Karakteristik Mahasiswa POLBAN Berdasarkan Data Primer

Tabel 15 menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendaftar ke POLBAN berdasarkan keinginan sendiri mencapai kurang dari 50. Dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa POLBAN, penyebabnya adalah informasi mengenai POLBAN tidak sampai kepada mereka. Dalam hal ini informasi mengenai POLBAN masih dirasakan kurang, terutama ke daerah-daerah wilayah di luar Bandung. Sementara itu dari jawaban responden melalui kuesioner diketahui bahwa sekitar 67 mahasiswa POLBAN menyatakan bahwa pilihan POLBAN bukanlah pilihan utama. Berdasarkan penelusuran melalui wawancara, salah satu penyebabnya bahwa mereka lebih memilih S1 sarjana daripada diploma. Gelar sarjana masih menjadi pertimbangan mereka dalam menentukan pilihan perguruan tinggi. Namun sebagian dari mereka yang memutuskan POLBAN sebagai pilihan utama, mengemukakan alasan bahwa memilih POLBAN, karena lulusan yang dihasilkan lebih siap kerja. Dari sisi minat pada program studi, 98 mahasiswa yang masih bertahan merasa bahwa pilihan program studi yang dipilihnya sudah sesuai dengan bakat dan minatnya. Dari informasi yang diperoleh melalui wawancara terhadap mahasiswa yang berstatus gagal DO, terungkap bahwa pemilihan program studi yang kurang tepat, yang diakibatkan keterbatasan wawasan pengetahuan mengenai program studi yang dipilihnya, merupakan salah satu penyebab mahasiswa DO tidak berhasil. Namun dari mahasiswa yang tidak berhasil DO ada diantaranya yang mendaftar kembali sebagai mahasiswa POLBAN, dengan pilihan program studi berbeda yang dianggap sesuai dengan bakat dan minatnya. Selain itu berdasarkan pengamatan di program studi, faktor ketidakhadiran yang melebihi batas toleransi adalah salah satu pemicu nilai IP rendah. Kondisi ini merupakan faktor lain penyebab mahasiswa gagal DO. Tabel 15 juga memperlihatkan bahwa sekitar 79.13 mahasiswa POLBAN merasa kesulitan dalam belajar. Salah satu faktor penyebabnya adalah kesulitan dalam mengatur waktu belajar. Komposisi materi perkuliahan yang terdiri dari 60 teori dan 40 praktek, mengharuskan mereka berusaha mengatur waktu semaksimal mungkin dalam belajar. Materi praktek terkadang menuntut waktu yang lebih banyak, akibatnya waktu mempelajari materi teori berkurang. No Faktor-faktor yang diperhatikan Responden 1 Faktor-faktor Internal Minat , bakat, dan Motivasi Keinginan sendiri Kuliah di POLBAN 48 Pilihan POLBAN bukan pilihan utama 67 Program studi sesuai minat 98 Dorongan semangat belajar dari orang lain 67.93 Dorongan semangat belajar dari orang tua 32.07 Kesulitan belajar di POLBAN 79.13 Yakin akan berhasil menyelesaikan studi 33.05 2 Faktor-faktor Eksternal sarana kebiasaan belajar Memiliki buku pegangan 78.61 Memiliki Komputer Laptop 91.22 Memiliki ruangan belajar yang memadai 67.54 Suasana belajar yang menyenangkan 78.57 Menggunakan sarana belajar di Kampus 85.08 Aktif di organisasi Kampus 78.81 Melengkapi Catatan 25.99 Mengerjakan latihan soal 11.85 Membaca buku pegangan 18.08 Diskusi dengan teman tentang pelajaran 35.59 Bertanya pada Dosen hal yang tidak difahami 28.93 Frekuensi belajar yang teratur setiap hari 11.14 Belajar saat ada tugas 53.79 Tabel 15 Komponen-komponen yang diperoleh dari Responden Oleh karena itu mahasiswa POLBAN merasa tidak begitu yakin dapat menyelesaikan studinya, hal ini diperlihatkan oleh persentase yang ditunjukkan Tabel 15 yakni sebesar 33.05. Berkaitan dengan faktor-faktor internal, dorongan semangat belajar dari orang lain memberikan persentase yang tinggi yakni 67.93. Sementara dari orang tua menunjukkan persentase sebesar 32.07. Pada umumnya faktor-faktor eksternal yang meliputi sarana yang mendukung kegiatan belajar menunjukkan persentase yang cukup tinggi. Sarana belajar yang ada di POLBAN diantaranya laboratorium komputer, internet, perpustakaan, laboratorium, bengkel, ruang belajar, sarana keagamaan, sarana olah raga, dan sarana kegiatan lainnya di POLBAN sudah optimal. Begitu juga sarana belajar yang dimiliki oleh mahasiswa POLBAN sendiri, mulai dari buku pegangan, komputer laptop sampai ruang belajar cukup memadai. Hal ini didukung oleh data primer, dimana Tabel 15 menunjukkan persentase untuk faktor-faktor eksternal pada umumnya bernilai diatas 67. Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap alumni, dan industri terkait diperoleh gambaran bahwa alumni mahasiswa POLBAN yang aktif berorganisasi, baik di kampus maupun luar kampus lebih berhasil menduduki jabatanmanager di perusahaan dimana mereka bekerja, dibandingkan mahasiswa yang kurang aktif berorganisasi. Organisasi telah membentuk softskill mereka, dimana di organisasi mereka belajar bagaimana bekerja sama dalam team work, kepemimpinan, kemandirian, sikap disiplin, bekerja keras, ulet dan sebagainya. Sehingga alumnni POLBAN tidak hanya dibekali kemampuan Hardskill, yang diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi mereka juga dibekali dengan kemampuan sofskill melalui organisasi. Dalam rangka peningkatan kemampuan Sofskill, POLBAN sendiri menyelenggarakan kegiatan Humaniora bagi para mahasiswanya. Pelaksanaannya dilakukan di luar waktu belajar. Kegiatannya antara lain meliputi diskusi, seminar, pelatihan-pelatihan dengan mendatangkan para pakar yang berkaitan dengan bidangnya. Misalnya psikolog, praktisi, manager perusahaan, dan para pakar bidang lainnya. Tabel 15 menunjukkan persentase aktivitas organisasi mahasiswa sebesar 78.81. Dalam Tabel 15 juga dapat dilihat bahwa persentase kebiasaan belajar mahasiswa POLBAN belum teratur. Hal ini ditunjukkan dengan persentase kebiasaan belajar teratur mahasiswa POLBAN yang relatif rendah, kecuali kebiasaan mahasiswa belajar saat ada tugas mencapai 53.79. Berdasarkan pengamatan dan wawancara lebih lanjut, penyebabnya adalah kesulitan membagi waktu belajar antara teori dan praktek di laboratorium atau bengkel.

4.4. Korelasi Antar Peubah Penjelas

Sebelum dilakukan analisis regresi logistik biner, maka terlebih dahulu dilakukan analisis hubungan korelasi asosiasi antar peubah-peubah penjelas baik peubah penjelas yang bersifat kategori maupun kuantitatif numerik. Tabel 16 Korelasi Antar Peubah Penjelas yang Bersifat Nominal. Peubah J.SLTA Stat.SLTA A.Daerah Pekyah Pekbu P.Studi JK .077 0.027 0.008 0.023 0.05 .062 J.SLTA .250 0.013 -0.043 -0.046 0.001 Stat.SLTA -.074 -.068 -.061 -0.012 A.Daerah .061 0.012 0.027 Pekyah .203 0.012 Pekbu -0.021 Keterangan : Korelasi sangat signifikan pada 0.01 Korelasi signifikan pada 0.05 Tabel 16 memperlihatkan bahwa semua nilai koefisien korelasi relatif kecil dan maksimum adalah 0.203, yang menunjukkan korelasi antara peubah pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu. Korelasi ini menunjukkan nilai positif dan sangat signifikan pada taraf nyata α=0.01, walaupun nilainya kecil. Sedangkan nilai koefisien lainnya menunjukkan angka di bawah 0.203, jadi korelasi antar peubah-peubah penjelas yang bersifat nominal dianggap tidak begitu berpengaruh. Sehingga dapat dikatakan bahwa diantara peubah-peubah penjelas yang bersifat nominal tidak menunjukkan adanya indikasi multikolinearitas. Tabel 17 Korelasi Antar Peubah Penjelas yang Brsifat ordinal Keterangan : Korelasi sangat signifikan pada 0.01 Peubah pendidikan ibu pendidikan ayah .507 Tabel 17 memperlihatkan angka korelasi antara pendidikan ayah dan pendidikan ibu sebesar 0.507 dan sangat signifikan, artinya terdapat korelasi yang sangat nyata antara pendidikan ayah dan pendidikan ibu, walaupun nilainya koefisiennya relatif kecil. Tanda koefisien korelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ayah, maka pendidikan ibu juga tinggi. Analisis korelasi peubah-peubah penjelas berskala ordinal di atas menggunakan korelasi Spearman. Tabel 18 Korelasi Antar Peubah Penjelas yang Bersifat Kuantitatif