BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen
antara lain kalsium Ca, fosfor P, kalium K, sulfur S, natrium Na, klor Cl dan magnesium Mg, dan mikroelemen antara lain besi Fe, iodium I, tembaga Cu,
seng Zn, mangan Mn, dan kobalt Co. Darmono, 1995
Natrium merupakan ion utama dari cairan ekstraselular. Sedangkan kalium merupakan ion utama di dalam cairan intraselular. Rasio konsumsi natrium terhadap
kalium yang dianjurkan adalah 1:1 Astawan, 2002. Ginjal adalah regulator utama dalam keseimbangan senyawa-senyawa. Kalium dan Natrium berperan dalam
mengatur tekanan osmosis cairan tubuh sehingga sangat diperlukan dalam fungsi saraf yaitu penyampaian impuls saraf neurotransmiter. Darmono,1995
Ginjal merupakan organ tubuh yang sangat berperan dalam upaya mempertahankan sistem keseimbangan dalam tubuh. Peran ginjal ini dikenal dengan
istilah homeostatis. Proses menuju keseimbangan berkaitan dengan segala aspek di dalam tubuh yang meliputi keseimbangan unsur-unsur esensial yang diperlukan di
dalam tubuh, mengontrol volume cairan dalam tubuh, menjaga keseimbangan antara senyawa yang bersifat asam dan basa, serta menjaga keseimbangan konsentrasi
senyawa-senyawa di dalam cairan tubuh dan tekanan darah. Bambang Mursito, 2001
Ginjal adalah mesin pendaur ulang yang canggih. Setiap hari, ginjal kita menguraikan kurang lebih 200 liter darah untuk menyaring sekitar dua liter bahan
ampas dan air berlebihan. Bila ginjal kita tidak menghilangkannya, bahan ampas ini akan bertumpuk dalam darah dan merusak tubuh kita. Proses penyaringan terjadi di
unsur sangat kecil di dalam ginjal kita yang disebut nefron.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, mengakibatkan kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Gejala atau tanda adanya gangguan pada fungsi
ginjal sangat bervariasi, ada yang lama tidak menimbulkan tanda atau gejala sama sekali, baru belakangan timbul keluhan. Ada pula yang langsung timbul gejala hebat.
Pada umumnya bila ginjal terganggung maka gejala-gejala yang sering timbul adalah mudah merasa lelah, nafsu makan hilang, berat badan turun, kulit kering, susah tidur
dan mual-mual. Untuk mengetahui adanya gangguan pada fungsi ginjal dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Willie Japaries,
1992
Gagal ginjal kronik GGK adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup
lanjut. Gagal ginjal kronik sesuai dengan tahapannya, dapat ringan, sedang ataupun berat. Gagal ginjal tahap akhir dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan
terapi pengganti. Penyebab gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis yaitu sumbatan karena batu dan infeksi, penyakit gula diabetes mellitus, penyakit
pembuluh darah hipertensi, karena obat-obatan, penyakit bawaan atau keturunan dan lain-lain. Lumenta dkk, 1997
Insiden penyakit ginjal terminal dan gagal jantung merupakan dua penyakit dimana hipertensi tetap sebagai penyebab utama. Tekanan darah tinggi hipertensi
adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Tekanan darah normal pada orang dewasa
≤ 13085 mmHg, sedangkan tekanan darah yang meningkat ≥ 14090 mmHg. Hipertensi yang tidak diterapi dan tidak terkendali dapat menyebabkan
kerusakan organ. Salah satu komplikasi yang di timbulkannya adalah penyakit gagal ginjal. Lawrence M Tierney, 2003
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari sepuluh orang dewasa. Tanpa pengendalian yang tepat dan cepat pada tahun 2015
penyakit ginjal diperkirakan bisa menyebabkan kematian hingga 36 juta penduduk dunia.
Http:www.kompas.com, diakses tanggal 03 Maret 2010
Universitas Sumatera Utara
Prevalensi GGK belum dapat diketahui dengan tepat oleh karena banyak pasien yang tidak bergejala atau dirujuk. Angka yang lebih tepat adalah banyaknya
pasien GGK yang masuk fase terminal oleh karena memerlukan atau menjalani dialysis. Dari data yang didasarkan atas kreatinin serum abnormal, saat ini
diperkirakan pasien GGK adalah sekitar 2000 per juta penduduk PJP. Dibandingkan dengan penyakit jantung koroner, strok, DM, dan kanker, angka ini jauh lebih kecil,
akan tetapi menimbulkan masalah besar oleh karena biaya pengobatannya amat mahal. Maxine A Papadakis, 2001
Dari data yang diperoleh di RSU Kabanjahe terkhusus dari ruang hemodialisa, jumlah pasien gagal ginjal yang menjalani terapi pengobatan yaitu cuci darah mulai
dibukanya ruangan ini pada bulan Mei 2008 hingga April 2010 cukup mengalami peningkatan. Jumlah pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa pada Mei
2008 hingga Desember 2008 berjumlah 59 orang dengan jumlah tindakan 386. Pada tahun 2009 pasien yang melakukan cuci darah sebanyak 119 orang dengan jumlah
tindakan 720 sedangkan pada tahun 2010 jumlah pasien terhitung sampai bulan April sebanyak 34 dengan jumlah tindakan 177. Jumlah keseluruhan pasien gagal ginjal
yang melakukan terapi hemodialisa adalah 312 orang dengan jumlah tindakan 1283. Perhitungan sementara kenaikan pasien gagal ginjal yang menjalani terapi dialisis dari
tahun 2008 himgga april 2010 berkisar 30 . Hal ini menunjukkan bahwa angka penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi dialisis di ruang hemodialisa
selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian diatas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisa kandungan elektolit tubuh terutama
kandungan natrium Na dan kalium K dalam serum darah pada penderita gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit hipertensi di rumah Sakit Umum
Kabanjahe¸dimana angka pasien yang harus di hemodialisa terus meningkat dari tahun ke tahun.
1.2 Rumusan Masalah