Zat Pengatur Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Zat Pengatur Tumbuh

Menurut Sinaga 1987, zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa-senyawa organik selain nutrisi tumbuhan, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, serta dapat mempengaruhi setiap proses fisiologis tumbuhan. Hormon tumbuhan plant hormone merupakan zat organik yang dihasilkan oleh tumbuhan atau buatan hormon sintetis, yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Hormon biasanya bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan menuju kebagian tanaman lainnya Abidin, 1983. Pemberian zat pengatur tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk keperluan tersebut adalah IAA Indole Asetat Acid, IBA Indole Butyric Acid, dan NAA Naftelenasetat. Jenis auksin yang dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis auksin lainnya adalah IBA Hartmann dan Ketser, 1983. IAA memiliki kelebihan karena dapat tersebar ke tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas tersebut. Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA bersifat lebih baik dari pada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap perakaran stek Kusumo, 1984. Penggunaan zat pengatur tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak eksplan, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi dibawah optimum tidak efektif Rochiman dan Harjadi, 1973.

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, berlokasi di Kawasan PUSPIPTEK Pusat Pengkajian Ilmu Penegtahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang, Provinsi Banten. Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus sampai Oktober 2008.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah: a. Timbangan b. Aluminium foil c. Sendok d. Pipet e. Botol berukuran 1 L f. Magnetic Stirrer g. Box mika h. Aqua gelas bekas 240 ml i. Cutter j. Gunting tanaman k. Sungkup l. Paranet m. Papan iris n. Bak plastik o. Sprayer p. Steples q. Kertas label Untuk bahan, yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Eksplan Gyrinops versteegii b. Media tanah, pasir, dan kompos c. IBA indole butyric acid sintetic d. Aquadest e. Bakterisida f. Fungisida g. Antracol h. Vitamin B1 i. Zat perekat j. Kalsium karbonat 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan

3.3.1.1 Pengambilan eksplan

Eksplan yang akan diambil berasal dari pohon induk koleksi dari Kebun Raya Bogor. Pucuk yang diambil merupakan dari pucuk stak pucuk dorman dengan ciri batang putih kemerahan sepanjang 15 - 20 cm. Pengambilan eksplan dalam kondisi