Pengemasan dan Penyimpanan Dingin

6

C. Parameter Penurunan Mutu

Mutu adalah sekelompok sifat atau faktor0faktor pada komoditi yang membedakan tingkat kepuasan atau tingkat penerimaan bagi pembeli Kramer dan Twigg 1962. Penurunan mutu pada penyimpanan buah segar dapat ditentukan dengan menggunakan suatu parameter yang dapat diukur secara kuantitatif yang mencerminkan kondisi mutu produk tersebut. Menurut Apandi 1984, klasifikasi mutu terdiri atas aspek organoleptik dan aspek non organoleptik. Aspek organoleptik yaitu penampilan besar, bentuk, cacat, warna, dan kilap, citarasa bau dan rasa serta tekstur perasaan tangan dan perasaan mulut Suter 1988 menggunakan beberapa parameter mutu untuk buah salak yaitu kadar air, kadar pati, total gula, asam organik, pH, dan keempukan buah. Sedangkan Lestari 2003 menyatakan bahwa parameter mutu yang digunakan dalam penyimpanan buah salak adalah analisa fisik susut bobot dan persentase kerusakan, analisa kimia kadar air, total asam tertitrasi, dan total padatan terlarut, serta analisa organoleptik kekerasan, warna, tekstur, dan penerimaan umum. Mutu buah salak sendiri dapat ditentukan berdasarkan standar mutu salak Indonesia yang tercantum pada SNI 01 – 3167 – 1992. Salak dibagi atas 2 dua kelas mutu, yaitu mutu I dan II Tabel 2. Berdasarkan beratnya, kelas mutu salak diklasifikasikan menjadi 3, yaitu ukuran besar untuk salak yang berbobot 61 gram atau lebih per buah, ukuran sedang berbobot 33 – 60 gram buah, dan ukuran kecil berbobot 32 gram atau kurang per buah. Tabel 2. Kelas mutu buah salak berdasarkan SNI 01–3167–1992 Tingkat Mutu I Mutu II Ketuaan Seragam tua Seragam tua Kekerasan Keras Cukup keras Kerusakan kulit buah Utuh Kurang utuh Ukuran Seragam Kurang seragam Busuk bobotbobot 1 1 Kotoran Bebas Bebas Sumber: BSN Badan Standardisasi Nasional Wills et al. 1981 menyebutkan bahwa faktor utama yang mendukung penurunan mutu akibat kerusakan yang terjadi setelah buah dipanen adalah pengaruh mekanis saat pemanenan dan penanganan selanjutnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada buah0buahan dan infasi penyakit oleh mikroba. Penurunan mutu juga dapat terjadi pada buah pada saat pemasaran, terutama bila buah yang dipajang dalam waktu lama dengan organisasi pemasaran yang buruk.

D. Pengemasan dan Penyimpanan Dingin

Pengemasan adalah suatu sistem terpadu untuk menyiapkan, menyimpan, dan mengawetkan produk untuk dikirim ke konsumen melalui sistem distribusi dengan aman dan murah Jaswin 1999. Pengemasan merupakan salah satu proses dalam industri yang memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya penurunan mutu produk, karena perlindungan produk dapat dilakukan dengan mengemas produk yang bersangkutan. Pengemasan dilakukan terhadap produk pangan maupun bukan pangan. Pengemasan harus dilakukan dengan benar karena pengemasan yang salah dapat mengakibatkan produk tidak memenuhi syarat mutu seperti yang diharapkan Buckle et al. 1987. Pengemasan buah0buahan dan sayuran adalah suatu usaha menempatkan komoditas tersebut ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat, dengan maksud agar mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan, pada akhirnya saat diterima oleh konsumen nilai pasarnya tetap tinggi. Bahan dan bentuk kemasan memberikan peran yang besar terhadap pemasaran buah0 buahan dan sayuran segar apabila mampu menahan kehilangan air Sacharow dan Griffin 1980. Beberapa sifat kemasan yang diinginkan selama distribusi adalah yang sesuai dengan sifat produk yang akan dikemas, mempunyai kekuatan yang cukup untuk bertahan dari resiko kerusakan selama pengangkutan dan penyimpanan, memiliki lubang ventilasi yang cukup bagi 7 produk tertentu yang membutuhkan, menyediakan informasi yang memungkinkan identifikasi produk yang dikemas, tempat produsen dan tujuan pengiriman, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa menggunakan buku penunjuk secara khusus Paine dan Paine 1983. Menurut Kusumah 2007, kemasan umum dibagi dalam beberapa klasifikasi: 1. Kemasan transportasi a. Kemasan rigid kaku Kemasan dengan desain kaku akan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap produk yang dikemas. Kekakuannya tinggi sehingga penumpukan dapat lebih tinggi. Bisa dipakai lebih dari satu kali atau berulang kali. Contohnya peti kayu dan kardus karton. b. Kemasan fleksibel Kemasan dengan desain fleksibel mempunyai bobot ringan dan volume produk yang terkemas dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen. Contohnya plastik dan kantong jaring. 2. Kemasan retail Kemasan retail merupakan desain kemasan eceran atau kemasan terakhir yang sampai pada konsumen. Contohnya kemasan botol minuman dan makanan. Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu: pengemasan untuk pengangkutan dan distribusi shippingdelivery package, sering disebut sebagai kemasan distribusi atau kemasan transportasi serta pengemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket retail package atau kemasan eceran. Kemasan distribusi adalah kemasan yang terutama ditujukan untuk melindungi produk yang dikemas selama pengangkutan dari podusen sampai ke konsumen dan penyimpanan Paine and Paine 1983. Dalam pemilihan material dan rancangan, kemasan distribusi lebih mengutamakan material dan rancangan yang dapat melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi, sedang kemasan eceran diutamakan material dan rancangan yang dapat memikat konsumen Peleg 1985. Kemasan untuk produk hasil0hasil pertanian hortikultura perlu dilubangi sebagai ventilasi. Adanya ventilasi ini menyebabkan sirkulasi udara yang baik dalam kemasan sehingga akan menghindarkan kerusakan komoditas akibat akumulasi CO 2 pada suhu tinggi Hidayati 1993 di dalam Aspihani 2006. Pantastico 1975 menyatakan bahwa buah0buahan merupakan produk segar fresh product sehingga harus tetap dijaga kesegarannya hingga sampai ke tangan konsumen. Peleg 1985 juga menyatakan bahwa untuk mendesain sebuah kemasan baik untuk penyimpanan maupun distribusi buah produk hortikultura perlu diperhatikan sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi dengan tujuan mempertahankan kesegaran buah. Perbedaan desain, bentuk, dan ukuran dari lubang ventilasi biasanya disesuaikan dengan tipe produksi, penyimpanan, dan moda transportasi. Pemotongan lubang ventilasi biasanya dilakukan dibagian samping dari kemasan dengan pemberian lubang ventilasi secara horizontal Peleg 1985. Menurut New et al. 1978 di dalam Aspihani 2006 lubang ventilasi pada peti karton biasanya dibuat bulat circle ventilation atau celah panjang dengan sudut0sudutnya dibulatkan oblong ventilation. Silvia 2006 juga menyatakan bahwa bentuk lubang ventilasi yang banyak ditemukan dilapangan untuk kemasan distribusi adalah oblong ventilation dan circle ventilation. Menurut Triyanto 1991, karton gelombang merupakan bahan kemasan distribusi yang paling umum dan paling banyak digunakan untuk berbagai jenis produk, mulai dari buah0buahan sampai dengan peralatan elektronik atau mesin untuk industri. Hal ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah dan daya tahan yang dapat dipilih sesuai dengan jenis produk yang dikemas dan jenis transportasi yang digunakan. Walaupun demikian, agar dapat berfungsi dengan maksimal, pemakaian kotak karton gelombang harus memperhatikan penggunaan bahan baku yang baik, pengendalian mutu yang memadai selama proses pembuatan, spesifikasi kotak yang dibuat, baik dari segi ukuran, berat, dan lain0lain. Peleg 1985 mengklasifikasikan karton gelombang berdasarkan lapisan kertas flat sheet dan flute yang menyusunnya Gambar 2. Karton gelombang diklasifikasikan menjadi single wall board flute terletak di tengah0tengah flat sheet, double wall board dua lapis single wall board yang saling berhadapan satu sama lain, dan triple wall board terdiri dari 3 flute dan 4 flat sheet. Gambar 2. Penggolo Kemasan dari ada tiga tipe yang um Telescopic Container tersebut dapat dilihat digunakan sebagai kem Tipe kemasan hortikultura. Perbeda dengan tipe produk, p untuk kemasan distrib penutup kemasan, kemasan yang lebih Peleg 1985. Gambar Gamba Penyimpanan sampai kepada konsu segar yang berada Penyimpanan buah0bu nggolongan karton gelombang yaitu a single face dengan s face dengan single flute, c double wall, d triple wa n dari karton gelombang memiliki banyak tipe kemasan. D ng umum digunakan. Tiga tipe itu adalah Regular Slotted iner HTC, dan Full Telescopic Container FTC. Gamb ilihat pada Gambar 2. Dari ketiga tipe tersebut, tipe RSC d gai kemasan distribusi produk hortikultura yang ada di Indon masan RSC dan FTC banyak digunakan sebagai kema rbedaan desain, bentuk, dan ukuran dari lubang ventilas duk, penyimpanan, dan moda transportasi. Biasanya pemo distribusi banyak dilakukan dibagian samping kemasan da san, padahal pemotongan ventilasi di bagian samping dapa lebih besar daripada pemotongan di bagian atas dan bawa ambar tipe kemasan distribusi disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Tipe kemasan distribusi A RSC, B HTC, dan anan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperpa konsumen dan menyediakannya untuk permintaan pasar. U erada dalam kemasan, maka penyimpanan kondusif buahan dan sayuran segar dapat memperpanjang daya g 8 gan single flute, b double le wall san. Dari sekian banyak tipe, tted Container RSC, Half . Gambar ketiga tipe kemasan RSC dan FTC paling banyak i Indonesia Aspihani 2006. kemasan distribusi produk entilasi biasanya disesuaikan pemotongan lubang ventilasi san dan bukan di bagian atas g dapat mengurangi kekuatan awah kemasan peti karton , dan C FTC perpanjang ketersediaannya sar. Untuk memperoleh buah usif sangatlah dibutuhkan. daya guna dan dalam keadaan 9 tertentu dapat memperbaiki mutu produk segar tersebut. Selain itu penyimpanan juga dapat menghindarkan banjirnya produk ke pasar mempertahankan harga jual, memberi kesempatan yang luas untuk memilih buah0buahan dan sayuran sepanjang tahun, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu produk segar Pantastico 1986. Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan cara pendinginan pada suhu di atas suhu pembekuannya. Secara umum pendinginan dilakukan pada suhu 2013 o C tergantung pada masing0masing bahan yang akan disimpan Poerwanto 2002 di dalam Seesar 2009. Penyimpanan di bawah suhu 15 o C dan di atas titik beku bahan dikenal sebagai penyimpanan dingin Chilling Storage. Penyimpanan dingin merupakan salah satu cara menghambat turunnya mutu buah0buahan, di samping pengaturan kelembaban dan komposisi udara serta penambahan zat0zat pengawet kimia. Penyimpanan akan mengurangi kelayuan karena kehilangan air. Menurunnya laju reaksi kimia dan laju pertumbuhan mikroba pada bahan yang disimpan Watkins 1971. Semakin rendah suhu yang digunakan, semakin lambat pula reaksi kimia, aktivitas enzim, dan pertumbuhan mikroba Frazier dan Westhoff 1978. Hastuti dan Ari 1988 melaporkan bahwa penyimpanan salak pondoh dalam bentuk tandanan pada suhu dingin 10 o C 0 12 o C dalam keadaan terbuka, dengan kantung plastik berlubang 0.5 dan 1 dapat memperpanjang masa simpan salak pondoh menjadi berturut0turut 33 hari, 27 hari dan 33 hari. Hasil pengamatan Indirani 1990 dan Noorhakim 1992 juga menunjukkan bahwa penyimpanan suhu dingin mampu memperpanjang masa simpan salak pondoh. Indirani 1990 melaporkan bahwa salak pondoh dalam bentuk tandanan yang disimpan dalam plastik polietilen pada kondisi atmosfir dan suhu 10 o C mempunyai masa simpan 18 hari. Sedangkan menurut Noorhakim 1992 salak pondoh dalam bentuk tandanan yang disimpan pada suhu 10 o C dengan kemasan plastik polietilen dalam kondisi atmosfir dan atmosfir termodifikasi mempunyai masa simpan masing0masing 27 hari dan 30 hari.

E. Simulasi Transportasi Hasil Pertanian