38.5 Karakterisasi interaksi antara tanaman aquilaria microcarpa baill dengan fusarium solani dalam pembentukan gaharu

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Thymeleaeceae merupakan salah satu famili dari tanaman hutan tropika yang dapat menghasilkan gaharu. Famili ini memiliki kurang lebih 50 genus dan hanya tujuh genus yang diduga mampu menghasilkan gaharu, diantaranya; Aetoxylon, Enkleia, Gyrinops, Gonystylus, Dalbergia, Wikstroemia dan Aquilaria Whitmore 1980. Sumarna 2005 menyatakan bahwa dari ketujuh genus tersebut yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah jenis-jenis Aquilaria. Penyebaran Aquilaria di Indonesia bagian barat terdiri dari spesies Aquilar ia malacciensis, A. hirta, A. agallocha, A. beccariana, A. moszkowskii, dan A. microcarpa, sedang A. filaria, A. secundana, dan A. tomentosa tersebar pada kawasan timur Indonesia. Tanaman ini umumnya tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 750 mdpl Hou 1960. Gaharu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu HHBK yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena harga jualnya yang dapat mencapai Rp 30 jutakg untuk kualitas super Siran dan Turjaman 2010. Gaharu diperdagangkan untuk keperluan industri parfum, kosmetik, dupakemenyan, pengawet berbagai jenis asesoris dan obat-obatan Sumarna 2005 dan juga acara ritual keagamaan Barden et al. 2000. Meningkatnya permintaan pasar atas komoditas ini, menyebabkan proses pencarian gaharu di hutan alam tak terkendali, disamping itu tidak semua pohon yang dicari mengandung gaharu. Minimnya pengetahuan masyarakat dalam membandingkan tanaman yang bergaharu dan tidak bergaharu mengakibatkan populasi tanaman penghasil gaharu semakin berkurang akibat kejadian asal tebang. Sebagai konsekuensi penurunan populasi beberapa jenis Aquilaria, termasuk A. microcarpa telah masuk dalam kelompok tanaman yang terancam punah sejak tahun 2004 telah masuk dalam Appendix II CITES Convention on International Trade of Endangered Species karena keberadaannya dialam telah menurun Blanchette 2004. IUCN International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources memberikan status rentan Vulnerable yang berarti spesies ini sedang menghadapi risiko kepunahan di alam pada waktu yang akan datang. Pembatasan ekspor dengan kuota merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam perdagangan ekspor-impor gaharu. Berdasarkan data Ditjen PHKA Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam tahun 2010, telah ditetapkan kuota ekspor gaharu untuk jenis A. malaccensis yaitu 146,125 ton per tahun, sedangkan untuk jenis A. filaria sebanyak 427 tontahun. Untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan, beberapa perkebunan telah membudidayakan gaharu.