5.1.2 Pembersihan di Areal Situs Goa Pawon
Goa Pawon merupakan situs budaya yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Bandung Barat, seperti yang terdapat dalam Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi pasal 18 ayat 3. Selain itu Goa Pawon juga telah diatur dalam Peraturan
Bupati Bandung Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perlindungan Kawasan Situs Goa Pawon dan Lingkungannya Gambar 3. Tujuan dari Perda ini adalah:
d. Memanfaatkan kawasan Situs Goa Pawon sebagai kawasan benda cagar
budaya dan situs sehingga perlu adanya perlindungan dan pemeliharaan dengan cara penyelamatan, pengamanan, perawatan, dan pemugaran
e. Menjamin kelestarian sumberdaya alam, benda cagar budaya,
keanekaragaman hayati dan tata ruang f.
Menjamin ketersediaan dan keamanan sumberdaya alam, flora dan fauna baik untuk masa kini maupun di masa-masa yang akan datang.
Gambar 3 Lokasi perlindungan Gunung Masigit dan Goa Pawon Kebijakan tentang keberadaan situs Goa Pawon sebagai benda cagar
budaya dan objek wisata prasejarah dapat meningkatkan partisipasi kelompok masyarakat dalam menjaga dan melindungi lingkungan Goa Pawon. Kelompok ini
Sumber: Lampiran Perbup No. 7 tahun 2010
mengatakan, wisata Goa Pawon mampu memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar dengan berjualan dan menjadi pemandu wisata di area Goa
Pawon. Oleh karena itu, setiap minggunya dilakukan kegiatan pembersihan yang dikoordinasi oleh Kepala Desa yang bertujuan untuk menjaga warisan prasejarah,
juga dapat meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung yang datang.
5.1.3 Aksi Larangan Penambangan di Karst Citatah
Kegiatan pro-konservasi lainnya yang ditunjukkan oleh kelompok ini adalah melakukan kegiatan penyematan pita berwarna merah dan putih sepanjang
750 meter dengan lebar 110 cm yang diletakkan di sekeliling puncak Gunung Masigit. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang telah ditutup dari
praktik penambangan berdasarkan Pergub No. 20 tahun 2006 tentang Perlindungan Karst Jawa Barat, yang ditindak lanjuti dengan perbub No. 7 tahun
2010 tentang Pelestarian Cagar Budaya. Hal ini sebagai bentuk larangan dalam melakukan aktifitas penambangan batu gamping Gambar 4. Kegiatan ini
merupakan kerja sama dengan Forum Pemuda Peduli Karst Citatah FP2KC, KRCB Kelompok Riset Cekungan Bandung dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
yang di hadiri oleh Gubernur Jawa Barat. Kegiatan ini menunjukkan bukti kepedulian masyarakat untuk kelestarian kawasan Karst Citatah terhadap
kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan batu gamping Citatah.
Hasil wawancara dengan koordinator pelaksana kegiatan komunikasi pribadi, Deden 39 tahun, dari 9 gunung batu di Karst Citatah, Gunung Masigit
merupakan salah satu yang dihentikan kegiatan pertambangannya. Harapannya Gambar 4 Papan larangan penambangan
semua gunung di Citatah tidak lagi ditambang secara sporadis. Deden menambahkan, dengan adanya larangan-larangan yang dilakukan oleh pihak
pemerintah ataupun stakeholder yang didukung oleh masyarakat sekitar, harapannya bisa mengurangi kerusakan yang terjadi di Karst Citatah dan juga,
agar pihak pemerintah cepat tanggap dalam memberikan alternatif perkerjaan kepada masyarakat yang memang menggantungkan hidupnya pada batu gamping
untuk meningkatkan perekonomiannya. Tindakan-tindakan positif yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Desa
Gunung Masigit menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan perilaku dimana kelompok minoritas ini melakukan tindakan-tindakan yang positif terhadap
keberadaan Karst Citatah. Kelompok ini disebut dengan kelompok penyimpangan positif karena sesuai dengan pernyataan Dodge 1985, penyimpangan positif
merupakan tindakan-tandakan yang dianggap unggul superior karena melebihi pengharapan yang umum dilakukan oleh suatu komunitas kearah yang positif.
Dalam setiap masyarakat atau komunitas, ada individu-individu tertentu yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan dan perilaku-perilaku spesial atau tidak umum,
memungkinkan mereka mempunyai cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah dibandingkan dengan tetangga-tetangga mereka yang memiliki
sumber yang sama serta mengahadapi resiko yang serupa Zuldesni 2009.
5.2 Sikap dan Persepsi Kelompok Penyimpangan Positif