Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN TOTAL AKTIVA DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BARANG

KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

ELGINA BUNGARIA LUMBANTOBING 090502082

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

“Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage (Debt to Asset) terhadap Kinerja Keuangan (ROA)perusahaan barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan dari perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 dari website Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital MarketDirectory (ICMD), jurnal-jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi

(α) 5%. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar pada BEI. Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel pilihan. Dari metode ini, didapatkan 20 sampel perusahaan barang konsumsi dengan tahun pengamatan adalah lima tahun berurut, sehingga diperoleh sampel sebanyak 100 sampel.

Hasil uji-F menunjukkan bahwa Perputaran Total Aktiva dan Debt to Asset secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset dan hasil uji-t menunjukkan bahwa Perputaran Total Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadapReturn On Assetdan Debt to Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset.


(3)

ABSTRACT

The Effect of Total Asset Turnover and Leverage to Financial Performance Consumer Goods Companies in Indonesian Stock Exchange

The purposeof this studyis to knowandanalyze theeffect ofTotal Asset Turnoverand Leverage (Debt to Asset) to Financial Performance (ROA) consumer goods companies listed on the Indonesian Stock Exchange.

The data used in this study is secondary data. Secondary data obtained from the annual financial statements of listed consumer goods companies on the Stock Exchange during the period 2008-2012 from the Indonesian Stock Exchange website and the Indonesian Capital Market Directory (ICMD), journals and previous studies.Method of data analysis used in this study is a model of multiple regression analysis with a significance level (α) of 5%. Population in this research is that consumer goods companies listed on the IndonesianStock Exchange.Purposive sampling method is used to determine the sample selection. Of this method, 20 samples obtained consumer goods company with five years of observations is sequential, in order to obtain a sample of 100 samples.

F-test results showed that Total Assets Turnover and Debt to Asset jointly significant effect on return on assets and the t-test results showed that the Total Assets Turnover positive and significant impact on Return On Assets and Debt to Asset significantly and negatively related to return On Assets.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia” dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini ditemui beberapa kesulitan, namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pertama sekali, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Bapak Mardimpu Lumbantobing dan Mama Linen Sitorus Pane atas kasih sayang, nasihat, dan dukungan yang tanpa henti diberikan kepada peneliti. Kemudian pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum, MEc, Ak sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E sebagai Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.


(5)

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si sebagai Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Marhayanie, SE, M.Si sebagai Sekertaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si sebagai Dosen Pembimbing penulis. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau karena telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan pengertian.

6. Kepada dosen-dosen Universitas Sumatera Utara khususnya dosen-dosen Fakultas Ekonomi yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada penulis dengan baik dan penuh kesabaran.

7. Kepada Abangku Dedy Irwan Tobing, Adikku Imelda Lena Tobing, Hirap Januardi Tobing dan Risman Yosua Tobing serta keluarga besarku, terima kasih banyak atas doa dan dukungan yang kalian berikan.

8. Kepada Timku Marulitua Simbolon, Agnesia Tondang, Susii Siburian dan Adryan Singarimbun terimakasih atas kerjasama, dukungan dan semangatnya.

9. Kepada rekan- rekan seperjuangan di GMKI FE USU terkhusus buat Pengurus Komisariat m.b 2011-2012, Bg Agustinov, Bg Josri, Bg Sotardodo, Bg Ferry, Ka Widanny, Grace, Afrii, Rome, Tamba, Vevy, Lika, Robin, Valen, Headhi yang telah memberikan semangat dan dukungannya.

10.Kepada Kelompok Kecilku Bg Cyhardji Hutabarat, Erbina Meliana, Herico Tondang, Robi Marpaung atas doa dan dukungannya.


(6)

11.Kepada sahabat dan teman-temanku di Manajemen Novaria, Rebecca, Christin, Sarly Monica, Sri Juliana, Irene, Sri Asrulina serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Terimakasih atas cerita dan pengalaman baru serta semangat dan dukunganya.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Tinggilah iman kita, tinggilah ilmu kita dan tinggilah pengabdian kita. Ut Omnes

Unum Sint, Shalom.

Medan, Juli 2013


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan ... 9

2.1.2 Rasio Keuangan Perusahaan ... 10

2.1.3 Return On Assets ... 13

2.1.4 Rasio Aktivitas ... 13

2.1.5 Rasio Leverage ... 16

2.2 Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 20

2.4 Hipotesis Penelitian... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.3 Batasan Operasional ... 23

3.4 Definisi Operasional ... 24

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 25

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3.7 Jenis Data ... 28

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.9 Teknik Analisis ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 37

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal di Indonesia ... 37

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Barang Konsumsi ... 41

4.2 Hasil Penelitian ... 61

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 61


(8)

4.2.2.1Uji Asumsi Klasik ... 72

4.2.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 81

4.2.2.3 Pengujian Hipotesis ... 82

4.4 Pembahasan ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Rata-rata Total Aktiva, Hutang, dan Laba Bersih

Pada Perusahaan Barang Konsumsi Tahun 2008-2012 …. 5

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Sampel ... 26

Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Barang Konsumsi yang menjadi Sampel ... 27

Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 32

Tabel 4.1 Perputaran Total Aktiva Perusahaan Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012 ... 61

Tabel 4.2 Debt to Assets Perusahaan Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012 ... 65

Tabel 4.3 Return On Assets Perusahaan Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012 ... 68

Tabel 4.4 One Sampel Kolmogorov Smirnov Test ... 75

Tabel 4.5 One Sampel Kolmogorov Smirnov Test setelah transformasi Ln ... 76

Tabel 4.6 Hasil Uji Glejser ... 79

Tabel 4.7 Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 80

Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas ... 81

Tabel 4.9 Analisis Regresi Linier Berganda ... 81

Tabel 4.10 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 84

Tabel 4.11 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 85


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Rata-rata Penjualan Perusahaan Barang Konsumsi

Tahun 2008-2012 ... 4

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 22

Gambar 4.1 Histogram Dependent Variabel ... 73

Gambar 4.2 Normal P-Plot of Regresion Standardized Residual ... 74

Gambar 4.5 Grafik Histogram Setelah Transformasi Ln ... 77

Gambar 4.6 Normal P-Plot of Regresion ... 77

Gambar 4.7 Scatterplot Uji Heterokedastisitas Dependent Variabel LnY ... 78


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Daftar Perusahaan Barang Konsumsi

yang terdaftar di BEI ….………... 96 2 Data Perputaran Total Aktiva, Debt to Assets, dan

Return On Assets Tahun 2008-2012 ... 71 3 Hasil Pengolahan SPSS ... 100

.


(12)

ABSTRAK

“Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage (Debt to Asset) terhadap Kinerja Keuangan (ROA)perusahaan barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan tahunan dari perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 dari website Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital MarketDirectory (ICMD), jurnal-jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi

(α) 5%. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar pada BEI. Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel pilihan. Dari metode ini, didapatkan 20 sampel perusahaan barang konsumsi dengan tahun pengamatan adalah lima tahun berurut, sehingga diperoleh sampel sebanyak 100 sampel.

Hasil uji-F menunjukkan bahwa Perputaran Total Aktiva dan Debt to Asset secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset dan hasil uji-t menunjukkan bahwa Perputaran Total Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadapReturn On Assetdan Debt to Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset.


(13)

ABSTRACT

The Effect of Total Asset Turnover and Leverage to Financial Performance Consumer Goods Companies in Indonesian Stock Exchange

The purposeof this studyis to knowandanalyze theeffect ofTotal Asset Turnoverand Leverage (Debt to Asset) to Financial Performance (ROA) consumer goods companies listed on the Indonesian Stock Exchange.

The data used in this study is secondary data. Secondary data obtained from the annual financial statements of listed consumer goods companies on the Stock Exchange during the period 2008-2012 from the Indonesian Stock Exchange website and the Indonesian Capital Market Directory (ICMD), journals and previous studies.Method of data analysis used in this study is a model of multiple regression analysis with a significance level (α) of 5%. Population in this research is that consumer goods companies listed on the IndonesianStock Exchange.Purposive sampling method is used to determine the sample selection. Of this method, 20 samples obtained consumer goods company with five years of observations is sequential, in order to obtain a sample of 100 samples.

F-test results showed that Total Assets Turnover and Debt to Asset jointly significant effect on return on assets and the t-test results showed that the Total Assets Turnover positive and significant impact on Return On Assets and Debt to Asset significantly and negatively related to return On Assets.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan yang dilakukan setiap perusahaan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan, khususnya perusahan yang profit

oriented adalah memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh tersebut

selanjutnya akan digunakan untuk pengembangan perusahaan. Semakin ketatnya persaingan menyebabkan perusahaan- perusahaan berusaha untuk membenahi kinerjanya dengan berbagai strategi yang dilakukan.

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat melalui kondisi laporan laba rugi dan neraca perusahaan tersebut. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara perusahaan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Banyak rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, salah satunya adalah return on asset. Rasio ini mengukur ssberapa besar kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba. Sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja keuangan perusahaan. Laba bersih yang diperoleh perusahaan merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Penerimaan perusahaan berupa pendapatan usaha dan pendapatan lain- lain sedangkan pengeluaran perusahaan


(15)

berupa beban usaha dan beban lain- lain yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.

Setiap kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan selalu berhubungan dengan modal yang dibutuhkan perusahaan. Modal yang digunakan dalam setiap kegiatan operasional tersebut dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Modalinternal perusahaan berasal darihasil operasi berupa laba yang ditahan sedangkan modal eksternal perusahaan dapat berupa hutang dan modal sendiri atau dalam bentuk saham.

Hutang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dimana saatnya harus dikembalikan (Brigham, 2009:101). Perusahaan menilai sejauh mana perusahaan mengggunakan hutang dalam mendanai modalnya dengan menggunakan rasio hutang yang dimiliki perusahaan (Van Horne, 2005:209). Rasio hutang tersebut terdiri dari rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan rasio hutang

terhadap total aktiva (debt tototal asset ratio).

Rasio hutang terhadap ekuitas menjelaskan bahwa seberapa besar pendanaan dari hutang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas. Semakin rendah rasio hutang tehadap ekuitas maka semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rasio hutang terhadap total aktiva menjelaskan peran penting pendanaan hutang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Hutang yang dimiliki perusahaan digunakan untuk


(16)

mendanai modal perusahaan termasuk aktiva yang miliki oleh perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio hutang terhadap total aktiva maka akan semakin tinggi risiko keuangannya (Van Horne, 2005:210). Tetapi di sisi lain risiko keuangan yang tinggi harus diimbangi dengan kinerja keuangan perusahaan yang tinggi. Manajemen perusahaan harus dapat membuat kebijakan yang tepat dalam mengambil keputusan pendanaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaandalam bentuk aktiva yang digunakan dalam beroperasi agar dapat menghasilkan laba yang maksimal.

Perusahaan dalam mengambil setiap keputusan keuangan perusahaaan diharapkan dapat mempertimbangkan antara risiko dan profitabilitas dari setiap aktivitas perusahaan. Efisiensi perusahaan merupakan bukti perusahaan dapat menyeimbangkan risiko dan profitabilitas perusahaan. Perputaran total aktiva (modal) dapat mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk meningkatkan penjualan perusahaan (Van Horne, 2005:121) dengan kata lain dapat mengukur pendayagunaan aktiva perusahaan dalam meningkatkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran aktiva perusahaan maka semakin tinggi tingkat penjualan yang dimiliki perusahaan dengan menggunakan aktivanya dan akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Perputaran total aktiva yang rendah menunjukkan perusahaan tidak menghasilkan cukup banyak volume bisnis. Perusahaan sebaiknya melakukan langkah untuk meningkatkan penjualan, menjual beberapa aset atau konversi dari keduanya (Brigham dan Houston, 2009:100).


(17)

Perusahaan yang menjadi subjek penelitian ini adalah Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan sektor barang konsumsi terdiri dari beberapa sub sektor yaitu sub sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga dan sub sektor peralatan rumah tangga. Perkembangan industri barang konsumsi di Indonesia memiliki pengaruh yang cukup positif dalam beberapa segi khususnya dunia ekonomi. Indonesia yang sebagian besar pendapatan dalam negerinya berasal dari sektor pajak, sangat diuntungkan dengan berkembangnya industri barang konsumsi khususnya industri rokok karena pemerintah mengenakan tarif yang cukup tinggi bagi cukai rokok dan industi yang lainnya.

.

Sumber:

Gambar 1.1

Rata-Rata Penjualan Perusahaan Barang Konsumsi Tahun 2008-2012

Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perusahaan barang konsumsi di Bursa 0

2000000000000 4000000000000 6000000000000 8000000000000 10000000000000 12000000000000 14000000000000


(18)

tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil kegiatan operasional perusahaan yang semakin baik dan respon konsumen yang baik.Perputaran aktiva yang semakin tinggi juga dialibatkan oleh efektivitas perusahaan dalam mengelola aktivanya sehingga penjualan perusahaan semakin tinggi (Van Horne, 2005:212).

Peningkatan penjualan perusahaan setiap tahun dapat memberikan dampak positif terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Laba yang akan diterima oleh perusahaan akan semakin meningkat akibat pengelolaan aktiva dan keputusan pendanaan yang baik pada perusahaan. Data berikut ini memperlihatkan rata-rata total aktiva, total hutang, dan laba bersih perusahaan barang konsumsi.

Tabel 1.1

Data Rata-Rata Total Aktiva, Hutang dan Laba Bersih Pada Perusahaan Barang Konsumsi Tahun 2008-2012

Periode Total Aktiva Total Hutang Laba Bersih

2008 5,396,162,000,000 2,713,159,250,000 569,999,600,000 2009 4,812,760,604,828 2,191,641,441,537 723,524,050,980 2010 5,552,752,821,827 2,325,280,388,389 1,067,610,645,030 2011 6,437,061,588,285 5,986,699,803,700 5,968,342,818,343 2012 8,893,295,179,687 3,801,097,987,048 1,441,151,952,642

Sumber:

Dari data Tabel 1.1 menunjukkan bahwa laba bersih perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahun. Laba bersih perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahun menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba semakin meningkat sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin meningkat setiap tahun.


(19)

Rata-rata total aktiva yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami penurunan, hal tersebutmengindikasikan perusahaan menggunakan aktiva yang lebih kecil dalam menghasilkan laba yang diperoleh pada tahun 2009 sedangkan pada tahun 2010 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan yang mengindikasikan perusahaan menggunakan aktiva yang lebih banyak dalam menghasilkan laba yang diperoleh setiap tahunnya Data tersebut menyatakan bahwa penggunaan dan pengelolaan aktiva perusahaan dengan baik sehingga meningkatkan pejualan yang dimiliki perusahaan. Penjualan perusahaan yang semakin meningkat mengakibatkan laba bersih perusahaan akan semakin meningkat sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin baik.

Rata-rata total hutang yang dimiliki perusahaan dalam tabel 1.1 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan proporsi pendanaan perusahaan melalui hutang pada tahun 2010 dan 2011 sedangkan pada tahun 2009 dan 2012 terjadi penurunan. Peningkatan hutang perusahaan akan mengakibatkan risiko keuangan perusahaan semakin tinggi. Pendanaan hutang yang semakin tinggi mengindikasikan laba perusahaan akan semakin tinggi. Perubahan leverage perusahaan tersebut akan memberikan dampak yang baik terhadap kinerja keuangan perusahaan jika perusahaan memiliki manajemen hutang yang baik. Peningkatan total hutang yang diikuti peningkatan laba bersih pada data tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengelola risiko dengan baik dengan manajemen hutang yang baik.


(20)

dengan judul penelitian ini adalah “Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah perputaran total aktiva dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia? “

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumuan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perputaran total aktiva dan leverage terhadap kinerja keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Manajer Perusahaan

Sebagai bahan kajian dan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menetapkan strategi perusahaan kedepan dalam peningkatan kinerja keuangan perusahaan melalui perputaran total aktiva dan leverage perusahaan. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya


(21)

Sebagai bahan informasi, referensi dan perbandingan untuk meneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian.

3. Bagi Peneliti

Sebagai bahan kajian dan referensi untuk pengembangan wawasan dan pola pikir peneliti terutama berkaitan dengan perputaran total aktiva, leverage dan kinerja keuangan perusahaan.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan (Financial Performance)

Setiap perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan dari pemegang sahamnya. Menurut Facruddin (2011), kesejahteraan para pemegang saham dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance) yang

baik, dimana kinerja perusahaan merupakan prestasi kerja perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui analisis rasio keuangan perusahaan.

Menurut Sucipto (2003), kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus- menerus oleh manajemen. Di dalam metode penilaian kinerja keuangan, perusahaan harus didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan yang berlaku.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan perusahaan.Analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.


(23)

Laporan keuangan umumnya menyediakan data mentah, dan membutuhkan manajer keuangan untuk mengolahnya sehingga dapat menjadi sebuah informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Analisis Laporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio Keuangan merupakan “indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya” (Van Horne, 2005: 202). Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi dan kinerja perusahaan. Dari rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

Hasil rasio keuangan ini juga digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam satu periode, apakah sudah mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian dapat juga menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

Menurut Kasmir (2008 : 105) analisis keuangan suatu perusahaan, dengan menggunakan rasio keuangan dapat digolongkan sebagai analisis:

1. Rasio neraca: yaitu rasio yang membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca

2. Rasio laporan laba rugi: yaitu rasio yang membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi

3. Rasio antarlaporan: yaitu rasio yang membandingkan angka-angka dari dua sumber (data campuran) baik yang ada di neraca, maupun yang ada di laporan laba rugi


(24)

Teknik analisis keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sangat umum dilakukan oleh perusahaan, untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan saat ini . Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Banyak peneliti membagi rasio keuangan dalam berbagai jenis rasio. Bentuk- bentuk rasio keuangan menurut beberapa ahli adalah:

Menurut J. Fred Wetson (2004 :202), rasio keuangan ada tiga jenis yaitu:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), terdiri dari:

a) Rasio lancar (Current Ratio)

b) Rasio perputaran kas

c) Rasio utang terhadap kekayaan bersih

2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio), yang terdiri dari:

a) Rasio laba bersih

b) Tingkat laba atas penjualan c) Tingkat laba atas akuntansi

3. Rasio Efisiensi ( Activity Ratio),Terdiri dari:

a) Waktu pengumpulan piutang

b) Perputaran persediaan ( Inventory Turn Over)

c) Rasio aktiva terhadap nilai bersih (Total Asset Turn Over)

d) Rasio Perputaran investasi

James C Van Horne (2005:204) Mengemukakan empat bentuk rasio keuangan yaitu:


(25)

a) Rasio lancar (Current Ratio)

b) Rasio sangat lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

c) Rasio Perputaran Kas 2. Rasio Leverage

a) Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang (Debt

Ratio)

b) Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)

c) Lingkup arus kas (Cash Flow Coverage)

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

a) Perputaran sediaan (Inventory Asset Turn Over)

b) Rata-rata jangka waktu penagihan/ perputaran piutang (Avarage

Collection Period)

c) Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over)

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

a) Margin laba bersih b) Pengembalian investasi c) Pengembalian ekuitas


(26)

Return On Asset (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Return On Asset (ROA) merupakan pengukuran

kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan perusahaan. Return On Asset dapat dihitung dengan membandingkan antara keuntungan setelah pajak (earning after

tax) dengan total aktiva.

ROA=��������� ℎ������ ℎ�����

��������� X 100 % 2.1.4 Rasio Aktivitas

Rasio aktivas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya, juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas juga digukan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Rasio ini digunakan untuk mengukur hari rata-rata sediaan tersimpan digudang, perputara modal kerja, perputara aktiva tetap dalam satu periode. Rasio aktivitas diperoleh dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode

Secara umum, rasio aktivitas yang ada digunakan, akan mampu memperlihatkan efektivitas perusahaan secara maksimal. Adapun jenis-jenis rasio aktivitas (Van Horne 2005:211) yaitu:


(27)

Perputaran piutang (receivable turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Rasio ini menunjukkan berapa kali piutang usaha telah berputar menjadi kas selama tahun tersebut. Semakin tinggi perputan piutang suatu perusahaan maka semakin pendek waktu antara penjualan kredit dan peagihan tunainya.

Untuk menghitung rasio kredit tahunan bersih dan nilai piutang Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Perputaran sediaan

=

Penjualan kredit tahunan bersih

Piutang

Apabila rasio perputaran piutang suatu perusahaan rendah, ini merupakan indikasi kurangnya kebijakan penagihan terhadap piutang perusahaan dan sejumlah tagihan yang jatuh tempo masih berada dalam catatan perusahaan. Demikian pula apabila perputaran piutang tinggi berarti perusahaan bekerja secara efisien dalam penagihan piutang perusahaan. Hal ini mengakibatkan tidak terjadi penumpukan modal pada pihak lain berupa piutang.

2. Perputaran Sediaan

Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini

berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran sediaan (inventory turn over). Dapat diartikan pula bahwa


(28)

barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula sebaliknya.

Untuk menghitung rasio perputaran sediaan dilakukan dengan dua yaitu: pertama, membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan nilai sediaan, dan kedua, membandingkan antara penjualan dan nilai sediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Perputaran sediaan

=

Penjualan

Sediaan

Apabila rasio perputaran sediaan suatu perusahaan tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran sediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang sediaan yang menumpuk. Hal ini mengakibatkan investasi dalam pengembalian yang rendah.

3. Total Assets Turn Over

Total Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Rasio total assets turn over diperoleh dengan cara

membandingkan penjualan dengan total aktivaRasio ini memperlihatkan seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk mengingkatkan penjualannya dan mengindikasi perusahaan bekerja mendekati kapasitas ( Brealey, 2006:79). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


(29)

Rasio Total Asset Turn over = Penjualan

Total Aktiva

Bila rasio total asset turnover suatu perusahaan rendah hal ini berarti

perusahaan belum mampu memaksimalkan aktiva yang dimiliki. Dalam hal ini perusahaan diharapkan untuk meningkatkan lagi pejnualannya dan mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif.

Semakin tinggi rasio total asset turnoverberarti semakin efisien

penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan dengan kata lain jumlah aset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila perputaran total aktivanya ditingkatkan atau diperbesar. Perputaran taotal aktiva ini penting bagi para kreditur dan manajemen perusahaan karena hal ini menunjukkan efisiensi penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan (Syamsuddin, 2000:62).

2.1.5 Rasio Leverage (Hutang)

Hutang dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagaikewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Hutang digunakan perusahaan sebagai sumber dana eksternal untuk membiayai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan.

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur (Munawir, 2004:18). Pendanaan melalui


(30)

hutang memilliki 3 (tiga) implikasi penting, yaitu (Brigham & Houston, 2006:101):

1. Dengan memperoleh dana melalui hutang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.

2. Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai suatu batasan keamanan sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham maka semakin kecil risiko yang harus dihadapi kreditor

3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai denga hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar.

Rasio hutang merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang dan sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam (Van Horne, 2005:209). Rasio hutang dapat diukur dengan menggunakan debt to asset ratio (rasio hutang terhadap aktiva) dan debt to equity

ratio (rasio hutang terhadap ekuitas).

a. Debt to Asset Ratio

Rasio ini menekankan peda peran penting pendanaan hutang bagi perusahaan denga menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang (Van Hornre, 2005:210). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Debt to Asset Ratio=���������


(31)

Semakin tinggi debt to asset ratio maka semakin besar risiko keuangan

perusahaan, sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin rendah risiko keuangan perusahaan. Hal tersebut diakibatkan oleh semakin besar persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham sehingga semakin besar jaminan perlindungan yang didapat oleh kreditor perusahaan.

b. Debt to Equity Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini dihung dengan rumus sebagai berikut:

Debt to Asset Ratio= ���������

������ x 100%

Semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan oleh pemegang saham sehingga perlingungan terhadap kreditor akan semakin tinggi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Annizti (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Rasio Modal Kerja dan Hutang dengan Rentabilitas Ekonomi Pada Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis hubungan rasio modal kerja yang terdiri dari working capital turnover, receivable turnover,

inventory turnover,dan utang yang terdiri dari debt to equity ratio dan debt to

assets ratio dengan rentabilitas ekonomi pada industry Rokok di Bursa Efek

Indonesia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel working capital turnover,

receivables turnover, inventory turnover memiliki hubungan yang positip dan


(32)

memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan rentabilitas ekonomi pada industry rokok di Bursa Efek Indonesia.

Falentina Hutagaol (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Aktivitas terhadapa ROI Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh current ratio, debt ratio,debt to equity ratio, fix ased

turnover, account receivabel turnover, inventory turnover terhadap retun on

investment pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial debt to equity ratio dan

inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap ROI sedangkan current ratio,

debt ratio, fixed ased turnover, account receivabel turnover memiliki pengaruh

tidak signifikan terhadap ROI.

Rina G Silitonga (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja dan Rasio Hutang dengan Rentabilitas ROI pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh, working capital turnover, total assetturnoverdan

debt to assset ratio terhadap retun on investment pada perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwatotal asset

turnoverdan debt to assset ratio secara parsialberpengaruh positif dan signifikan

terhadap ROI sedangkan working capital turnover memiliki pengaruh tidak

signifikan terhadap ROI.


(33)

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina dan Sri Mulyani, 2007:28). Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Kinerja keuangan perusahaandipengaharui oleh setiap kegiatan operasional perusahaan tersebut. Perusahaan diharapkan dapat mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan keuntungan dari setiap kegitan operasional yang dilakukan.

Efektivitas merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh perusahaan dalam peningkatan kinerjanya. Perputaran total aktiva perusahaan dapat mengukur seberapa efektif perusahaan mengggunakan aktivanya untuk penjualan perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran tital aktiva perusahaan maka akan semakin tinggi penjualannya dan tentunya memberikan peningkatan terhadap profitabilitas perusahaan.

Sumber dana yang digunakan untuk membiayai kebutuhan perusahaan berasal dari dalam dan luar perusahaan. Sumber dana dari dalam perusahaan berasal dari hasil operasi berupa laba yang ditahan sedangkan sumber dana dari luar perusahaan dapat berupa hutang dan modal sendiri .

Hutang adalah sumber pendanaan dari luar perusahaan berupa kewajiban yang dibayarkan kepada kreditor. Rasio hutang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan hutang untuk mendanai kebutuhan perusahaan. Debt to asset ratio menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan


(34)

yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi persentase hutang dalam membiayai aktiva maka semakin besar jumlah modal yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan. Debt to equity ratio menunjukkan perbandingan antara hutang dan

ekuitas yang dimiliki perusahaan.

Rasio hutang menjelaskan indikasi umum tentang nilai kredit dan risiko keuangan perusahaan (Van Horne, 2005:209). Semakin tinggi rasio hutang suatu perusahaan maka risiko yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi tetapi di sisi lain kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan semakin tinggi jika perusahaan memiliki manajemen hutang yang baik.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :

Sumber: Van Horne (2005)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Return on Asset (Y) Perputaran Total Aktiva (�1)


(35)

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual, penelitian ini akan membangun hipotesis dalam menguji hubungan bagaimana masing-masing variabel independen berhubungan dengan variabel dependen.

Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka ini adalah sebagai berikut : “Perputaran total aktiva dan debt

to asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset pada


(36)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan hubungan kausal, sebab tujuan penelitian berusaha menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis. Menurut Rochaety,dkk (2009:17), penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui pemanfaatan media internet dengan situs

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2013 sampai Juli 2013.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan data laporan keuanganperusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012.


(37)

3. Variabel Dependent (Y) adalah kinerja keuangan perusahaan yaitu berupa return on asset (ROA).

3.4 Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.4.1 Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah perputaran total aktiva dan leverage.

1. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)(�1)

Rasio ini memperlihatkan seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk mengingkatkan penjualannya dan mengindikasi perusahaan bekerja mendekati kapasitas ( Brealey, 2006:79). Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Total Asset Turnover = ���������

����� ������x 100% 2. Debt to Asset(�2)

Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan hutang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang (Van Horne, 2005:210). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Debt to Asset Ratio= ���������


(38)

3.4.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keungan perusahaan yang diproyeksikan melalui Return on Asset (ROA). Return On Asset (ROA)

merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan perusahaan. Return On Asset dapat dihitung dengan membandingkan antara keuntungan setelah pajak (earning after tax) dengan total aktiva.

ROA=����� ���� ℎ������ ℎ�����

��������� X 100 %

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio. Dengan menggunakan laporan keuangan sebagai instrumen untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti.


(39)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:103). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 30 perusahaan.

Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu (purposive sampling) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel

yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Sampel yang

digunakan dalam penelitian adalah sampel yang memenuhi kriteria berikut : 1. Perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008

sampai dengan tahun 2012.

2. Perusahaan barang konsumsi dengan laporan keuangan yang dipublikasikan dengan lengkap mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

3. Perusahaan barang konsumsi memiliki laba bersih pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan barang konsumsi yang go publ ic di BEI mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012

30 2 Perusahaan barang konsumsi yang tidak mempublikasikan

laporan keuangan mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012

(5) 3 Perusahaan barang konsumsi yang mengalami rugi mulai

tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 (5)


(40)

Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas, maka penarikan sampel penelitian diperoleh berjumlah 20 perusahaan dan perusahaan tersebut menjadi sampel penelitian. Data perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Barang Konsumsi yang Menjadi Sampel

No Kode Nama Perusahaan

1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2 DLTA Delta Djakarta Tbk

3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 4 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 5 MYOR Mayora Indah Tbk

6 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 7 SKLT Sekar Laut Tbk

8 STTP Siantar Top Tbk

9 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 10 GGRM Gudang Garam Tbk

11 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 12 INAF Indofarma Tbk

13 KAEF Kimia Farma Tbk 14 KLBF Kalbe Farma Tbk

15 MERK Merck Tbk

16 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 17 MRAT Mustika Ratu Tbk 18 TCID Mandom Indonesia Tbk 19 UNVR Unilever Indonesia Tbk


(41)

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan berupa laporan tahunan dan informasi tambahan yang terdapat dalam situs resmi Bursa Efek Indonesia.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.

3.9 Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi.

3.9.1 Analisis Deskriptif

Teknik analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data- data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

3.9.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh perputaran total aktiva dan leverage berupa debt to asset ratio terhadap kinerja keuangan berupa return on


(42)

asset(ROA) perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2008-2012. Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Return on Asset

a = Konstanta

X1 = Perputaran Total Aktiva

X2 = Debt to Asset

b 1 = Koefisien regresi variabel X1

b 2 = Koefisien regresi variabel X2

e = Standard error

3.9.3 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan bantuan program software SPSS 17.0 for

Windows (Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Sebelum

melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa dilakukan pengujian asumsi klasik. Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas data populasi. Hasil uji normalitas yang baik adalah bentuk distribusi normal atau mendekati normal. Jika data berdistribusi normal, titik-titik plotnya harus


(43)

berada pada suatu garis lurus. Sedangkan jika titik-titik tersebut membentuk seperti huruf S, maka menunjukkan bahwa data menjulur (skew) (Rochaety

et.al, 2009:104). Uji ini juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data residual berdistribusi normal

Ha = data rasidual tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%. Jika nilai Asymp.Sig

(2 tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual

berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed)< taraf nyata

(α), maka H0 diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.

b. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan

suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).


(44)

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter plot). Analisis pada gambar scatter plot yang

menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas (Nugroho, 2005:63) jika:

1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk bola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila signifikansi>


(45)

dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, dan begitu sebaliknya.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson test. Untuk mendeteksi ada

tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson(DW)

dengan ketentuan sebagai berikut:

Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Jika Keputusan

Tidak ada autokorelasi positif 0<DW<dL Ditolak

Tidak ada autokorelasi positif DL< DW < dU No decision

Tidak ada autokorelasi negatif 4-dL< DW < 4 Ditolak

Tidak ada autokorelasi negatif 4-dU< DW <4-dL No decision

Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif

dU < DW < 4-dU Tidak ditolak

Sumber: Situmorang dan Lufti (2011) Keterangan:

dL = Batas bawah

dU = Batas Atas


(46)

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara veriabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan

sebagai berikut:

1. Bila VIF >5 terdapat masalah multikolinieritas 2. Bila VIF<5 tidak terdapat masalah multikolinieritas

3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas 4. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.

3.9.4 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, yaitu melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

1.Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

H0:b1=�2=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara

bersamaan dari perputaran total aktivadan debt to asset

ratio terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang


(47)

Ha: minimal satu �≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara

bersamaan dari perputaran total aktivadan debt to asset

ratio terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang

konsumsi di Bursa Efek Indonesia

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F >

0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara

bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05 maka Haditerima, artinya ada pengaruh yang signifikan

secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

2.Uji Signifikansi Parsial (uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

Perputaran Total Aktiva

H0 : b1 = 0, artinya perputaran total aktivatidak berpengaruh yang

signifikan terhadap return on asset (ROA) perusahaan


(48)

H0 : b1 ≠ 0, artinya perputaran total aktivaberpengaruh yang signifikan

terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang

konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

Debt to Asset

H0 : b2 = 0, artinya debt to asset ratio tidak berpengaruh yang signifikan

terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang

konsumsidi Bursa Efek Indonesia.

H0 : b2 ≠ 0, artinya debt to asset ratio berpengaruh yang signifikan

terhadap return on asset (ROA) perusahaan barang

konsumsidi Bursa Efek Indonesia.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t> 0,05 H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel

bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t< 0,05 Ha diterima,

artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel.

Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

H0 diterima jika- ttabel< thitung < ttabel pada α = 5%


(49)

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi

oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya

persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R2 (koefisien determinan mengukur

proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas).

Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik

regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal Di Indonesia

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Perkembangan pasar modal Indonesia mengalami pasang dan surut, seirama dengan perjalanan Negara Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda, misalnya, pasar modal Indonesia pernah mengalami pasang. Kemudian, seiring dengan berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia, pasar modal juga mengalami kemunduran. Selanjutnya, saat negara Indonesia mengalami kemelut (termasuk kesulitan ekonomi), pada tahun 1960-an, pasar modal juga tidak bisa menunjukkan aktivitas yang baik. Catatan terakhir menunjukkan, pasar modal Indonesia mengalami masa pasang ketika pembangunan ekonomi yang dilakukan sejak Orde Baru mulai menunjukkan hasil pada ahir tahun 1980-an. Pada tahun 1997, ekonomi Indonesia dilanda krisis moneter yang menyebabkan pasar modal juga terkena imbasnya.

Kegiatan perdagangan saham sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu ketika nama Indonesia masih Hindia Belanda. Kegiatan perdagangan efek di Batavia (sekarang Jakarta) dimulai pada tanggal 14 desember 1912, Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.


(51)

Kegiatan ini ditutup ketika Perang Dunia II berlangsung (1940). Pada waktu itu, perdagangan efek tidak terorganisasi dengan baik sehingga sulit untuk mendapatkan data historis tentang kemajuan perdagangan.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Bursa efek Indonesia memaparkan tentang perkembangan pasar modal di Indonesia

dalam situsnya

1. 14 Desember 1912: Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.

2. 1914-1918: Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Duni I.

3. 1925-1942: Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan bursa efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939: Karena isu politik (Perang Dunia II) bursa efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. 1942-1952: Bursa efek di Jakarta di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

6. 1952: Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan Undang-Undang Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah Republik Indonesia (tahun 1950).


(52)

7. 1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda, bursa efek mengalamai kelesuan.

8. 1956-1977: Perdagangan di bursa efek mengalami kevakuman.

9. 10 Agustus 1977: Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Suharto. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dijalankan BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai hari berdirinya Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

10. 1977-1987: Perdagangan di bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrument pasar modal.

11. 1987: Pemerintah mengeluarkan Paket Des 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

12. 1988-1990: Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta (BEJ) terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

13. 2 Juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14. Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket Des 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan


(53)

15. 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

16. 13 Juli 1992: Swastanisasi Bursa Efek Jakarta (BEJ). BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai hari berdirinya Bursa Efek Jakarta.

17. 22 Mei 1995: Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

18. 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal yang diberlakukan mulai Januari 1996.

19. 1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

20. 2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21. 2002: Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai mengaplikasikan system perdagangan jarak jauh (remote trading).

22. 2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

23. 2 Maret 2009: Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.


(54)

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Barang Konsumsi 1. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) didirikan pada tanggal 26 Januari 1990 dengan nama PT Asia Intiselera. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Sedangkan kegiatan usaha entitas anak meliputi usaha industri mie dan perdagangan mie, khususnya mie kering, mie instan dan bihun, snack, industri biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit, pembangkit tenaga listrik, pengolahan dan distribusi beras.

Kantor pusat Perusahaan berada di Jakarta. Lokasi pabrik mie kering, biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa Tengah. Usaha perkebunan kelapa sawit terletak di beberapa lokasi di Sumatera dan Kalimantan. Usaha pengolahan dan distribusi beras terletak di Cikarang, Jawa Barat dan Sragen, Jawa Tengah.

Pada tanggal 14 Mei 1997, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham Perdana 45 juta saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan Harga Penawaran Rp950,- kepada masyarakat. Pada tanggal 11 Juni 1997, saham tersebut telah efektif dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI).


(55)

PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan memulai kegiatan usaha komersia pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur – Jawa Barat. Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970.

DLTA merupakan salah satu anggota dari San Miguel Group, Filipina. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DLTA yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “San Mig Light” dan “Kuda Putih”. DLTA juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku”.

Pada tahun 1984, DLTA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham(IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 347.400 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Februari 1984.

3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk

PT Indofood Sukses Makmur merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman terbesar di Indonesia yang


(56)

cikal bakalnya berasal dari PT Sarimi Asli Jaya pada tahun 1984 yang kemudian bergabung dengan PT Sanmaru Food Manufacturing tahun 1984, PT Supermi Indonesia pada tahun 1986 dan berhasil mengakuisisi PT Sari Pangan Nusantara pada tahun 1989 yang kemudian berganti nama menjadi PT Pangan Jaya Intikusuma pada tahun 1990 yang diprakarsai oleh Sudono Salim. Hingga kemudian pada tahun 1994 PT Pangan Jaya Intikusuma berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Satu tahun kemudian PT Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan tepung skala nasional bernama Bogasari yang dikenal dengan berbagai produk-produk unggulan diantaranya adalah tepung beras Rosebrand, tepung terigu Kunci Biru, Segitiga Biru, Cakra Kembar, Lencana Emas dan masih banyak lagi produk-produk unggulan dari Bogasari lainnya.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk sendiri pada saat ini memiliki lebih dari 40 produk yang terbagi menjadi beberapa segmentasi dan divisi, diantaranya yaitu:

1. Divisi Makanan Ringan (snack) dengan produk Chitato, Chiki, JetZ, Qtela, Cheetos, Lays dan Trenz.

2. Divisi Mie Instan (noodles) dengan produk Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop Bihun

3. Divisi Susu (dairy) dengan produk Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi, Kremer, Crima, Nice Yogurt, Orchid Butter, Indoeskrim


(57)

4. Divisi Penyedap Makanan (seasoning) dengan produk Bumbu Racik, Freiss, Sambal Indofood, Kecap Indofood, Maggi, Piring Lombok, Bumbu Instant Indofood

5. Divisi Nutrisi dan Susu Formula (nutrition) dengan produk Promina dan SUN

6. Divisi Kemasan (packing)

Pada tahun 2005 PT Indofood Sukses Makmur Tbk membentuk

perusahaan kerjasama bersama dengan

sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan di wilayah Kalimantan Barat yang kemudian diikuti oleh kepemilikan saham perusahaan Pacsari Pte yang bergerak di bidang perkapalan sebesar 55% pada tahun 2006.Hingga tahun 2012 semester pertama, PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah tercatat memiliki penghasilan yang mencapai sebesar Rp 24,58 Trilyun atau naik sebesar 12,5% pada tahun sebelumnya yang berkisar antara Rp 21 Trilyun. Dengan visi dan misi menjadi salah satu perusahaan penghasil pangan terbesar, PT Indofood Sukses Makmur Tbk kini telah bertransformasi menjadi salah satu perusahaan pangan dengan penghasilan terbesar di Indonesia.

4. PT Multi Bintang Indonesia Tbk

PT Multi Bintang Indonesia Tbk

nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1929. Kantor pusat MLBI berlokasi di Talavera Office Park Lantai 20, Jl. Let. Jend. TB. Simatupang Kav. 22-26, Jakarta 12430, sedangkan


(58)

pabrik berlokasi di Jln. Daan Mogot Km.19, Tangerang 15122 dan Jl. Raya Mojosari – Pacet KM. 50, Sampang Agung, Jawa Timur.

MLBI adalah bagian dari Grup Asia Pacific Breweries dan Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Fraser & Neave Ltd. (Asia Pacific Breweries) dan Heineken N.V. (Heineken) Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MLBI beroperasi dalam industri bir dan minuman lainnya.

Pada tahun 1981, MLBI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) MLBI kepada masyarakat sebanyak 3.520.012 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.570,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 1981.

5. PT Mayora Indah

PT Mayora Indah Tbk merupakan salah satu perusahaan produksi pangan di Indonesia yang telah hadir sejak 17 Februari 1977. Semenjak beberapa dekade, PT Mayora Indah Tbk yang awalnya hanya merupakan industri biskuit rumahan telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan besar dan berkembang pesat dengan merk-merk makanan yang dikenal baik oleh masyarakat dan begitu laris di pasaran.

PT Mayora Indah Tbk yang merupakan produsen dari merk-merk terkenal seperti minuman energi Energen, kopi Torabika, Astor, permen Kopiko, biskuit Roma, Better dan lain sebagainya menjadi salah satu


(59)

perusahaan penyedia barang-barang konsumsi yang terbesar di Indonesia. Pada tahun 1990 PT Mayora Indah Tbk akhirnya mencatatkan diri di Bursa Efek Jakarta dan kemudian beralih menjadi perusahan milik publik atau Tbk.

Pertumbuhan pangsa pasar yang pesat di tanah air pada akhirnya semakin mendorong PT Mayora Indah Tbk untuk melakukan bisnis bukan hanya terbatas hanya tingkat nasional saja, akan tetapi juga melakukan ekspansi pasar ke berbagai wilayah di beberapa negara di dunia, khususnya Asia. Disamping melakukan penjualan produk ke berbagai wilayah negara, PT Mayora Indah Tbk juga membangun banyak fasilitas produksi seperti pabrik dan kantor-kantor pemasaran di Asia.

Keberhasilan PT Mayora Indah Tbk tentu saja tak terlepas dari beberapa faktor penting seperti pengelolaan manajemen, pengelolaan distribusi, logistik serta gudang yang baik serta produk-produknya yang berkualitas hingga akhirnya pada tahun 2009 PT Mayora Indah Tbk mendapat dua sebuah penghargaan sekaligus yaitu penghargaan "Top 100 Perusahaan Eksporti Indonesia" versi majalah Swa dan termasuk dalam kandidat "5 Perusahaan Manajamen Terbaik Indonesia" versi Asia Money. Sedangkan pada tahun 2010, PT Mayora Indah Tbk berhasil mencatatkan diri sebagai "Perusahaan Peraih Posisi Pertama di Sektor Makanan dan Minuman" yang diberikan oleh Majalah Investor Indonesia serta meraih predikat "Produsen Terbaik Produk Halal" oleh MUI pada tahun 2004.


(60)

6. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk

PT Prasidha Aneka Niaga Tbk

dengan nama PT Aneka Bumi Asih dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Kantor pusat PSDN terletak di Gedung Plaza Sentral, Lt. 20, Jln. Jend. Sudirman No. 47, Jakarta 12930 dan pabriknya berlokasi di Jl. Ki Kemas Rindho, Kertapati, Palembang. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PSDN adalah bergerak dalam bidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi.

Pada tahun 1994, PSDN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) PSDN kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Oktober 1994.

7. PT Sekar Laut Tbk

PT Sekar Laut Tbk

secara komersial pada tahun 1976. Kantor pusat SKLT berlokasi di Wisma Nugra Santana, Lt. 7, Suite 707, Jln. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220 dan Kantor cabang berlokasi di Jalan Raya Darmo No. 23-25, Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo II/17 Sidoarjo. SKLT tergabung dalam Sekar Grup. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SKLT meliputi bidang industri pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal dan bumbu masak serta menjual produknya di dalam negeri maupun di luar negeri.


(61)

Pada tahun 1993, SKLT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) SKLT kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.300,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 September 1993.

8. PT Siantar Top Tbk

PT Siantar Top Tbk (STTP) didirikan tanggal 12 Mei 1987 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan September 1989. Perusahaan berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera Utara) dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle), kerupuk (crackers) dan kembang gula (candy). Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, khususnya Asia.

9. PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ) didirikan tanggal 2 Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Perusahaan memiliki kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang Kabupaten Bandung 40552.


(62)

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Di bidang minuman Perusahaan memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman kesehatan, yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton aseptik. Di bidang makanan Perusahaan memproduksi susu kental manis, susu bubuk, dan konsentrat buah-buahan tropis. Perusahaan memasarkan hasil produksinya dengan cara penjualan langsung (direct selling), melalui pasar modern (modern trade). Penjualan langsung dilakukan ke toko-toko, P&D, kios-kios,dan pasar tradisional lain dengan menggunakan armada milik Perusahaan. Penjualan tidak langsung dilakukan melalui agen/ distributor yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Perusahaan juga melakukan penjualan ekspor ke beberapa negara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, tanggal 15 Mei 1990 Perusahaan memperoleh ijin untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering) sebanyak 6.000.000 saham dengan harga perdana Rp7.500,- per saham.

10. PT Gudang Garam Tbk

PT Gudang Garam, Tbk. merupakan produsen rokok kretek terkemuka di Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo(Tjoa Ing Hwie ) dan perusahaan ini merupakan perusahaan tertua dan terbesar di Indonesia dalam


(63)

produksi rokok kretek. Perusahaan Gudang Garam, Tbk. berletak di Kediri Jawa Timur.

PT Gudang Garam, Tbk. memiliki fasilitas percetakan kemasan rokok, dan di samping itu juga memiliki dua anak perusahaan utama yaitu PT Surya Pemenang, yang memproduksi kertas karton untuk kemasan, dan PT Surya Madistrido, sebagai distributor tunggal produk PT Gudang Garam, Tbk. Dua anak perusahaan lainnya yang belum secara komersial beroperasi adalah PT Graha Surya Media, yang bergerak dalam bidang jasa hiburan, dan PT Surya Air, yang akan menjadi penyedia jasa pengangkutan udara niaga tidak berjadwal. Dan pada 21 September 2012 mendirikan anak perusahaan baru bernama Surya Inti Tembakau yang berfokus pada bidang pengolahan tembakau.

PT. Gudang Garam, Tbk. memiliki visi yaitu menjadi perusahaan terkemuka kebanggaan nasional yang bertanggung jawab dan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham, serta manfaat bagi segenap pemangku kepentingan secara berkesinambungan.

Sedangkan pada misinya tertuang dalam Catur Dharma yang menjadi

filosofi tata kelola perusahaan ( Good Corporate Governance) yang menjadi nilai

panduan bagi setiap karyawan, masyarakat, dan pemegang saham.Catur

Dharma tersebut yaitu :

1. Kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas merupakan suatu kebahagiaan.


(64)

2. Kerja keras, ulet, jujur, sehat dan beriman adalah prasyarat kesuksesan.

3. Kesuksesan tidak dapat terlepas dari peranan dan kerjasama dengan orang lain.

4. Karyawan adalah mitra usaha yang utama.

11. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk

Sejarah dan keberhasilan PT HM Sampoerna Tbk. ("Sampoerna") tidak terpisahkan dari sejarah keluarga Sampoerna sebagai pendirinya.Pada tahun 1913, Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Cina, mulai membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya, Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek maupun rokok putih.

Popularitas rokok kretek tumbuh dengan pesat. Pada awal 1930-an, Liem Seeng Tee mengganti nama keluarga sekaligus nama perusahaannya menjadi Sampoerna, yang berarti ”kesempurnaan”. Setelah usahanya berkembang cukup mapan, Liem Seeng Tee memindahkan tempat tinggal keluarga dan pabriknya ke sebuah kompleks bangunan yang terbengkalai di Surabaya yang kemudian direnovasi olehnya.

Bangunan tersebut kemudian juga dijadikan tempat tinggal keluarganya, dan hingga kini, bangunan yang dikenal sebagai Taman Sampoerna tersebut masih memproduksi kretek linting tangan. Bangunan tersebut kini juga meliput i


(65)

sebuah museum yang mencatat sejarah keluarga Sampoerna dan usahanya, serta merupakan salah satu tujuan wisata utama di Surabaya

Generasi ketiga keluarga Sampoerna, Putera Sampoerna, mengambil alih kemudi perusahaan pada tahun 1978. Di bawah kendalinya, Sampoerna berkembang pesat dan menjadi perseroan publik pada tahun 1990 dengan struktur usaha modern, dan memulai masa investasi dan ekspansi. Selanjutnya Sampoerna berhasil memperkuat posisinya sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia.

Keberhasilan Sampoerna menarik perhatian Philip Morris International Inc. (“PMI”), salah satu perusahaan rokok terkemuka di dunia. Akhirnya pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris Indonesia, afiliasi dari PMI, mengakuisisi kepemilikan mayoritas atas Sampoerna.

Jajaran Direksi dan manajemen baru yang terdiri dari gabungan profesional Sampoerna dan PMI meneruskan kepemimpinan Perseroan dengan menciptakan sinergi operasional dengan PMI, sekaligus tetap menjaga tradisi dan warisan budaya Indonesia yang telah dimilikinya sejak hampir seabad lalu.

12. PT Indofarma Tbk

PT Indonesia Farma Tbk disingkat PT Indofarma (Persero) Tbk didirikan tanggal 02 Januari 1996 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1983. Kantor pusat dan pabrik INAF terletak di Jalan Indofarma No.1, Cibitung, Bekasi 17530.


(66)

Pada awalnya, INAF merupakan sebuah pabrik obat yang didirikan pada tahun 1918 dengan nama pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950, Pabrik Obat Manggarai ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik indonesia (PP) No.20 tahun 1981, Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi Perseroan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum Indofarma diubah menjadi Perusahaan (Persero).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INAF adalah melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang farmasi, diagnostik, alat kesehatan, serta industri produk makanan, dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Pada tanggal 30 Maret 2001, INAF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukanPenawaran Umum Perdana Saham INAF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 596.875.000 Saham Seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 April 2001.

INAF telah melaksanakan Kuasi-reorganisasi pada tanggal 30 September 2011 sesuai dengan peraturan yang berlaku dan PSAK No.51 (Revisi 2003)


(67)

“Akuntansi Kuasi-Reorganisasi” yang menghasilkan penghapusan defisit sebesar Rp57.661.903.925 dan kenaikan penilaian kembali nilai wajar aset bersih sebesar Rp 260.955.748.932 yang terdiri dari aset tetap sebesar Rp252.089.087.407 dan aset tidak lancar yang akan ditinggalkan sebesar Rp8.866.661.523.

13. PT Kimia Farma Tbk

PT Kimia Farma (Persero) Tbk

1971 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1817. Kantor pusat KAEF beralamat di Jln. Veteran No. 9, Jakarta 10110. Unit produksi KAEF berlokasi di Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon (Mojokerto), dan Tanjung Morawa – Medan.

KAEF mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1817 yang pada saat itu bergerak dalam bidang distribusi obat dan bahan baku obat. Pada tahun 1958, pada saat Pemerintah Indonesia menasionalisasikan semua Perusahaan Belanda, status KAEF tersebut diubah menjadi beberapa Perusahaan Negara (PN). Pada tahun 1969, beberapa Perusahaan Negara (PN) tersebut diubah menjadi satu Perusahaan yaitu Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma disingkat PN Farmasi Kimia Farma. Pada tahun 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah status Perusahaan Negara tersebut diubah menjadi Persero dengan nama PT Kimia Farma (Persero).Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KAEF adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi khususnya bidang industri kimia, farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan serta minuman.


(68)

Pada tanggal 14 Juni 2001, KAEF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukanPenawaran Umum Perdana Saham KAEF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 500.000.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juli 2001.

14. PT Kalbe Farma Tbk

PT Kalbe Farma Tbk

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi termasuk obat dan produk konsumsi kesehatan.

Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991.


(69)

15. PT Merck Tbk

PT Merck Tbk (dahulu PT Merck Indonesia Tbk)

Oktober 1970 dalam rangka Penanaman Modal Asing “PMA” dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Kantor pusat MERK berlokasi di Jl. T.B. Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MERK adalah bergerak dalam bidang industri farmasi dan perdagangan.

Pada tanggal 23 Juni 1981, MERK memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukanPenawaran Umum Perdana Saham MERK (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.680.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.900,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Juli 1981.

16. PT Tempo Scan Pasific Tbk

PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) didirikan di Indonesia pada tanggal 20 Mei 1970, dengan nama PT Scanchemie dan memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1970. Perusahaan berkantor pusat di Tempo Scan Tower, lantai 16, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 3-4, Jakarta 12950, sedangkan lokasi pabriknya terletak di Cikarang – Jawa Barat.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan bergerak dalam bidang usaha farmasi.


(1)

102

Normalitas Setelah Transformasi Ln

a. Histogram

b. Grafik


(2)

c. Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .88383747

Most Extreme Differences Absolute .054

Positive .049

Negative -.054

Kolmogorov-Smirnov Z .544

Asymp. Sig. (2-tailed) .928

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

104

Uji Heteroskedastisitas

Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .973 .137 7.113 .000

LNX1 .117 .113 .106 1.041 .300

LNX2 .188 .117 .163 1.600 .113

a. Dependent Variable: ABSUT


(4)

Uji Autokorelasi

Uji Multikolinieritas

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

dimensi on0

1 .410a .168 .151 .89290 2.115

a. Predictors: (Constant), LNX2, LNX1 b. Dependent Variable: LNY

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -2.895 .199 -14.555 .000

LNX1 .639 .167 .354 3.824 .000 1.000 1.000

LNX2 -.378 .167 -.210 -2.263 .026 1.000 1.000


(5)

106

Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.818 .207 -13.594 .000

LNX1 .569 .176 .307 3.239 .002

LNX2 -.338 .175 -.183 -1.932 .056

a. Dependent Variable: LNY

Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 15.639 2 7.819 9.808 .000a

Residual 77.336 97 .797

Total 92.975 99

a. Predictors: (Constant), LNX2, LNX1 b. Dependent Variable: LNY


(6)

Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Coefficientsa1

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.895 .199 -14.555 .000

LNX1 .639 .167 .354 3.824 .000

LNX2 -.378 .167 -.210 -2.263 .026

a. Dependent Variable: LNY

Koefisien Determinasi (Uji

Goodeness of Fit)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimensi 1 .384

a .147 .129 1.01788

a. Predictors: (Constant), LNX2, LNX1


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

63 376 83

Analisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva Dan Rasio Hutang Terhadap Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 51 93

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

4 56 101

Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

16 141 75

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERSEDIAAN DAN AKTIVA TETAP TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013.

0 4 31

ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA,PERPUTARAN TOTAL AKTIVA DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 3 23

Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

ABSTRAK “Pengaruh Perputaran Total Aktiva dan Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”

0 0 11