Arief Agoestanto, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
(6)
7. Segenap civitas akademika di Jurusan Matematika FMIPA UNNES. 8. Kepala SMP Negeri 23 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 9. Guru mata pelajaran Matematika SMP Negeri 23 Semarang Tahun Ajaran
2009/2010 yang telah membantu dalam proses penelitian untuk penulisan skripsi ini.
10. Bapak / Ibu guru dan karyawan SMP Negeri 23 Semarang atas segala bantuan yang diberikan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, April 2011
Penulis
(7)
ABSTRAK
Sulistiowati, Retno, 2011. Pengaruh Sikap dan Motivasi Belajar Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 23 Semarang dalam Model Pembelajaran Team Assisted Individualization dengan Bantuan Alat Peraga pada Materi Segitiga. Skripsi jurusan Matematika FMIPA UNNES, Dra. Endang Retno W, M.Pd dan Drs. Arief Agoestanto, M.Si
Kata kunci: Sikap peserta didik, Motivasi Belajar Peserta Didik, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Team Assisted Individualization
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses belajar mengajar. Hasil belajar peserta didik di SMP N 23 Semarang masih rendah. Hasil belajar matematika kemungkinan dipengaruhi oleh sikap dan motivasi belajar peserta didik. Sikap dan motivasi belajar peserta didik SMP N 23 Semarang dalam pelajaran matematika pun masih rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dimana peserta didik dengan kemampuan individualnya masing-masing bekerja sama di dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang berbeda. Dengan model pembelajaran TAI ini dapat membangun sikap belajar kelompok dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Alat peraga digunakan untuk lebih memudahkan peserta didik dalam memahami konsep tentang materi segitiga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan sikap dan motivasi belajar peserta didik dengan model pembelajaran TAI berbantuan alat peraga terhadap hasil belajar peserta didik. Dan untuk mengetahui berapa persen pengaruh sikap dan motivasi belajar peserta didik dengan model pembelajaran TAI berbantuan alat peraga terhadap hasil belajar peserta didik.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 23 Semarang. Teknik samplingnya adalah random sampling diperoleh ukuran sampel 36 peserta didik. Variabel bebasnya adalah sikap dan motivasi belajar peserta didik, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar peserta didik. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket untuk mengukur sikap dan motivasi belajar peserta didik dan metode tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang sebelumnya telah diujicobakan dan dianalisis. Hasil skor angket dan nilai hasil belajar di analisis melalui analisis regresi linier ganda.
Berdasarkan analisis regresi linear ganda diperoleh persamaan regresi . Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa regresi linear ganda berarti, koefisien korelasi ganda berarti, dan koefisien regresi linear ganda berarti. Maka model regresi linear ganda dapat digunakan untuk mengukur dan membuat kesimpulan. Jadi terdapat pengaruh positif antara sikap dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar. Persentase pengaruhnya adalah 57,2%.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Surat Pernyataan ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Motto dan Persembahan ... iv
Kata Pengantar ... v
Abstrak ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Lampiran ... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Penegasan Istilah ... 6
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 9
(9)
2.1.1 Belajar ... 9
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 12
2.1.3 Sikap Peserta Didik ... 13
2.1.4 Motivasi Belajar Peserta Didik ... 15
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team assisted individualization ... 18
2.1.6 Alat Peraga ... 21
2.1.7 Materi Pokok Segitiga ... 22
2.1.7.1 Pengertian Segitiga... 22
2.1.7.2 Jenis-Jenis Segitiga ... 22
2.1.7.2.1 Jenis-Jenis Segitiga Berdasarkan Panjang Sisinya 22 2.1.7.2.2 Jenis-Jenis Segitiga Berdasarkan Besar Sudutnya 23 2.1.7.2.3 Keliling Segitiga... 23
2.1.7.2.4 Luas Daerah Segitiga ... 23
2.1.8 Hasil Belajar ... 24
2.2 Kerangka Berpikir ... ... 25
2.3 Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian ... 28
3.1.1 Populasi ... 28
3.1.2 Sampel ... 28
3.2 Variabel Penelitian ... 29
3.2.1 Variabel Bebas ... 29
(10)
3.2.2 Variabel Terikat ... 29
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 30
3.4.1 Metode Angket ... 30
3.4.2 Metode Tes ... 30
3.4 Analisis Instrumen Penelitian ... 31
3.4.1 Analisis Intrumen Angket ... 31
3.4.1.1 Validitas Angket ... 31
3.4.1.2 Reliabilitas Angket ... 31
3.4.2 Analisis Interumen Tes ... 32
3.4.2.1 Reliabilitas ... 32
3.4.2.2 Validitas ... 34
3.4.2.3 Daya Pembeda ... 35
3.4.2.4 Tingkat Kesukaran Soal ... 36
3.5 Analisis Data Penelitian... 38
3.5.1 Analisis Data Nilai Mid Semester 2 ... 38
3.5.1.1 Uji Normalitas ... 38
3.5.1.2 Uji Homogenitas ... 39
3.5.2 Analisis Data Hasil Belajar ... 41
3.5.2.1. Regresi Linier Ganda ... 41
3.5.2.2. Model Regresi ... 41
3.5.2.3. Uji Keberartian Regresi ... 41
3.5.2.4. Koefisien Korelasi Ganda ... 43
3.5.2.5. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 43 x
(11)
3.5.2.6. Koefesien Determinasi ... 44
3.5.2.7. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Linear Ganda ... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ... 47
4.1.2 Uji Normalitas Data Nilai Hasil Belajar Matematika ... 48
4.1.3 Analisis Regresi Linear Ganda ... 48
4.1.3.1 Model Regresi ... 48
4.1.3.2 Uji Keberartian Regresi ... 49
4.1.3.3 Koefisien Korelasi Ganda ... 49
4.1.3.4 Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda ... 49
4.1.3.5 Koefesien Determinasi ... 49
4.1.3.6 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Linear Ganda ... 50
4.2 Pembahasan ... 50
BAB V. PENUTUP 5.1 Simpulan ... 55
5.2 Saran ... 56
Daftar Pustaka ... 57
Lampiran ... 58
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Daftar Nilai Ulangan Mid Semester 2 ... 58
Lampiran 2. Uji Normalitas Nilai Ulangan Mid Semester 2 ... 59
Lampiran 3. Uji Homogenitas Nilai Ulangan Mid Semester 2 ... 60
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 61
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 69
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 72
Lampiran 7. Lembar Kerja Peserta Didik 1 ... 80
Lampiran 8. Lembar Kerja Peserta Didik 2 ... 87
Lampiran 9. Lembar Kerja Peserta Didik 3 ... 85
Lampiran 10. Latihan Soal 1 ... 90
Lampiran 11. Latihan Soal 2 ... 91
Lampiran 12. Latihan Soal 3 ... 92
Lampiran 13. Soal Kuis 1 ... 93
Lampiran 14. Soal Kuis 2 ... 94
Lampiran 15. Soal Kuis 3 ... 95
Lampiran 16. Soal PR 1 ... 96
Lampiran 17. Soal PR 2 ... 97
Lampiran 18. Kunci Lembar Kerja Peserta Didik 1 ... 98
Lampiran 19. Kunci Lembar Kerja Peserta Didik 2 ... 102
Lampiran 20. Kunci Lembar Kerja Peserta Didik 3 ... 104
Lampiran 21. Kunci Latihan Soal 1 ... 106 xii
(13)
Lampiran 22. Kunci Latihan Soal 2 ... 107
Lampiran 23. Kunci Latihan Soal 3 ... 108
Lampiran 24. Kunci Kuis 1 ... 110
Lampiran 25. Kunci Kuis 2 ... 111
Lampiran 26. Kunci Kuis 3 ... 112
Lampiran 27. Kunci PR 1 ... 113
Lampiran 28. Kunci PR 2 ... 114
Lampiran 29. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 115
Lampiran 30. Soal Uji Coba ... 118
Lampiran 31. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 123
Lampiran 32. Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda ... 126
Lampiran 33. Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian ... 129
Lampiran 34. Rangkuman Hasil Analisis Soal Uji Coba ... 130
Lampiran 35. Kisi-kisi Soal Tes ... 134
Lampiran 36. Soal Instrumen Penelitian ... 137
Lampiran 37. Kisi-kisi Uji Coba Angket Sikap Peserta Didik ... 141
Lampiran 38. Uji Coba Angket Sikap Peserta Didik ... 142
Lampiran 39. Kisi-kisi Uji Coba Angket Motivasi Belajar Peserta Didik .... 144
Lampiran 40. Uji Coba Angket Motivasi Belajar Peserta Didik ... 145
Lampiran 41. Pedoman Penskoran Angket Sikap dan Motivasi Belajar Peserta Didik ... 147
Lampiran 42. Analisis Uji Coba Angket Sikap Peserta Didik ... 148
Lampiran 43. Analisis Uji Coba Angket Motivasi Belajar Peserta Didik ... 151
(14)
Lampiran 44. Kisi-kisi Angket Sikap Peserta Didik ... 154
Lampiran 45. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Peserta Didik ... 155
Lampiran 46. Angket Sikap Peserta Didik ... 156
Lampiran 47. Angket Motivasi Belajar Peserta Didik ... 158
Lampiran 48. Rekap Nilai dan Skor Eksperimen ... 160
Lampiran 49. Uji Normalitas Hasil Belajar ... 161
Lampiran 50. Hasil Output Analisis Regresi Linear Ganda .. ... 162
Lampiran 51. Model Regresi Linear Ganda ... 163
Lampiran 52. Uji Keberartian Regresi ... 164
Lampiran 53. Uji keberartian Koefisien Korelasi Ganda ... 165
Lampiran 54. Uji signifikansi Koefisien Regresi Linear Ganda ... 167
Lampiran 55. Uji Koefisien Determinasi ... 169
(15)
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dengan skor atau nilai. Hasil belajar peserta didik merupakan alat untuk mengetahui seorang peserta didik mengalami perubahan atau tidak dalam belajar. Hasil belajar peserta didik merupakan indikator keberhasilan proses belajar mengajar, karena dengan adanya hasil belajar yang baik dapat menunjukkan apakah materi pelajaran yang diberikan oleh guru dapat dipahami peserta didik dengan baik.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 23 Semarang, hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
(16)
matematika sekitar 30% mendapatkan nilai rendah. Salah satu faktor yang kemungkinan mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah sikap peserta didik dan motivasi belajar peserta didik.
Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif (Slameto, 2010: 188). Begitu pula dalam hal belajar, sikap peserta didik selalu berkaitan dengan hasil belajar yang akan diperolehnya. Peserta didik akan bersikap positif terhadap pelajaran matematika, jika peserta didik merasa bahwa pelajaran matematika mempunyai manfaat, dan sebaliknya, peserta didik akan bersikap negatif terhadap pelajaran matematika, jika pelajaran matematika dianggap tidak bernilai atau tidak bermanfaat.
Selain sikap peserta didik, motivasi belajar peserta didik merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Betapa pentingnya motivasi dalam belajar, karena keberadaannya sangat berarti bagi perbuatan belajar. Selain itu, motivasi merupakan pengarah untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas yang diharapkan dapat dicapai (Uno, 2006: 23).
Di SMP Negeri 23 Semarang, umumnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, terutama guru matematika yaitu dengan metode ekspositori. Sebenarnya guru matematika juga terkadang melakukan kegiatan berkelompok untuk menyampaikan konsep-konsep materi tersebut. Tujuan dari kerja kelompok hanya untuk menyelesaikan tugas. Kegiatan
(17)
belajar mengajar tersebut biasanya hanya didominasi oleh peserta didik yang pandai, sementara peserta didik yang kemampuannya rendah kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Di samping itu juga, peserta didik tidak dilatih untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain. Akibat cara kerja kelompok seperti ini menyebabkan peserta didik yang kemampuannya kurang memperoleh hasil belajar yang tetap rendah dan adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara hasil belajar peserta didik yang pandai dengan hasil belajar peserta didik yang kurang pandai.
Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan salah satu proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa keadaan baru yang lebih baik. Dalam pembelajaran matematika sebaiknya guru memperhatikan kebermaknaan dalam pembelajaran matematika dengan mengoptimalkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik serta kerjasama peserta didik dalam berkelompok. Guru tidak sekadar memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tapi guru sebaiknya memfasilitasi peserta didik seperti membangkitkan motivasi peserta didik dan mengarahkan sikap peserta didik sehingga membawa peserta didik pada pemahaman yang lebih tinggi. Untuk itu perlu adanya suatu model pembelajaran yang bisa berperan secara efektif dalam pembelajaran yang bisa mengajar peserta didik dan guru berperan aktif dalam proses penbelajaran di kelas, yaitu melalui kegiatan pembelajaran yang kooperatif. Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu model pembelaran kooperatif. Beberapa ahli
(18)
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial peserta didik serta meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan mengarahkan sikap peserta didik positif dalam hal menerima pelajaran matematika.
Segitiga merupakan salah satu materi yang ada di kelas VII SMP / sederajat kelas VII semester 2. Segitiga merupakan materi yang bersifat geometri. Untuk itu perlu suatu alat peraga/ alat bantu pembelajaran agar materi segitiga lebih mudah dipahami peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu untuk mengadakan penelitian berjudul “PENGARUH SIKAP DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 23 SEMARANG DALAM MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI SEGITIGA”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut.
1. Adakah pengaruh sikap dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 23 Semarang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan bantuan alat peraga pada materi
(19)
pokok segitiga?
2. Berapa persen pengaruh sikap dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 23 Semarang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan bantuan alat pada materi pokok segitiga?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh sikap peserta didik dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 23 Semarang dalam model pembelajaraan kooperatif tipe TAI dengan bantuan alat peraga pada materi pokok segitiga.
2. Untuk mengetahui berapa persen pengaruh sikap peserta didik dan motivasi belajar terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 23 Semarang dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan bantuan alat peraga pada materi pokok segitiga.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan sikap peserta didik yang positif dalam pembelajaran matematika, meningkatkan kerja sama bagi peserta didik dalam kelompok dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi antar peserta didik, peserta didik dapat berperan aktif dan berpartisipasi dalam proses belajar, peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses pembelajaran
(20)
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran matematika dan memperoleh pengetahuan dalam mengadakan variasi pembelajaran matematika yang efektif dan inovatif dan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan sikap dan motivasi belajar peserta didik yang positif dalam belajar matematika, memberikan masukan bagi tenaga pengajar dalam meningkatkan peranannya sebagai motivator dan fasilitator sehingga peserta didik lebih berminat dan bersikap baik dalam proses belajar mengajar yang akhirnya terlihat dalam hasil belajar yang diperolehnya.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh pengalaman langsung dalam memilih model pembelajaran, sehingga penulis dapat mengetahui berapa persentase pengaruh sikap dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar.
1.5 Penegasan Istilah 1. Pengaruh
Pengaruh dalam dalam penelitian ini adalah pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
2. Sikap
Sikap merupakan sekelompok keyakinan dan perasaan yang melibatkan unsur-unsur afektif, kognitif dan konatif yang ada dalam diri seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu yang menunjukkan arah sikap, positif atau negatif terhadap objek. Adapun sikap dalam penelitian ini
(21)
adalah sikap peserta didik terhadap mata pelajaran matematika berbantuan alat peraga yang digunakan dalam model pembelajaran TAI.
3. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Adapun dalam penelitian ini adalah motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar matematika berbantuan alat peraga dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
4. Hasil belajar
Pada penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang meliputi aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi dan pemecahan masalah akibat dari kegiatan belajar yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan alat peraga.
5. Materi segitiga yang akan disampaikan pada penelitian ini adalah sub materi jenis-jenis segitiga, keliling segitiga dan luas daerah segitiga. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar sistematika skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal skripsi, bagian inti skripsi dan bagian akhir skripsi.
(22)
Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, surat pernyataan, lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi dan daftar lampiran.
Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I: Pendahuluan, berisi: Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab II: Landasan Teori dan Hipotesis, berisi tentang teori- teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian, Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian.
Bab III: Metode Penelitian, berisi: Metode Penentuan Obyek Penelitian, Variabel Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Analisis Instrumen Penelitian, Analisis Data Penelitian.
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi: Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab V: Penutup, berisi: Simpulan dan Saran.
(23)
9 BAB 2
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1LandasanTeori 2.1.1 Belajar
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, belajar diartikan sebagai suatu usaha sadar atau upaya yang disengaja untuk mendapat kepandaian.
Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang pengertian belajar.
(1) Gagne dan Berliner (dalam Anni 2006: 2) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
(2) Morgan (dalam Anni 2006: 2) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
(3) Slameto (2003: 2), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
(4) Driscrol (dalam Uno, 2006: 15) menyatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar, yaitu: belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang dan hasil belajar yang muncul dalam
(24)
diri peserta didik merupakan akibat atau hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungan.
(5) Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Anni dkk, 2006: 2).
(6) Thorndike(Uno, 2006: 11)mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
(7) Menurut Suprijono (2009: 163), belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu
(8) J. Bruner (Suprijono, 2009: 23-24) menyatakan bahwa proses belajar adalah pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku individu. Perkembangan kognitif individu terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh lingkungannya. Tahap itu meliputi enactive, iconic dan symbolic.
Tahap enaktif yaitu individu melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya memahami lingkungan sekitarnya. Memahami dunia sekitarnya dengan pengetahuan motorik.
Tahap ikonik yaitu individu memahami obyek-obyek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi verbal. Memahami dunia sekitarnya dengan bentuk perumpamaan dan perbandingan.
Tahap simbolik yaitu individu telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
(25)
dalam berbahasa dan logika. Memahami dunia sekitarnya melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya.
Menurut Bruner (dalam Suprijono, 2009: 24) perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu tersebut. Perkembangan bahasa juga berpengaruh besar terhadap perkembangan kognitif. Dalam memahami materi pelajaran, peserta didik melakukan simbol bahasa, logika dan matematika. Semakin matang peserta didik dalam proses berpikirnya maka semakin dominan sistem simbolnya.
(9) Teori belajar konstruktivisme sosial menurut Vygotsky.
Dalam Suprijono (2009: 55), konstruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi melalui interaksi dengan orang lain. Keterlibatan dengan orang lain (peserta didik lain) membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Suprijono (2009: 39), menyatakan bahwa konstruktivisme juga menekankan pada belajar autentik, yakni proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Konstruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses sosial atau belajar kooperatif. Belajar merupakan hubungan timbal balik dan fungsional antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok, yang berarti bahwa belajar adalah interaksi sosial. Dengan cara belajar secara
(26)
kooperatif, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.
Berdasarkan teori belajar konstruktivisme Vygotsky, pembelajaran kooperatif TAI cocok dalam kegiatan pembelajaran, karena pembelajaran kooperatif tipe TAI menitik beratkan pada belajar sebagai interaksi sosial yakni secara kerja kelompok, proses berfikir, bukan pada hasil yang telah jadi. Selain itu mengutamakan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran.
Menurut Uno (2008: 16), terdapat tiga ciri yang tampak dari orang yang mempelajari suatu obyek tertentu yaitu:
(1) Adanya obyek (pengetahuan) tertentu yang menjadi tujuan untuk dikuasai; (2) Terjadinya proses berupa, berupa interaksi antara seseorang dengan dengan lingkungannya, atau sumber belajar (orang, media dan sebagainya); (3) Terjadinya perubahan perilaku baru sebagai akibat mempelajari objek (pengetahuan tertentu).
Berdasarkan pengertian-pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang dilakukan manusia akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010: 54- 72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi faktor intern dan faktor ekstern.
(27)
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri manusia, faktor internal, meliputi faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan dan sikap) dan faktor kelelahan.
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, mencakup faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah ( metode mengajar, kurikulum, relasi guru denga peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas sekolah, keadaan gedung, tugas rumah),dan faktor masyarakat ( kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
2.1.3 Sikap Peserta Didik
Menurut Slameto (2010: 188), sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.
Berkowitz (Azwar, 2003: 5), sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah mendukung atau memihak (favorabel) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorabel) pada obyek tersebut.
(28)
La plerre (Azwar, 2003: 5) berpendapat bahwa sikap dimaknai sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasif, presdiposisi untuk menyesuaikan diri dengan situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Secord & Backman (dalam Azwar, 2003: 5) berpendapat bahwa sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afektif), pemikiran (kognisi), dan presdiposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungn sekitarnya. Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi dan emosi yang dihasilkan di dalam presdisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa atau obyek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Menurut Anni (2006: 159), sikap memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik karena sikap itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap dapat membantu secara personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat merusak secar personal karena adanya intensitas perasaan gagal.
Dari penjelasan tentang pengertian sikap, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia berupa kognisi, afektif dan tingkah laku yang mempengaruhi tindakan pada kehidupannya.
Sikap mengandung tiga komponen, yaitu:
1. Unsur kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
(29)
bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap
2. Afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan arah sikap, positif atau negatif.
3. Komponen tingkah laku, komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap.
2.1.4 Motivasi Peserta Didik
Menurut Uno (2008 : 3), istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
Menurut Eysenck dkk (Slameto, 2010: 170), motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi serta arah umum dari tingkah laku manusia.
(30)
Dalam Suprijono (2009: 162), Walberg dkk menyimpulkan bahwa motivasi memiliki kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap hasil belajar. Suciati juga menyimpulkan kontribusi motivasi terhadap hasil belajar adalah 36 persen. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dan belajar.
Suprijono (2009: 163) menyatakan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku, yang dapat diartikan bahwa perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh dengan energi, terarah dan bertahan lama dalam belajar.
Menurut Uno (2010: 23), motivasi belajar dapat timbul dari faktor instrinsik dan ekstrinsik.
1.Motivasi instrinsik
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.
Motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat atau keingintahuan (curiosity), sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh bentuk-bentuk intensif atau hukuman.
(31)
2.Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal berupa ganjaran dan atau hukuman.
Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran (Uno, 2008: 27-28), antara lain:
1. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu permasalahan yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan oleh bantuan hal-hal yang pernah dialami.
2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.
3. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Peserta didik yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan orang untuk tekun belajar. Sebaliknya apabila peserta didik
(32)
kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak akan tahan untuk belajar. Hal ini berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
Indikator motivasi belajar menurut Uno (2008: 23), dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam mengajar
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkunkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dimana peserta didik dengan kemampuan individualnya masing-masing bekerja sama di dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang berbeda. Model TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang membuat metode pengajaran individual menjadi tidak efektif.
Unsur-unsur program yang perlu diperhatikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI menurut Slavin (2009: 195-200) adalah sebagai berikut :
(33)
1. Teams
Para peserta didik dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5 orang.
2.Tes Penempatan
Pemberian tes pra-program kepada peserta didik atau melihat rata-rata nilai ulangan harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta didik pada bidang tertentu.
3.Materi-materi Kurikulum
Peserta didik melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan sesuai dengan kurikulum individu yang mencakup materi pengajaran.
4.Belajar Kelompok
Tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta didik yang membutuhkannya.
5.Skor tim dan Rekognisi
Pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. 6.Kelompok Pengajaran
Pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
7.Tes Fakta
(34)
8.Unit Seluruh Kelas
Pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu pembelajaran dengan strategi penyelesaian masalah.
TAI dirancang untuk memuaskan kriteria berikut ini untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari sistem pengajaran individual:
1. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaaan dan pengelolaan rutin.
2. Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
3. Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga para peserta didik di kelas tiga ke atas dapat melakukannya.
4. Para peserta didik akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
5. Tersedianya banyak cara pengecekan penguasaan supaya para peserta didik jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru.
6. Para peserta didik akan dapat melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun bila peserta didik yang mengecek kemampuannya ada dibawah peserta didik yang dicek dalam rangkaian pengajaran dan prosedur pengecekan akan cukup sederhana dan tidak mengganggu si pengecek.
(35)
Pembelajaran model TAI mempunyai kelebihan, yakni mudah dipelajari baik oleh guru maupun peserta didik, tidak mahal, fleksibel dan tidak membutuhkan guru tambahan atau tim guru.
2.1.6 Alat Peraga
Dalam proses belajar mengajar, alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar peserta didik lebih efektif dan efisien.
Fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar (Sudjana, 2008: 99) adalah:
3. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 4. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.
5. Alat peraga dalam pengajaran harus melihat pada tujuan dan materi yang sedang diajarkan.
6. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan tetapi untuk membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif dan efisien.
7. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik
(36)
dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
8. Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
2.1.7 Materi Pokok Segitiga
2.1.7.1 Pengertian segitiga:
2.1.7.2 Jenis-jenis segitiga:
2.1.7.2.1 Jenis-Jenis Segitiga berdasarkan Sisinya (i) Segitiga sama kaki
(ii)Segitiga sama sisi A
B
C D
F
E Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi (Nuharini, 2008: 243)
Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua buah sisi sama panjang (Nuharini, 2008: 244). Segitiga ABC adalah segitiga samakaki karena mempunyai dua buah sisi yang sama panjang yaitu sisi AC dan BC.
C
A B
B A
C Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi sama panjang dan tiga buah sudut sama besar (Nuharini, 2008: 244).
Segitiga ABC adalah segitiga sama sisi karena ketiga sisinya sama panjang. AB = BC = CA
Segitiga ABC adalah segitiga lancip.
Segitiga ABE, segitiga ADC dan segitiga BCE adalah segitiga siku-siku.
(37)
(iii) Segitiga sembarang
2.1.7.2.2 Jenis-Jenis Segitiga berdasarkan Sudutnya (i) Segitiga lancip
(ii)Segitiga siku-siku
(iii) Segitiga tumpul C
B A
Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak sama panjang (Nuharini, 2008: 244).
Segitiga ABC adalah ketiga sembarang karena ketiga sisinya tidak sama panjang (AB≠BC≠AC).
Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya
merupakan sudut lancip (Nuharini, 2008: 244) C
B A
Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (Nuharini, 2008: 245)
Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul (Nuharini, 2008: 244)
A B
C A
(38)
2.1.7.2.3 Keliling segitiga
Keliling suatu segitiga adalah jumlah semua panjang sisinya.
2.1.7.2.4 Luas daerah Segitiga
Secara umum luas daerah segitiga ABC, dengan alas
AB dan tinggi segitiga adalah CD,
menurut Nuharini (2008: 256), luas daerah
segitiga dengan panjang alas a dan tinggi t
dapat dirumuskan dengan rumus .
2.1.8 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006: 5). Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupakan hal yang penting karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta didik dalam kegiatan belajar yang sudah dilakukan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah peserta didik sudah menguasai ilmu yang dipelajari.
Segitiga ABC dengan panjang sisi a, b, dan c, kelilingnya adalah K = a + b + c.
(Nuharini, 2008: 256) C
B A
C
B A
t
a
(39)
Aspek yang dinilai dalam matematika menurut PPPG Matematika (2005: 78) adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep
Menilai kompetensi dalam memahami konsep, melakukan algoritma rutin yang tepat dan efisien. Indikatornya: dapat menyatakan ulanng, mengklasifikasikan obyek berdasarkan sifatnya, memberi contoh dan memilih prosedur serta mengaplikasikan konsep/ algoritma.
2. Penalaran dan komunikasi
Menilai kompetensi dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika (sifatnya nonrutin). Indikartonya: dapat menyajikan dalam lisan, tulisan, diagram, mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika, memberikan alasan, bukti atas kebenaran solusi, menarik kesimpulan dari pernyataan, menemukan pola/ sifat dari suatu gejala matematika dan memeriksa kebenaran suatu argumen.
3. Pemecahan masalah
Menilai kompetensi dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan serta menyelesaikan masalah. Indikatornya: dapat memahami masalah, mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan, menyajikan masalah secara sistematis, memilih metode pemecahan masalah, mengembangkan strategi pemecahan masalah, menafsirkan suatu model matematika dari suatu masalah dan menyelesaikan masalahnya.
(40)
Keberhasilan seorang guru diukur dari keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar yang dicapai, proses belajar mengajar yang optimal akan menunjang hasil belajar yang optimal pula.
2.2Kerangka Berpikir
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Menurut salah satu guru matematika SMP N 23 Semarang, motivasi belajar peserta didik dan sikap peserta didik dalam pelajaran matematika masih rendah. Sekitar 30% peserta didik kelas VII SMP N 23 Semarang memilikai nilai matematika yang rendah. Hasil belajar matematika peserta didik merupakan indikator keberhasilan proses belajar mengajar, dengan adanya hasil belajar yang baik dapat menunjukkan apakah materi pelajaran yang diberikan oleh guru dapat dipahami peserta didik dengan baik. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Motivasi belajar peserta didik dan sikap peserta didik merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika, dimana kegiatan pembelajaran matematika telah diarahkan pada kegiatan yang mendorong peserta didik aktif menemukan sendiri konsep-konsep baru melalui keterampilan proses.
(41)
Pada model pembelajaran tipe TAI, peserta didik mengerjakan soal secara individu yang kemudian hasilnya didiskusikan dalam kelompoknya. Ketua kelompok melaporkan ke guru jika ada peserta didik yang kesulitan, kemudian guru akan membantu secara individu. Bagi peserta didik yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya dan bagi peserta didik yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah. Selain itu peserta didik juga diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada materi segitiga, peserta didik dapat saling bekerjasama dalam kelompoknya dalam mempelajari materi segitiga diharapkan hasil belajar peserta didik meningkat. Dalam model pembeljaran tipe TAI, diharapkan motivasi belajar peserta didik dan sikap peserta didik dapat meningkat lebih baik yang pada akhirnya berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar peserta didik.
2.3Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. terdapat pengaruh antara sikap dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik.
2. Persentase pengaruh antara sikap dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik lebih dari 50%.
(42)
28 BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian 3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMP Negeri 23 Semarang kelas VII semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 5 kelas, meliputi peserta didik kelas VII A sebanyak 40 peserta didik, VII B sebanyak 40 peserta didik, VII C sebanyak 40 peserta didik, VII F sebanyak 40 peserta didik, dan VII G sebanyak 40 peserta didik dengan jumlah peserta didik keseluruhan 200 peserta didik.
3.1.2 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik random sampling. Penggunaan teknik random sampling pada populasi ini dengan pertimbangan-pertimbangan berikut, yakni: buku sumber yang digunakan sama, umur relatif sama yaitu antara 13 sampai 15 tahun, peserta didik mendapat materi berdasar kurikulum yang sama yaitu KTSP, peserta didik diampu oleh guru yang sama, peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat yang sama, dan tidak ada kelas unggulan dalam pembagian.
Pertimbangan yang lain, berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama (perhitungan selengkapnya
(43)
disajikan pada lampiran 2 dan 3). Penelitian ini diawali dengan menentukan populasi dan memilih sampel dari populasi yang ada. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik random sampling, diperoleh satu kelas eksperimen, yaitu peserta didik kelas VII F, dan peserta didik kelas VII A untuk kelas uji coba.
Pembelajaran matematika pada peserta didik kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization dengan bantuan alat peraga. Pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Soal evaluasi yang diberikan pada kelas sampel adalah soal yang telah diujicobakan pada kelas uji coba. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai. Analisis Data-data dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
3.2 Variabel Penelitian 3.2.1 Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah sikap dan motivasi belajar peserta didik kelas VII semester 2 SMP N 23 Semarang.
3.2.2 Variabel terikat
Variabel terikat adalah hasil belajar peserta didik kelas VII semester 2 SMP Negeri 23 Semarang.
(44)
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.3.1 Metode Angket
Metode angket digunakan untuk memperoleh skor motivasi dan skor sikap peserta didik. Angket pada penelitian ini disusun dengan pertanyaan bersifat tertutup dengan skala 1-4, penskoran pada butir positif yaitu “Selalu” memiliki skor 4, “sering” memiliki skor 3, “jarang” memiliki skor 2, dan “tidak pernah” memiliki skor 1. Sedangkan penskoran pada butir negatif yaitu “Selalu” memiliki skor 1, “sering” memiliki skor 2, “jarang” memiliki skor 3, dan “tidak pernah” memiliki skor 4.
Pertanyaan pada angket motivasi peserta didik berdasarkan pada indikator motivasi belajar yaitu adanya keinginan berhasil, adanya kebutuhan dalam belajar, adanya cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar untuk peserta didik, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar oleh guru, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.
3.3.2 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization. Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi, terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran pada instrumen tes.
(45)
3.4 Analisis Instrumen Penelitian 3.4.1 Analisis instrumen angket
3.4.1.1 Validitas Angket
Validitas soal adalah derajat kesesuaian antara sesuatu soal dengan perangkat soal-soal lain.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai validitas butir menurut Arikunto ( 2006: 72) adalah sebagai berikut:
Dimana : = koefisien korelasi tiap item, N = banyaknya subjek uji coba,
X
= jumlah skor item, Y
= jumlah skor total, 2
X
= jumlah kuadrat skor item, 2
Y
= jumlah kuadrat skor total, XY
= jumlah perkalian skor item dan skor total
Setelah diperoleh nilai selanjutnya dibandingkan dengan harga r pada tabel product moment dengan α = 5%, jika maka butir instrumen valid (Arikunto 2006:75).
(46)
Menentukan reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2006: 109) sebagai berikut:
dimana: = reliabilitas instrumen
n = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
= varians total
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan r product moment dengan signifikansi 5%. Jika maka butir soal tersebut reliabel, dan jika sebaliknya maka butir soal tersebut tidak reliabel.
3.4.2 Analisis instrumen tes
Instrumen tes yang akan digunakan untuk mengumpulkan data harus dimantapkan kualitasnya melalui suatu langkah yang disebut uji coba. Dari data hasil uji coba perangkat tes dipilih butir soal yang memenuhi reliabilitas, validitas, daya beda dan tingkat kesukaran.
3.4.2.1 Reliabilitas
Sesuatutes dikatakan reliabel bila tes tersebut mempunyai keajegan hasil.
1) Rumus yang digunakan untuk soal pilihan ganda adalah dengan rumus KR – 20 (Arikunto, 2006:100- 101) yaitu:
(47)
2 2 11
s pq s
1 n
n r
Keterangan : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
s = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
2) Rumus untuk mengukur reliabilitas soal uraian adalah dengan menggunakan rumus alpha (Arikunto, 2006:109) yaitu:
2 2
11 1
1 i
i n
n r
Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari 2
i = jumlah varians tiap-tiap skor
2
i = varians total
Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut : r11 0,20 : sangat rendah
0,20 < r11 0,40 : rendah 0,40 < r11 0,60 : sedang 0,60 < r11 0,80 : tinggi
(48)
Hasil perhitungan r11 kemudian dikonsultasikan dengan tabel kritis r product moment. Apabila r11 > rtaebel dengan taraf signifikan 5 % maka tes tersebut reliabel.
3.4.2.2 Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi product moment menurut Arikunto ( 2006: 72) adalah sebagai berikut.
2 2
2 2
Y Y
N X X
N
Y X XY
N rXY
dimana: rXY = koefisien korelasi tiap item,
N = banyaknya subjek uji coba, X
= jumlah skor item, Y
= jumlah skor total, 2
X
= jumlah kuadrat skor item, 2
Y
= jumlah kuadrat skor total,
XY
(49)
Menurut Arikunto (2006: 75), kemudian hasil rXY dikonsultasikan
dengan rtabel product moment dengan signifikansi 5%. Jika rXY > rtabel maka butir soal valid.
3.4.2.3 Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2006: 211), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang berkemampuan rendah.
1) Untuk soal pilihan ganda;
Dicari dengan mengambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah (JB).
Rumus yang digunakan menurut Arikunto (2006: 213) yaitu:
D= - = -
Keterangan : D = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas menjawab soal benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal salah JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda menurutArikunto (2006: 218) adalah : DP 0,00 : soal sangat jelek
0,00 < DP 0,20 : soal jelek 0,20 < DP 0,40 : cukup 0,40 < DP 0,70 : baik
(50)
0,70 < DP 1,0 : sangat baik 2) Untuk soal uraian;
Dicari dengan menghitung perbedaan dua buah rata- rata antara rata- rata data kelompok atas dengan rata- rata kelompok bawah untuk tiap item. Kelompok atas adalah 27% bagian atas dari peserta tes setelah nilai diurutkan dari frekuensi besar ke frekuensi kecil, sedangkan kelompok bawah adalah 27% bagian bawah.
Rumus yang digunakan yaitu dengan menggunakan rumus uji t (Arifin, 1991:141) adalah sebagai berikut:
) 1 ( ) ( 2 2 2 1 i i n n x x ML MH t Keterangan:
MH = rata-rata data dari kelas atas ML = rata-rata data dari kelas bawah
2 1
x = jumlah kuadrat deviasi deviasi individual kelompok atas 2
2
x = jumlah kuadrat deviasi individual kelompok bawah ni = jumlah peserta tes kelompok atas/bawah
Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan dk = )
1 ( ) 1
(n1 n2 dan a = 5 % dengan kriteria: Jika thitung > harga ttabel maka daya pembeda soal signifikan.
(51)
Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tingkat kesukaran itu digunakan untuk mengetahui suatu butir soal termasuk dalam kategori soal sukar, sedang atau mudah.
1) Untuk pilihan ganda rumus yang digunakan menurut Arikunto (2006: 208) yaitu:
JS B P
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh peserta
Klasifikasi indekkesukaran(Arikunto, 2006: 210) sebagai berikut : IK = 0,00 : soal terlalu sulit
0,00 < IK 0,30 : sukar 0,30 < IK 0,70 : sedang 0,70 < IK 1,00 : mudah
IK = 1,00 : soal terlalu mudah 2) Untuk soal uraian
Teknik penghitungannya adalah dengan menghitung berapa persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus untuk tiap-tiap item (Arifin, 1991:135).
% 100 x siswa seluruh Jumlah
gagal dianggap yang
tes Jumlah
(52)
P = tingkat kesukaran
Untuk menginterpretasikan taraf kesukaran dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
Jika P ≤ 27% termasuk soal mudah
Jika 28 % ≤ P ≤ 72 % termasuk soal sedang Jika P ≥ 73 % termasuk soal sukar
Dalam penelitian ini item yang akan diambil untuk diteskan pada kelas sampel adalah item soal yang valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran mudah, sedang, sukar dan daya pembeda yang signifikan.
3.5 Analisis Data Penelitian
3.5.1 Analisis data nilai mid semester 2
Analisis data nilai mid semester 2 mata pelajaran matematika dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang sama. Hal ini dapat dianalisis dengan cara:
3.5.1.1 uji normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal..
Langkah- langkah dalam uji normalitas menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:
1. hipotesis yang digunakan:
Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
(53)
2. Statistik yang digunakan dalam pengujian adalah chi kuadrat
3. Digunakan taraf signifikan α sebesar 5%
4. Kriteria pengujiannya menurut Sudjana (2005: 273) adalah populasi dinyatakan berdistribusi normal (H0 diterima) bila taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk)= k- 3, harga X2hitung X2tabel, k adalah banyaknya kelas interval (Sudjana, 2005: 273).
5. Statistik hitung
Rumus yang digunakan adalah uji Chi- Kuadrat yaitu : k
1
i i
2 i i 2
E E O X
Keterangan :
X2 = harga chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil penelitian Ei = frekuensi yang duharapkan
Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel. X Hitung2<X tabel2, maka data berdistribusi normal.
3.5.1.2 UjiHomogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memperoleh asumsi bahwa populasi memiliki kondisi homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah masing-masing anggota populasi terdapat perbedaan vaarians atau tidak. Menurut Sudjana (2001:263) untuk menguji kesamaan varians digunakan uji Bartlett dengan menggunakan rumus chi-kuadrat.
(54)
(1) Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalh sebagai berikut:
H0: σ21 = σ22 = σ23= σ24 =σ25
Hi: Tidak semua σ2i sama dengan, untuk i = 1, 2, 3, 4 (2) Langkah-langkah uji homogenitas
Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut: (a) Menghitung varians dari masing-masing kelas.
(b) Menghitung varians gabungan dengan rumus sebagai berikut
(c) Menghitung koefisien Bartlett dengan rumus sebagai berikut
(d) Menghitung harga dengan rumus sebagai berikut
dimana: varians masing-masing kelas banyaknya testi masing-masing kelas varians gabungan
koefisien Bartlett
(e) Membandingkan harga dengan dengan α = 5% dan derajat kebebasan (dk) dengan adalah banyak kelas.
(55)
(3) Kriteria pengujian
Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah jika < maka tidak terdapat perbedaan varians antar kelas jadi populasi dapat diasumsikan homogen.
3.5.2 Analisis Data Hasil Belajar 3.5.2.1 Regresi Linier Ganda
3.5.2.1.1 Model Regresi
Model persamaan regresi adalah (Sudjana, 2002: 347). adalah variabel terikat, pada penelitian ini adalah hasil belajar, dan adalah variabel bebas, pada penelitian ini adalah motivasi dan sikap belajar peserta didik.
3.5.2.1.2Uji Keberartian Regresi
Uji linear ganda dilakukan untuk menyajikan apakah regresi yang didapat berdasrkan penelitian berarti untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan dari seluruh variabel yang diteliti.
(1) Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut: : regresi linear ganda tidak berarti
: regresi linear ganda berarti
(2) Langkah-langkah uji keberartian regresi linear ganda
Langkah-langkah uji keberartian regresi linear ganda adalah sebagai berikut:
(56)
(a) Menyusun nilai-nilai yang diperoleh pada penelitian ke dalam tabel.
(b) Menghitung jumlah kuadrat sisa dengan rumus sebagai berikut dengan
(c) Menghitung jumlah kuadrat sisa dengan rumus sebagai berikut dengan
(d) Menghitung kuadrat total regresi dengan rumus sebagai berikut
(e) Menghitung kuadrat total residu dengan rumus sebagai berikut
Keterangan :
: kuadrat total regresi : kuadrat total residu : jumlah kuadrat regresi : jumlah kuadrat sisa : jumlah sampel penelitian
: banyak variabel bebas
(57)
(g) Membandingkan harga dan dengan α = 5%, derajat kebebasan (dk) pembilang dan derajat kebebasan (dk) penyebut
( .
(3) Kriteria
Kriteria yang digunakan dalam ujii ini adalah jika > maka regresi linear ganda berarti (Sudjana 2005:94).
3.5.2.1.3 Koefisien Korelasi Ganda
Koefisien korelasi ganda antara dengan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
3.5.2.1.4 UjiKeberartian Koefisien Korelasi Ganda
Uji keberartian koefisien korelasi ganda dilakukan untuk meyakinkan apakah koefisien korelasi yang didapat berdasarkan penelitian berarti untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan dari seluruh variabel yang diteliti.
(1) Hipotesis
: koefisien korelasi ganda tidak berarti
: koefisien korelasi ganda berarti
(58)
Langkah-langkah uji keberartian koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
(a) Menghitung nilai koefisien korelasi ganda
(b) Menghitung harga dengan rumus sebagai berikut
keterangan :
: koefisien korelasi ganda : banyak sampel penelitian k : banyak variabel bebas
(c) Membandingkan harga dan dengan α = 5%, derajat kebebasan (dk) pembilang dan derajat kebebasan (dk) penyebut ( .
(3) Kriteria
Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah jika > maka koefisien korelasi ganda berarti (Sudjana 2005:108).
3.5.2.1.5 Koefisien Determinasi
Besarnya koefisien determinasi dirumuskan sebagai harga dari koefisien , dengan adalah koefisien determinasi yang menunjukkan pengaruh terhadap .
(59)
3.5.2.1.6 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Linear Ganda
Uji signifikansi koefisien regresi linear ganda dilakukan untuk meyakinkan apakah tiap koefisien regresi yang didapat berdasarkan penelitian dapat untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan dari seluruh variabel yang diteliti.
(1) Hipotesis
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut
(a) Hipotesis uji signifikansi koefisien regresi linear ganda : koefisien regresi linear ganda tidak signifikan
: koefisien regresi linear ganda signifikan
(b) Hipotesis uji signifikansi koefisien regresi linear ganda : koefisien regresi linear ganda tidak signifikan
: koefisien regresi linear ganda signifikan
(2) Langkah-langkah uji signifikansi koefisien regeresi linear ganda Langkah-langkah uji signifikansi koefisien regeresi linear ganda adalah
sebagai berikut:
(a) Menghitung galat baku taksiran dalam populasi dengan rumus sebagi berikut
(b) Menghitung koefisien korelasi antar variabel bebas. adalah koefisien korelasi antar variabel bebas. Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas jadi terdapat
(60)
dan . adalah koefisien korelsi antara dan .
adalah koefisien korelasi antara dan .
dan diperoleh
(c) Menghitung galat baku koefisien regresi dengan rumus sebagai berikut
(d) Menghitung harga dengan rumus sebagai berikut
keterangan :
: koefisien-koefisien regresi linear ganda : galat baku koefisien regresi
(e) Membandingkan harga dan dengan α = 5%, derajat kebebasan (dk) pembilang dan derajat kebebasan (dk) penyebut ( .
(3) Kriteria
Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah jika maka koefisien regresi linear ganda signifikan (Sudjana 2005:111).
(61)
47 BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah berikut ini: perencanaan yang dilakukan adalah membuat instrumen yang akan digunakan sebagai alat untuk mengambil data antara lain soal tes yang terdiri dari soal tes hasil belajar, angket motivasi, dan angket untuk sikap peserta didik. Selanjutnya merancang kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas uji coba. Metode yang digunakan untuk merancang kelas eksperimen dan uji coba adalah metode random sampling. Diperoleh kelas peserta didik VII F sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas VII A sebagai kelas uji coba.
Pada kelas eksperimen yaitu peserta didik kelas VII F diadakan pembelajaran dengan model Team Assisted Individualization. Pembelajaran ini dilakukan untuk mendapatkan data sikap peserta didik, motivasi belajar, dan hasil belajar peserta didik. Angket digunakan untuk mendapatkan data motivasi belajar peserta didik dan sikap peserta didik dan untuk mendapatkan data hasil belajar peserta didik dilakukan tes tentang materi segitiga pada akhir pembelajaran. Pengolahan data penelitian dilakukan setelah semua data diperoleh, sehingga dapat diketahui pengaruh sikap dan motivasi belajar
(62)
peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 23 Semarang pada materi pokok segitiga tahun ajaran 2009/2010.
4.1.2 Uji Normalitas Data Nilai Hasil Belajar Matematika
Data yang diperoleh setelah penelitian berupa nilai tes hasil belajar. Data tes hasil belajar tersebut kemudian diuji normalitasnya untuk menentukan jenis pengolahan data yaitu statistik parametik atau non parametrik. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 49 ).
Data yang diperoleh pada penelitian berdistribusi normal maka statistik yang akan digunakan untuk mengolah data tersebut adalah statistik parametik.
4.1.3 Analisis Regresi Linear Ganda 4.1.3.1Model Regresi
Menentukan nilai koefisien , , dengan mengeliminasi ketiga persamaan yang diperoleh dari rumus:
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh model persamaan regresi
adalah (perhitungan selengkapnya dapat
(63)
4.1.3.2Uji Keberartian Regresi Linear Ganda
Uji keberartian regresi linear ganda dilakukan untuk meyakinkan apakah regresi yang didapat berdasarkan penelitian berarti atau signifikan untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan dari seluruh variabel yang diteliti.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa regresi linear ganda berarti (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23).
4.1.3.3Koefisien Korelasi Ganda
Koefisien korelasi ganda antara dengan yang diperoleh adalah 0,756 (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 53).
4.1.3.4Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda
Uji keberartian koefisien korelasi ganda dilakuka untuk meyakinkan apakah koefisien korelasi yang didapat berdasarkan penelitian berarti untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan dari seluruh variabel yang diteliti.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa koefisien korelasi ganda berarti (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 53) 4.1.3.5 Koefisien Determinasi
Besarnya koefisien determinasi dirumuskan sebagai harga dari koefisien , dengan adalah koefisien yang menunjukkan pengaruh variabel dan terhadap .
Berdasarkan perhitungan diperoleh koefisien determinasi ( adalah 0,572 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 55).
(64)
4.1.3.6 Uji keberartian Koefisien Regresi Linear Ganda 4.1.3.6.1 Uji signifikansi koefisien regresi linear ganda
Berdasarkan perhitungan diperoleh sehingga koefisien regresi linear ganda signifikan (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 54).
4.1.3.6.2 Uji signifikansi koefisien regresi linear ganda
Berdasarkan perhitungan diperoleh sehingga koefisien regresi linear ganda signifikan (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 54).
4.2 Pembahasan
Analisis data penelitian ini adalah dilakukan dengan analisis regresi linear ganda dengan dua variabel bebas yaitu sikap peserta didik ( ) dan motivasi belajar peserta didik ( ) serta satu variabel terikat yaitu hasil belajar peserta didik (Y). Data nilai hasil belajar diuji normalitasnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan untuk mengolah data yaitu statistik parametik atau non parametrik. Berdasarkan perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa data nilai hasil belajar berdistribusi normal. Kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi linear ganda.
Sikap peserta didik dan motivasi belajar peserta didik mempengaruhi hasil belajar, hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi linier ganda yang diperoleh pada hasil penelitian. Akan tetapi hasil belajar tidak hanya
(65)
dipengaruhi oleh sikap dan motivasi belajar peserta didik tetapi ada faktor lain yang mempengaruhinya.
Terdapat pengaruh positif antara sikap peserta didik terhadap hasil belajar dan pengaruh positif antara motivasi belajar peserta didik dengan hasil belajar atau dengan kata lain hasil belajar peserta didik akan meningkat jika sikap peserta didik dan motivasi belajar peserta didik meningkat dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI .
Faktor sikap peserta didik mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar dan jika dilihat dari besarnya kontribusi ternyata sikap peserta didik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila peserta didik aktif mengalami sendiri. Dengan sikap peserta didik yang baik, maka belajar dan hasil belajar peserta didik akan lebih baik. Namun dengan sikap yang kurang baik akan berpengaruh pada hasil belajar yang kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Chatarina (2006: 159) bahwa sikap memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik karena sikap itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap dapat membantu secara personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat merusak secara personal karena adanya intensitas perasaan gagal.
(66)
Faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar adalah faktor motivasi. Faktor motivasi belajar mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil belajar dan jika dilihat dari kontribusi ternyata faktor motivasi belajar juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat eksternal, yaitu berasal dari orang lain seperti guru, orang tua, teman dan sebagainya. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Dapat dikatakan bahwa peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar dan menentukan ketekunan belajar. Tujuan motivasi adalah memberikan semangat pada seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil/ mencapai tujuan tertentu, dengan demikian belajar akan lebih berhasil bila peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Walberg dkk (Dalam Suprijono, 2009: 162), menyimpulkan bahwa motivasi memiliki kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap hasil belajar. Suciati (Dalam Suprijono, 2009: 162) juga menyimpulkan kontribusi motivasi terhadap hasil belajar adalah 36 persen. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dan belajar.
Seorang guru hendaknya dapat memberikan motivasi kepada peserta didiknya dalam pembelajaran. Untuk memotivasi peserta didik, guru perlu
(67)
memahami dan mengerti tentang teknik-teknik pemberian motivasi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran. Menurut Uno, (2007: 34) teknik-teknik pemberian motivasi tersebut antara lain memberikan pernyataan penghargaan secara verbal, menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan, menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik, memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh peserta didik, menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi peserta didik, menggunakan materi yang dikenal peserta didik sebagai contoh dalam belajar, gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami, menuntut peserta didik untuk menggunakan hal-hal yang telah dipeljari sebelumnya, menggunakan simulasi dan permainan, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum, mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan belajar, memahami iklim sosial dalam sekolah, memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat, memadukan motivasi-motivasi yang kuat, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, merumuskan tujuan-tujuan sementara, memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai, membuat suasana persaingan yang sehat diantara para peserta didik, mengembangkan persaingan dengan diri dengan diri sendiri, dan memberikan contoh yang positif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh sikap dan motivasi belajar peserta didik senilai 57,2%, sedangkan terdapat 42,8% faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar.
(68)
Hasil belajar peserta didik tidak lepas dari kedua faktor tersebut, yakni sikap peserta didik dan motivasi belajar. Sikap dan motivasi belajar peserta didik perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa senang untuk mempelajari pelajaran matematika, dari rasa senang ini akan timbul semangat dan keinginan untuk belajar, mempelajari dan memahami mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, hendaknya para guru memperhatikan sikap dan motivasi belajar peserta didik untuk selanjutnya dapat meningkatkan sikap yang baik dan motivasi peserta didik dalam belajar matematika di kelas sehingga akan tercapai hasil belajar yang optimal.
(69)
55 BAB 5
PENUTUP
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh sikap dan motivasi peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 23 Semarang pada materi segitiga dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Terdapat pengaruh positif motivasi dan sikap peserta didik terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 23 Semarang pada materi segitiga dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization, atau dengan kata lain bahwa hasil belajar peserta didik akan meningkat jika sikap peserta didik dan motivasi belajar peserta didik meningkat.
(2) persentase pengaruh antara sikap dan motivasi belajar dalam pembelajaran tipe Team Assisted Individualization terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 23 Semarang tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok segitiga adalah 57,2 % yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi .
(70)
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran yang dapat peneliti berikan guna memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 23 Semarang, terutama pada mata pelajaran matematika adalah hendaknya para guru matematika di SMP Negeri 23 Semarang senantiasa memperhatikan dan meningkatkan sikap dan motivasi peserta didik dengan menerapkan suatu model pembelajaran kooperatif dalam belajar matematika di kelas sehingga akan tercapai hasil belajar yang optimal.
(71)
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.
Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Intruksional Prinsip-Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakaya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, Syaifudin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengaruhnya Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika 1, Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjana. 2003. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bamdung: Sinar Baru Algensido.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning :Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wardhani, Sri. 2010. Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika di SMP/Mts. Jogjakarta: Materi Diklat Guru Pemandu/ Guru Inti/ Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar Tahun 2010 (PPPPTK Matematika)
(1)
MODEL PERSAMAAN REGRESI LINIER GANDA
Persamaan regresi linier ganda yang diperoleh adalah
dimana = variabel regresi ganda (hasil belajar) = variabel bebas pertama (sikap peserta didik) = variabel bebas kedua (motivasi belajar)
Coefficientsa
Model
Unstandardize d Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 8.014 10.789 .743 .463
Sikap .324 .144 .256 2.242 .032 .992 1.008 motivasi .554 .092 .689 6.030 .000 .992 1.008 a. Dependent Variable: nilai
(2)
Koefisien Korelasi Ganda
Model Summaryb
Mode
l R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .756a .572 .546 4.693 .572 22.058 2 33 .000 2.241
a. Predictors: (Constant), motivasi, sikap
b. Dependent Variable: nilai
Koefisien korelasi ganda antara dengan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda
Uji keberartian koefisien korelasi ganda dilakuka untuk meyakinkan apakah koefisien korelasi yang didapat berdasarkan penelitian berarti untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan dari seluruh variabel yang diteliti.
(1) Hipotesis:
: koefisien korelasi ganda tidak berarti : koefisien korelasi ganda berarti
(3)
Untuk menguji keberartian regresi linear ganda digunakan rumus:
(3) Kriteria pengujian:
jika > maka koefisien korelasi ganda berarti. (4) Taraf signifikansi (α) = 5%.
(5) Derajat kebebasan (dk): dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 33.
(6) = 3, 33
(4)
Uji Keberartian koefisien regresi linier ganda
(1) Hipotesis:
a. Hipotesis uji signifikansi koefisien regresi linear ganda : koefisien regresi linear ganda tidak signifikan : koefisien regresi linear ganda signifikan
b. Hipotesis uji signifikansi koefisien regresi linear ganda : koefisien regresi linear ganda tidak signifikan : koefisien regresi linear ganda signifikan (2) Rumus yang digunakan:
(3) Kriteria pengujian:
Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah jika
maka koefisien regresi linear ganda signifikan (4) Taraf signifikansi (α) = 5%.
Coefficientsa Model Unstandardize d Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 8.014 10.789 .743 .463
Sikap .324 .144 .256 2.242 .032 .992 1.008 motivasi .554 .092 .689 6.030 .000 .992 1.008 a. Dependent Variable: nilai
(5)
(6) = 2,034
(7) Berdasarkan perhitungan:
a. Uji signifikansi koefisien regresi linear ganda
Berdasarkan perhitungan diperoleh = 2,242 (perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Karena
maka koefisien regresi linear ganda signifikan. b. Uji signifikansi koefisien regresi linear ganda
Berdasarkan perhitungan diperoleh = 6,030 (perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Karena
(6)
KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summaryb
Mode
l R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .756a .572 .546 4.693 .572 22.058 2 33 .000 2.241
a. Predictors: (Constant), motivasi, sikap b. Dependent Variable: nilai
Besarnya koefisien determinasi dirumuskan sebagai harga dari koefisien
dengan adalah koefisien determinasi yang menunjukkan pengaruh terhadap
Dan = 0,572.
Jadi nilai koefisien determinasi adalah 0,572. Lampiran 55