Dampak Positif Dampak bagi Keluarga

71 Menurut sebuah berita dalam harian Sinar Deli yang terbit di Medan edisi tanggal 3 November 1936, dalam kegiatannya Persatuan Islam Tionghoa pernah menerima sumbangan 20.000 meter persegi tanah dari para anggotanya yang mengadakan dakwah Islamiyah. Pada zaman penjajahan Belanda jumlah anggota PIT tampaknya maju dengan pesat. Menjelang akhir tahun 1938 pada saat organisasi tersebut mengadakan mukhtamar propaganda di Palembang jumlah anggotanya diberitakan telah mencapai 4800 orang, akan tetapi pada saat organisasi tersebut mengadakan muktamar di Batavia jumlah anggotanya telah jauh meningkat hampir dua kali lipat mencapai 9500 orang. 136 Organisasi tersebut sudah tentu sangat penting artinya bagi penyiaran Islam di kalangan etnis Tionghoa. Seperti halnya yang pernah dikatakan oleh Haji Abdul Karim, “Organisasi-organisasi seperti NU atau Muhammadiyah kurang memperhatikan mereka yang belum Islam”. 137 Dakwah islamiyah dikalangan masyarakat Tionghoa bukan merupakan suatu hal yang mudah, banyak faktor yang menjadi penghambat orang Tionghoa yang ingin memeluk agama Islam, yang pertama bersumber dari masa penjajahan Belanda, adanya peraturan yang membagi-bagi semua penduduk di Batavia dalam tiga golongan rakyat, masing- masing diantaranya adalah golongan rakyat Eropa, yang terdiri dari orang Belanda, orang-orang berkulit putih lainnya dan orang Jepang, yang semuanya merupakan warga Negara kelas satu. Kedua adalah golongan rakyat Timur Asing antara lain terdiri dari orang India, Arab dan Tionghoa yang merupakan warga 136 Budiman, Masyarakat Islam. Hal 42. 137 Koran Tempo, terbit 3 Februari 1973. Hal 4. 72 Negara kelas dua, dan yang ketiga adalah golongan rakyat Pribumi yang merupakan warga Negara kelas tiga. 138 Faktor lain terlihat pada agama Islam itu sendiri, etnis Tionghoa menganggap bahwa agama Islam tidak memberikan kebebasan pada etnis Tionghoa untuk meneruskan adat istiadat leluhur mereka, jika dibandingkan dengan agama Kristen, hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan etnis Tionghoa tentang agama Islam. Kelangkaan bahan bacaan tentang agama Islam khusus bagi etnis Tionghoa juga merupakan faktor lain yang menjadi penghambat etnis Tionghoa masuk Islam. Karena kurangnya pengetahuan tentang Islam, etnis Tionghoa telah menganggap agama Islam sebagai suatu agama yang asing bagi etnis Tionghoa. Pada kenyataannya justru menunjukkan sebaliknya bahwa fakta- fakta sejarah menunjukkan keberadaan agama Islam telah beabad-abad lamanya dikenal di Tiongkok dan telah menjadi sebuah agama utama bangsa Tionghoa. 139 Dalam hubungannya dengan keikutsertaan dalam kelompok keagamaan, sebagian besar muslim baru tersebut tidak bergabung atau menjadi anggota suatu organisasi atau kelompok keagamaan manapun, bahkan sebagian besar menyatakan tidak bersedia dibawa kesalah satu organisasi keagamaan tertentu. Ketidaksediaan mereka memasuki salah satu organisasi keagamaan tersebut disebabkan karena rasa takut yang pada akhirnya memungkinkan akan mendatangkan masalah pada Tionghoa Muslim nantinnya. 140 138 Afthonul Afif, Identitas Tionghoa Muslim Indonesia Pergulatan Mencari Jati Diri, Kepik:Depok, 2012, hal 70. 139 Afif, Identitas, hal 75. 140 Ibid, hal 83.