Analisis dampak perubahan iklim local terhadap permintaan pariwisata kawasan pantai Anyer, Banten (Kasus Pantai Bandulu Anyer)

(1)

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM LOKAL

TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA KAWASAN

PANTAI ANYER, BANTEN

(Kasus Pantai Bandulu Anyer)

RIRIE RAMDASARI ARIFIN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten: Kasus Pantai Bandulu Anyer adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Ririe Ramdasari Arifin H44070071


(3)

RINGKASAN

RIRIE RAMDASARI ARIFIN. Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten (Kasus Pantai Bandulu Anyer). Dibimbing Oleh RIZAL BAHTIAR.

Perubahan iklim adalah kondisi cuaca yang semakin ekstrim, serta terjadinya perubahan musim dan meningkatnya curah hujan. Fenomena perubahan iklim global yang sedang terjadi akan mempengaruhi perubahan iklim lokal. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat merasakan fenomena perubahan iklim tersebut karena terletak di wilayah equator. Fenomena tersebut memberikan dampak terhadap berbagai sektor salah satunya sektor pariwisata pantai. Perubahan iklim di Indonesia diperkirakan akan mempengaruhi karakteristik dan pola kunjungan pengunjung, baik nusantara maupun mancanegara. Hal ini dikarenakan kondisi iklim sangat berpengaruh dalam melakukan wisata outdoor terlebih lagi di sekitar pantai (Becken S dan John E, 2007).

Kawasan Pantai Anyer merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Serang. Hal ini dikarenakan pemandangannya yang indah serta pasirnya yang putih membuat kawasan ini sering dikunjungi oleh pengunjung lokal maupun mancanegara. Namun, beberapa tahun terakhir ini menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Serang jumlah kunjungan ke objek wisata ini mengalami penurunan yang diduga karena kondisi iklim yang semakin ekstrim dan tidak menentu.

Maka, penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan di wisata pantai ini. Tujuan kedua untuk mengestimasi kerugian ekonomi pelaku objek wisata akibat adanya perubahan iklim lokal. Tujuan terakhir adalah untuk mengestimasi kerugian ekonomi total objek wisata akibat adanya perubahan iklim lokal.

Hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa tujuan adalah fenomena perubahan iklim lokal di Kawasan Pantai Anyer telah terjadi serta memberikan pengaruh terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut. Indikator iklim yang digunakan adalah curah hujan, hari hujan serta ketinggian gelombang.

Fenomena perubahan iklim lokal ini memberikan dampak bagi pelaku objek wisata yaitu pengelola pantai dan pedagang sekitar yang dikarenakan oleh menurunnya jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata ini. Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh pihak pengelola pantai karena adanya penurunan jumlah tiket yang terjual akibat fenomena ini adalah sebesar Rp 399 250 000,00. Sedangkan kerugian yang ditanggung oleh pedagang akibat fenomena perubahan iklim lokal ini sebesar Rp 497 987 750,00.

Kerugian ekonomi total objek wisata pantai ini akibat adanya perubahan iklim lokal merupakan kerugian yang ditanggung oleh pihak pengelola pantai, pedagang serta pelaku usaha lain di luar objek wisata. Kerugian pelaku usaha di luar objek wisata ini, yakni sebesar Rp 21 770 959 916,00. Sedangkan kerugian


(4)

ekonomi total objek wisata pantai ini akibat adanya fenomena perubahan iklim lokal adalah sebesar Rp 22 668 197 666,00.

Maka dari itu, Sosialisasi dari pemerintah mengenai fenomena perubahan iklim lokal serta resiko yang mungkin timbul kepada pihak pengelola pantai, pengelola hotel terutama pedagang agar dapat menyiasati fenomena perubahan iklim lokal dan memiliki rencana tanggap bencana serta sistem peringatan dini. Selain itu, Pemerintah serta stakeholder lainnya harus membantu pengelola pantai dan seluruh pelaku objek wisata pantai ini menyediakan sarana dan prasarana khususnya yang memerlukan modal besar. Hal ini berupa pembangunan fasilitas-fasilitas yang tetap dapat digunakan oleh pengunjung walaupun kondisi iklim sedang hujan serta angin yang menyebabkan gelombang pasang semakin tinggi sehingga dampak dari perubahan iklim dapat diantisipasi. Menawarkan berbagai produk wisata tambahan dengan adanya perjalanan ekowisata, menampilkan atraksi seni dan budaya setempat oleh pihak pengelola pantai maupun hotel serta kegiatan the way of life atau pengunjung dapat mengunjungi desa-desa di sekitar objek wisata untuk dapat mengetahui tata cara hidup suatu masyarakat.


(5)

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM LOKAL

TERHADAP PERMINTAAN PARIWISATA KAWASAN

PANTAI ANYER, BANTEN

(Kasus Pantai Bandulu Anyer)

RIRIE RAMDASARI ARIFIN H44070071

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten (Kasus Pantai Bandulu Anyer)

Nama : Ririe Ramdasari Arifin

NRP : H44070071

Menyetujui, Pembimbing

Rizal Bahtiar, S. Pi, M. Si NIP. 19800603 200912 1 006

Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Mamah, Bapak, Kakak, Adik, Nenek, Tante Eda, Tante Efa dan seluruh keluarga besarku yang telah memberikan curahan kasih sayang, insipirasi hidup, dukungan, motivasi dan do’a yang tulus.

3. Bapak Rizal Bahtiar, SPi, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc sebagai dosen penguji utama. 5. Bapak Novindra, S.P sebagai dosen penguji wakil departemen.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.

7. Pengelola objek wisata Pantai Bandulu Anyer dan pengelola hotel di Kawasan Pantai Anyer, Banten yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 8. Adhitya Permadi untuk dukungan, bantuan dan kesabarannya. Sahabatku Citra

Anggun P, Lorisa Ndela dan Lani. Kelompok KKP, teman satu bimbingan serta semua teman-teman di ESL44 untuk keceriaan, kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim lokal terhadap permintaan pariwisata di Pantai Anyer, Banten. Kajian yang dilakukan mengenai identifikasi perubahan iklim lokal serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata pantai, kerugian ekonomi bagi pelaku objek wisata dan usaha lain diluar objek wisata, serta kerugian ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal. Maka, disusunlah skripsi ini dengan judul “Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Pantai Anyer, Banten (Kasus Pantai Bandulu Anyer) “.

Tidak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat semua pihak, khususnya bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT.

Bogor, Juli 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perubahan Iklim ... 9

2.1.1 Penyebab Perubahan Iklim ... 9

2.1.2 Dampak Perubahan Iklim Global terhadap Lingkungan ... 11

2.1.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Indonesia ... 12

2.1.4 Interaksi Perubahan Iklim dan Pariwisata ... 14

2.2 Pariwisata ... 15

2.2.1 Permintaan Pariwisata ... 17

2.2.2 Dampak dari Pariwisata ... 18

2.3 Travel Cost Method (TCM) ... 24

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

IV. METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

4.3 Metode Penentuan Sampel ... 33

4.4 Pengumpulan Data ... 34

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

4.5.1 Identifikasi Fenomena Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta Pengaruh Fenomena Tersebut terhadap Keputusan Pegunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata di Pantai Tersebut ... 35

4.5.2 Estimasi Kerugian Ekonomi terhadap Pelaku Pariwisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal ... 37 4.5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi Total dari Objek Pariwisata Pantai


(10)

ii 

Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal ... 39

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 41

5.1 Kondisi Umum Penelitian ... 41

5.2 Fasilitas Pantai Bandulu Anyer ... 43

5.3 Pengelolaan ... 45

5.4 Aksesibilitas ... 45

5.5 Karakteristik Responden ... 46

5.5.1 Karakteristik Pengunjung ... 46

5.5.1.1 Jenis Kelamin dan Usia ... 46

5.5.1.2 Tingkat Pendidikan ... 47

5.5.1.3 Status Pernikahan dan Jumlah Tanggungan ... 48

5.5.1.4 Pekerjaan Pengunjung ... 49

5.5.1.5 Persepsi Pengunjung terhadap Objek Wisata ... 50

5.5.2 Karakteristik Pedagang ... 51

5.5.2.1 Jenis Kelamin dan Usia ... 51

5.5.2.2 Tingkat Pendidikan ... 52

5.5.2.3 Status Pernikahan dan Jumlah Tanggungan ... 52

5.5.2.4 Lama Berdagang ... 53

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

6.1 Identifikasi Fenomena Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Pantai Anyer, Banten serta Pengaruh Fenomena Tersebut terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata di Pantai ... 55

6.1.1 Jumlah Hari Hujan ... 55

6.1.2 Curah Hujan ... 57

6.1.3 Ketinggian Gelombang ... 58

6.1.4 Persepsi Pedagang terhadap Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten ... 59

6.1.5 Persepsi Pengunjung Mengenai Perubahan Iklim Lokal terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) ... 61

6.1.5.1 Identifikasi Pengaruh Curah Hujan terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) ... 64

6.1.5.2 Identifikasi Pengaruh Ketinggian Gelombang terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata Pantai Anyer, Banten (Pantai Bandulu Anyer) ... 65

6.1.6 Pengaruh Fenomena Perubahan Iklim Lokal terhadap Kunjungan Wisatawan di Pantai Anyer, Banten ... 67 6.2 Estimasi Kerugian Ekonomi terhadap Pelaku Wisata Kawasan Pantai


(11)

iii  Anyer, Banten (Khusunya Pantai Bandulu Anyer) Akibat Perubahan

Iklim Lokal ... 68

6.2.1 Estimasi Penurunan Pengunjung Pantai Bandulu Anyer Akibat Perubahan Iklim Lokal ... 70

6.2.2 Estimasi Kerugian Pedagang Akibat Perubahan Iklim Lokal ... 71

6.3 Metode Biaya Perjalanan ... 74

6.4 Estimasi Kerugian Ekonomi Usaha Lain Akibat Adanya Perubahan Perubahan Iklim Lokal ... 78

6.5 Estimasi Kerugian Ekonomi Total Objek Wisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal ... 80

6.6 Kebijakan dan Adaptasi Pelaku Objek Wisata terhadap Perubahan Iklim Lokal ... 81

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 84

7.1 Simpulan ... 84

7.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 89


(12)

iv  DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Keuntungan dan Kerugian Pariwisata terhadap Perekonomian .... 20

2 Keuntungan dan Kerugian Pariwisata terhadap Sosial-Budaya ... 21

3 Manfaat dan Beban Pariwisata terhadap Dampak Pariwisata ... 23

4 Matriks Pengumpulan Data ... 33

5 Matriks Keterkaitan Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis ... 35

6 Tarif Masuk Pantai Bandulu Anyer ... 45

7 Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Jakarta ... 76

8 Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Jawa Barat ... 76

9 Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Banten ... 77

10 Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Objek Wisata Pantai Bandulu Anyer Zona Luar Jawa ... 78

11 Penurunan Jumlah Pengunjung Berdasarakan Zona ... 80

12 Kerugian Ekonomi Usaha Lain di Luar Objek Wisata ... 80


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 31

2 Peta Letak Kawasan Pantai Anyer, Banten ... 41

3 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Usia ... 47

4 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

5 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 48

6 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan ... 49

7 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Usia ... 51

8 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

9 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 53

10 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Lama Berdagang ... 54

11 Grafik Hari Hujan Menurut Bulan di Pantai Anyer, Banten ... 56

12 Grafik Curah Hujan Menurut Bulan di Pantai Anyer, Banten ... 57

13 Grafik Ketinggian Gelombang Menurut Bulan di Pantai Anyer . 58 14 Perubahan Iklim Lokal Pantai Anyer yang Dirasakan Pedagang ... 60

15 Iklim Buruk yang Mempengaruhi Keputusan Pengunjung ... 62

16 Trend Curah Hujan dan Jumlah Kunjungan Pantai Anyer, Banten Menurut Tahun ... 65

17 Trend Ketinggian Gelombang dan Jumlah Kunjungan Pantai Anyer, Banten Menurut Tahun ... 66

18 Kunjungan Wisatawan Pantai Anyer, Banten Menurut Tahun .... 68

19 Tingkat Hunian Hotel Kawasan Pantai Anyer Menurut Tahun ... 69

20 Iklim Buruk dalam Seminggu yang Dirasakan Pedagang ... 72


(14)

vi  DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 89 2 Data Pendapatan Pedagang ... 94


(15)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Iklim di dunia selalu berubah-ubah sejak jutaan tahun yang lalu. Wilayah yang dahulu tertutupi es, namun kini sebagian dari wilayah tersebut telah menjadi lebih hangat. Menurut United Nations Development Program (2007) suhu rata-rata atmosfer telah mengalami fluktuasi secara musiman yang merupakan akibat dari radiasi matahari, misalnya akibat letusan gunung berapi secara berkala. Pembangunan ekonomi dunia yang semakin pesat mengakibatkan meningkatnya konsentrasi emisi gas rumah kaca (GRK) dan menyebabkan suhu bumi semakin panas dan berdampak terhadap perubahan iklim. Berbagai aktivitas manusia merupakan penyumbang emisi GRK yang memberikan pengaruh terbesar terhadap terjadinya perubahan iklim, antara lain berasal dari sektor industri serta transportasi.

Indonesia merupakan salah satu negara yang akan sangat merasakan dampak dari perubahan iklim karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta diapit oleh dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, selain itu Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 95.000 km garis pantai dengan dua pertiga lautan. Posisi geografis Indonesia menyebabkan bahwa setiap saat di dalam wilayah negara ini terdapat musim-musim yang saling berlawanan dan bersifat ekstrim, di satu wilayah terjadi kekeringan dan kekurangan air di wilayah lain terjadi banjir. Musibah angin kencang dan gelombang pasang bisa terjadi setiap waktu dan sulit diprediksi jauh-jauh hari. Perubahan iklim global yang ekstrim ini diprediksi akan terus terjadi pada beberapa dekade yang akan datang. Iklim dunia


(16)

yang semakin tidak dapat terkontrol ini merupakan salah satu dampak dari pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini dikarenakan teknologi yang digunakan tidak ramah lingkungan, contohnya emisi yang berasal dari pembangkit listrik dan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara yang merupakan sumber utama

karbondioksida (CO2).

Dampak perubahan iklim global tentu saja berpengaruh terhadap iklim lokal yang ekstrim. Perubahan iklim lokal di Indonesia ini akan sangat mempengaruhi berbagai kehidupan yaitu perubahan musim dan curah hujan, peningkatan permukaan air laut, peningkatan suhu udara, penurunan produktivitas pertanian dan perikanan, perubahan tata guna dan penutupan lahan yang mengancam keanekaragaman hayati, pengurangan kuantitas dan kualitas air di Lombok dan Sumbawa, perubahan terhadap preferensi masyarakat terhadap permintaan tempat wisata alam dan sebagainya. Salah satu sektor yang sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim lokal adalah pariwisata.

Perubahan iklim lokal akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sektor pariwisata. Pengaruh yang dirasakan terhadap sektor pariwisata ini yaitu adanya perubahan preferensi pengunjung akan daerah tujuan wisatanya serta berubahnya daya tarik wisata yang dimiliki sehingga berakibat terhadap perubahan pengeloaan pariwisata. Adanya resiko yang lebih besar yang harus ditanggung pada saat akan berwisata alam pantai yang dipengaruhi oleh angin, gelombang pasang, curah hujan yang tinggi serta panas yang terik. Sebaliknya, sektor wisata juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perubahan iklim, terutama emisi karbondioksida dari kegiatan pariwisata, karena sektor


(17)

pariwisata ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia yang berkembang dengan pesat. Menurut Becken S dan John E (2007) contoh emisi karbondioksida

yang disumbangkan oleh pariwisata adalah pesawat yang digunakan sebagai alat transportasi untuk dapat mencapai tempat wisata yang akan didatangi.

Dampak perubahan iklim global tentu saja berpengaruh terhadap iklim lokal yang ekstrim yang terjadi juga di Indonesia yang berdampak terhadap sektor wisata lokal. Indonesia sangat mengandalkan potensi sumber daya alam serta

keanekaragaman hayati dan budaya yang kaya dalam mengembangkan

kepariwisataan. Perubahan iklim di Indonesia diperkirakan mempengaruhi karakteristik dan pola kunjungan pengunjung, baik nusantara maupun mancanegara. Salah satu sektor pariwisata yang mempunyai keterkaitan yang cukup signifikan antara perubahan iklim terhadap permintaan pengunjung adalah wisata alam pantai. Pantai merupakan salah satu wisata alam yang banyak digemari oleh pengunjung. Namun isu mengenai perubahan iklim lokal yang terjadi beberapa tahun terakhir ini diduga juga akan berpotensi mempengaruhi permintaan wisata alam pantai di Indonesia. Hal ini dikarenakan dengan adanya resiko yang lebih besar yang harus ditanggung oleh pengunjung saat memilih wisata alam pantai dengan adanya perubahan iklim lokal yang ekstrim. Wisata alam pantai rentan terhadap pengaruh dari perubahan iklim, misalnya pada saat curah hujan tinggi serta angin dan ombak yang besar yang akan mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung terhadap aktivitas wisata alam pantai. Hal ini dikarenakan pada saat adanya perubahan iklim akan membuat iklim semakin ekstrim menjadi lebih buruk sehingga dapat menyebabkan kejadian ekstrim (bencana), seperti badai dan banjir.


(18)

Provinsi Banten sangat terkenal karena keindahan pantainya. Kawasan Pantai Anyer merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Serang. Panorama yang indah serta pasir pantainya yang putih menjadikan kawasan ini sering dikunjungi oleh pengunjung lokal maupun mancanegara. Kawasan Pantai Anyer, Banten merupakan salah satu pantai yang kaya akan sumberdaya yang menjadi salah satu pantai favorit yang sering dikunjungi oleh pengunjung. Salah satu pantai yang paling digemari di Kawasan Pantai Anyer, Banten adalah Pantai Bandulu Anyer. Hal ini dikarenakan belum pernah terjadi kecelekaan, tidak terdapat karang serta di Pantai Bandulu Anyer ini bukan hanya menawarkan kegiatan untuk berenang saja namun menawarkan juga beberapa wisata air seperti

banana boat, jetsky dan bermain papan selancar. Wisata air yang ditawarkan oleh Pantai Bandulu Anyer ini dapat dinikmati pada saat cuaca yang mendukung, namun dengan adanya perubahan iklim lokal yang semakin ekstrim akan mempengaruhi terhadap keputusan pengunjung untuk berwisata karena resiko yang harus diambil oleh pengunjung sehingga dapat membatasi kegiatan wisata air. Oleh karena itu, dampak perubahan iklim lokal cenderung akan menimbulkan resiko terhadap keselamatan pengunjung pada saat cuaca semakin ekstrim sehingga dapat mempengaruhi permintaan akan wisata alam di Kawasan Pantai Anyer, Banten dan akhirnya dapat mempengaruhi pendapatan pedagang sekitar pantai.

1.2 Rumusan Masalah

Kemajuan pembanguanan ekonomi dunia yang semakin pesat memberikan dampak terhadap iklim dunia. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya pembakaran batubara dan minyak bumi secara besar-besaran serta adanya


(19)

pembabatan dan kebakaran hutan. Berbagai aktivitas tersebut dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca di atmosfer sehingga terjadi perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim ini adalah peningkatan permukaan air laut, peningkatan suhu bumi, perubahan pola hujan, peningkatan suhu muka laut, penurunan produktivitas pertanian dan perikanan, perubahan tata guna dan penutupan lahan, pengurangan kuantitas dan kualitas air. Perubahan iklim global yang terjadi pada saat ini akan berdampak terhadap perubahan iklim lokal di Indonesia.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang terkait dengan adanya perubahan iklim. Kawasan Pantai Anyer, Banten merupakan salah satu wisata alam pantai yang digemari oleh para pengunjung lokal dan asing karena keindahan pantainya dan berbagai wisata air yang ditawarkan. Kawasan Pantai Anyer ini berhadapan dengan Selat Sunda yang sangat dipengaruhi oleh berbagai perubahan iklim lokal. Fenomena dari perubahan iklim lokal sekitar Pantai Anyer, Banten yang terjadi ini dipengaruhi oleh kondisi iklim global. Perubahan iklim lokal ditandai dengan adanya perubahan suhu udara, perubahan curah hujan dan perubahan kecepatan angin yang mengakibatkan perubahan ketinggian gelombang. Adanya perubahan iklim lokal ini juga berpengaruh terhadap berbagai kegiatan wisata air di Kawasan Pantai Anyer, Banten termasuk di Pantai Bandulu Anyer. Fenomena perubahan iklim lokal juga diindikasikan dengan adanya perubahan gelombang, perubahan suhu air laut yang semakin meningkat, cuaca buruk dan peningkatan permukaan air laut, sehingga diperkirakan akan mempengaruhi keputusan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di Pantai Anyer, Banten. Indikasi adanya perubahan permintaan terhadap wisata alam di Kawasan Pantai Anyer, Banten ini berpengaruh terhadap pihak pengelola pantai


(20)

serta terhadap pendapatan masyarakat sekitar yang memanfaatkan Pantai Anyer, Banten sebagai mata pencahariannya. Permintaan terhadap tempat wisata alam erat hubungannya dengan iklim lokal. Hal ini dikarenakan adanya hubungan dari interaksi antara iklim dan pariwisata. Sehingga diperlukan informasi yang jelas untuk dapat mengendalikan efek dari perubahan iklim lokal ini, misalnya dengan mengurangi resiko yang diambil pengunjung dan memaksimalkan peluang dengan adanya manajemen dan instrumen yang sesuai.

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan pantai Anyer, Banten serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut?

2. Berapa kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten khususnya Pantai Bandulu Anyer akibat adanya perubahan iklim lokal?

3. Berapa kerugian ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal terhadap objek wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta menganalisis pengaruh fenomena tersebut terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut.


(21)

2. Mengestimasi kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten khusunya Pantai Bandulu Anyer akibat adanya perubahan iklim lokal.

3. Mengestimasi kerugian ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal terhadap objek wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain, yaitu:

1. Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran dan aplikasi dari ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan yang telah dipelajari selama perkuliahan untuk diterapkan di lapangan.

3. Bagi pemerintah, analisis interaksi perubahan iklim terhadap permintaan wisata alam ini khususnya wisata alam pantai dapat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan mengenai dampak dari perubahan iklim terhadap pengelolaan sektor pariwisata.

4. Bagi masyarakat, sebagai informasi mengenai sejauh mana dampak perubahan iklim lokal mempengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih tempat wisata alam pantai. Hal ini terkait dengan adanya berbagai resiko karena adanya perubahan iklim lokal.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji dampak dari interaksi perubahan iklim terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Pantai Anyer, Banten.


(22)

Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu wisata alam pantai yang banyak diminati oleh pengunjung lokal dan asing. Dampak perubahan iklim lokal ini dilihat dengan adanya peningkatan curah hujan, lamanya hari hujan dan ketinggian gelombang yang merupakan indikator terjadinya perubahan iklim lokal yang mempengaruhi keputusan untuk datang ke objek wisata pantai. Data mengenai adanya perubahan iklim dilihat dari data lima tahun terakhir iklim di Provinsi Banten. Pengunjung yang berkunjung ke Pantai Anyer, Banten khususnya Pantai Bandulu Anyer akan dijadikan responden untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari perubahan iklim lokal terhadap keputusan mereka untuk tetap berwisata ke pantai serta pengeluaran pengunjung. Selanjutnya, pedagang sekitar Pantai Bandulu dijadikan pula sebagai responden untuk mengetahui penurunan pendapatan karena adanya perubahan iklim lokal. Selain itu, dibutuhkan data sekunder mengenai jumlah pengunjung yang menginap di Kawasan Pantai Anyer, Banten. Dampak dari perubahan iklim lokal terhadap permintaan wisata alam Pantai Anyer, Banten dilihat dengan adanya perubahan permintaan selama lima tahun terakhir serta persepsi pengunjung mengenai keputusan mereka dalam melakukan kegiatan wisata di pantai pada saat cuaca lebih ekstrim dan adanya perubahan pendapatan pedagang sekitar serta kerugian yang dirasakan objek wisata.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perubahan Iklim

Menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Dana Mitra Lingkungan (2009) iklim adalah suatu sistem energi yang memperoleh tenaga dari matahari. Iklim merupakan pola cuaca yang terjadi dalam jangka panjang. Menurut Handoko, dkk (2008) iklim adalah rata-rata jangka panjang dari kondisi atmosfer (cuaca) di suatu tempat. Secara singkat iklim dapat dikatakan sebagai rata-rata dari cuaca. Cuaca dari suatu daerah akan berfluktuasi dalam rentang waktu detik sampai harian. Nilai rata-rata dari kondisi unsur-unsur cuaca pada jangka panjang merupakan gambaran dari kondisi iklim daerah tersebut.

Menurut pakar iklim dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. D. Murdiyarso dalam Diposaptono, dkk (2009) perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka panjang (50 sampai 100 tahun) yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Menurut Murdiyarso (2003) GRK seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O) dan uap air (H2O) yang terdapat di atmosfer secara alami

menyerap radiasi panas tersebut di atmosfer bagian bawah. Tanpa GRK alami tersebut suhu bumi akan menjadi 34oC lebih dingin dari yang kita alami sekarang.

2.1.1 Penyebab Perubahan Iklim

Menurut Aliadi, dkk (2008) gas rumah kaca (GRK) merupakan gas-gas yang menangkap panas dari matahari dan sebagian panas akan terperangkap di atmosfer akibat adanya beberapa jenis gas. Menurut Diposaptono, dkk (2009) perubahan iklim dicirikan dengan berubahnya nilai rata-rata dan keragaman dari unsur iklim yaitu perubahan curah hujan dan suhu udara. Berdasarkan data dari


(24)

beberapa waktu yang panjang akan diperoleh kecenderungan naik dari waktu ke waktu atau fluktuasinya semakin membesar atau kejadian anomali iklim semakin sering terjadi dibanding periode waktu sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa perubahan iklim sudah terjadi.

Menurut Diposaptono, dkk (2009) unsur iklim yang berfungsi sebagai pengendali cuaca adalah suhu udara, curah hujan serta kenaikan muka air laut. Fakta menunjukan bahwa temperatur udara rata-rata pada tahun 1850 jauh berubah jika dibanding dengan saat ini. Fenomena perubahan suhu di muka bumi ini menunjukan telah terjadi perubahan temperatur rata-rata muka bumi. Sejak tahun 1940 selama 70 tahun, suhu udara rata-rata di muka bumi mengalami kenaikan sekitar 0.5oC. Kenaikan suhu udara rata-rata ini disebabkan oleh semakin meningkatnya GRK di atmosfer, diantaranya oleh CO2 (Diposaptono et al, 2009).

Aktivitas manusia membuat konsentrasi GRK semakin tinggi dan menyebabkan suhu permukaan bumi semakin panas sehingga terjadilah perubahan iklim (Aliadi et al, 2008). Menurut Handoko, dkk (2008) masalah utama dari perubahan ikim disebabkan oleh produksi karbon dioksida (CO2) jauh lebih besar

dibandingkan dengan kemapuan tumbuhan dan pepohonan yang menyerapnya dalam proses fotosintesis. Menurut Aliadi, dkk (2008) industri di Negara maju telah menyumbangkan emisi gas rumah kaca sebesar 70%, yang berasal dari sektor energi, transportasi, industri bangunan dan energi lain. Emisi yang dihasilkan oleh Negara berkembang hanya sebesar 30% dan lebih banyak berasal dari sektor non-energi seperti sampah, pertanian, penggunaan lahan serta penebangan hutan (Aliadi, 2008). Masalah perubahan iklim yang terjadi saat ini


(25)

semakin diperparah dengan semakin banyaknya pohon yang hilang yang seharusnya dapat menyerap karbon dioksida (CO2) (UNDP, 2007).

Menurut Aliadi, dkk (2008) Emisi pembangkit listrik serta kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara merupakan salah satu sumber utam karbon dioksida (CO2) yang memiliki

pengaruh terbesar terhadap perubahan iklim. Pemakaian pupuk buatan pada pertanian menghasilkan nitro oksida (N2O) selain itu, pembusukan pakan ternak,

kotoran hewan, sampah organik, rawa serta persawahan akan melepaskan gas

metana (CH4). Hal tersebut menunjukan bahwa peternakan, sawah dan tempat

pembuangan sawah ikut meningkatkan GRK. Aktivitas lain yang menghasilkan GRK yang menyerap panas dengan kekuatan yang sangat tinggi walaupun konsentrasinya rendah yaitu penggunaan beberapa jenis gas untuk Freon AC dan campuran kaleng semprot serta proses produksi beberapa industri, terutama peralatan listrik yang menghasilkan GRK.

2.1.2 Dampak Perubahan Ikim Global terhadap Lingkungan

Menurut Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam Aliadi, dkk (2008) menyatakan bahwa selama tahun 1990-2005 telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15oC, 3oC dan jika terus berlanjut maka diperkirakan pada tahun 2040 lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Menurut Stern mantan ekonom kepala di Bank Dunia dalam Aliadi, dkk (2008) menunjukan bahwa resiko dari perubahan iklim skala internasional akan berdampak terhadap kerugian PDB global di kisaran 5-10 persen.


(26)

Peningkatan suhu yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami dan keanekaragaman hayati. Sementara itu, daerah tropis atau lintang rendah akan terpengaruh dalam hal produktivitas tanaman, distribusi hama serta penyakit tanaman dan manusia. Peningkatan suhu akan mengubah pola dan distribusi hujan sehingga daerah yang kering akan semakin kering sedangkan daerah yang basah akan semakin basah sehingga kelestarian sumberdaya air akan terganggu (Murdiyarso, 2003).

Dampak negatif dari perubahan iklim terhadap lingkungan menurut Dewan Nasional Perubahan Iklim dan Dana Mitra Lingkungan (2009) yaitu:

1. Banjir semakin sering terjadi.

2. Badai besar di Amerika Serikat serta badai tropis sering terjadi di Asia Timur dan Asia Selatan.

3. Musim kering dan kekurangan air di Afrika Utara, Eropa Selatan, Wilayah Timur Tengah, bagian barat Amerika Serikat, Afrika bagian selatan dan bagian timur laut Brazil.

4. Lelehan es Himalaya menyebabkan terjadinya kekurangan air di Sungai Indus, Gangga, Mekong, Yangtze dan Sungai Kuning.

5. Pemutihan terumbu karang.

2.1.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Indonesia

Menurut Aliadi, dkk (2008) gejala perubahan iklim sudah terjadi di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan suhu minimum kota Polonia Sumatera Utara sebesar 0,17oC dari tahun 1980-2002, peningkatan suhu maksimum di Denpasar hingga 0,87oC per tahun serta menghilangnya salju di


(27)

Gunung Jayawijaya Papua. Hasil studi yang dilakukan oleh ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007) dalam Aliadi, dkk (2008) menyatakan bahwa permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm, jika suhu bumi semakin meningkat maka diperkirakan pada tahun 2050 daerah di Jakarta dan Bekasi akan terendam.

Menurut UNDP (2007) perubahan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap perubahan musim dan curah hujan di berbagai daerah Indonesia, kejadian cuaca yang lebih ekstrim seperti badai dan longsor, kenaikan muka air laut yang akan mempercepat erosi di wilayah pesisir, intrusi air laut ke air tanah, merusak lahan rawa di pesisir dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. Selain itu perubahan iklim yang terjadi akan memberikan dampak terhadap petani, dampak terhadap masyarakat nelayan, dampak terhadap masyarakat pesisir, dampak pada pemukiman kota, masalah kesehatan, kasus kekurangan gizi, sumber air berkurang serta kebakaran semakin sering terjadi.

Konsekuensi-konsekuensi dari perubahan iklim untuk Indonesia menurut Handoko, dkk (2008) adalah sebagai berikut:

1. Perubahan musim dan curah hujan: Dalam beberapa tahun terakhir, petani di Jawa dan sumatera telah mengeluhkan kejadian cuaca yang tidak normal, yang permulaan musim bergeser 10-20 hari lebih lambat dan musim kering sekitar 10-60 hari lebih cepat. Di kemudian hari, daerah-daerah Indonesia yang berada di selatan garis khatulistiwa akan mengalami musim kering yang lebih panjang dan musim hujan yang lebih pendek namun lebih intensif. Selain itu, cuaca menjadi lebih bervariasi dengan variabilitas curah hujan menjadi lebih tinggi.


(28)

2. Kondisi cuaca yang semakin ekstrim: Indonesia akan mengalami potensi bencana kekeringan dan banjir yang lebih sering dengan magnitude yang lebih tinggi karena cuaca yang ekstrim. Curah hujan yang tinggi juga berpotensi mengakibatkan bencana tanah longsor pada berbagai daerah di Indonesia. 3. Kenaikan tinggi muka air laut: peningkatan suhu global mengakibatkan

pencairan salju dan gleser di kutub utara dan selatan yang menyebabkan potensi kenaikan tinggi muka air laut antara 9-100 cm. Hal ini akan mempercepat erosi pantai, intrusi air laut ke dalam air tanah, merusak lahan-lahan basah di pantai, dan menenggelamkan pulau-pulau kecil.

4. Lautan yang menghangat: Air laut yang menghangat dapat menurunkan perkembangan plankton dan membatasi pasokan nutrisi bagi ikan, sehingga ikan akan bermigrasi ke daerah-daerah yang lebih dingin dan memiliki cukup pakan. Air laut yang menghangat juga dapat menyebabkan kerusakan coral.

5. Suhu udara semakin meningkat: kondisi ini dapat menurunkan pola-pola vegetasi serta distribusi serangga termasuk nyamuk, yang mampu bertahan pada daerah-daerah yang sebelumnya terlalu dingin.

2.1.4 Interaksi Perubahan Iklim dan Pariwisata

Menurut Becken S dan John E (2007) terdapat beberapa interaksi antara pariwisata dan iklim. Hal ini dikarenakan iklim sangat memberikan resiko terhadap pariwisata. Sebagai salah satu contoh dari interaksi antara iklim dan pariwisata adalah pengunjung yang akan pergi bermain ski di Pegunungan Alpen pada saat musim dingin tetapi hanya terdapat sedikit salju atau pengunjung yang akan pergi ke pantai namun sedang terjadi hujan. Hal tersebut akan menyebabkan pengunjung tidak dapat berwisata karena kondisi iklim yang tidak sesuai.


(29)

Menurut Becken S dan John E (2007) perubahan iklim yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya kejadian ekstrim seperti badai dan banjir. Bencana di tempat pariwisata tersebut memberikan resiko bagi pengunjung dan tempat pariwisata tersebut, seperti rusaknya sarana dan prasarana serta meningkatnya pengeluaran akibat kerusakan tersebut mengakibatkan tempat wisata menjadi sepi pengunjung sehingga tempat wisata mengalami kerugian. Selain itu, terdapat hubungan lain yang penting antara pariwisata dan iklim yaitu dalam sektor pariwisata menggunakan energi yang besar dan berkontribusi menyumbangkan emisi gas rumah kaca.

2.2Pariwisata

Menurut Suwantoro (2004) pariwisata adalah suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan untuk karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar hanya ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan menghasilkan upah.

Menurut UU RI nomor 10 tahun 2009 dalam Ismayanti (2010) tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai


(30)

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah. Menurut Becken S dan John E (2007) pariwisata adalah Bisnis untuk beberapa kegiatan yang dapat menyenangkan orang lain dengan suatu format penggunaan daratan, suatu aspek/pengarah mobilitas dan juga pokok studi psikologis.

Menurut Becken S dan John E (2007) tipe wisata dengan membedakan tujuannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Wisata domestik: Wisata yang dilakukan penduduk dari suatu negeri hanya berpergian di dalam negara itu, tetapi di luar lingkungan mereka sehari-hari. 2. Wisata internasional: Wisata yang dilakukan penduduk dari luar negeri yang

berpergian ke suatu negara yang ditentukan, untuk jangka waktu lebih dari satu hari dan kurang dari satu tahun.

3. Wisata Inbound: Wisata yang dilakukan oleh bukan penduduk asli suatu negara yang berpergian ke tempat yang telah ditentukan yang merupakan luar lingkungan umum mereka didalam suatu negara.

4. Wisata Outbound: Wisata perjalanan kapal ke luar negeri oleh penduduk dari suatu area bepergian dan tinggal pada suatu tempat di luar area itu (dan diluar lingkungan umum mereka).

Wisatawan adalah seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata, jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungil. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka disebut sebagai pelancong (Suwantoro, 2004). Sedangkan, menurut UU RI nomor 10 tahun 2009 dalam


(31)

Ismayanti (2010) mendefinisikan wisatawan sebagai orang yang melakukan kegiatan wisata.

2.2.1 Permintaan Pariwisata

Menurut Yoeti (2008) permintaan dalam pariwisata (tourist demand) dapat dibagi atas dua jenis, yaitu permintaan potensial (potential demand) dan permintaan aktual (actual demand). Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang dan punya tabungan yang relatif cukup). Sedangkan yang dimaksud dengan permintaan aktual adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata (DTW) tertentu. Kedua bentuk permintaan ini perlu mendapat perhatian dalam perencanaan kegiatan promosi untuk menarik wisatawan berkunjung pada suatu DTW tertentu. Secara umum permintaan barang dan jasa pariwisata bergantung pada hal-hal sebagai berikut seperti, faktor ekonomi (pendapatan), struktur demografi, factor sosial dan budaya, motivasi untuk melakukan perjalanan wisata, kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata dan insentif untuk melakukan perjalanan wisata, perbandingan harga, daya tarik wisata, kemudahan berkunjung, informasi dan layanan sebelum kunjungan, dan citra.

Menurut Yoeti (2008) terdapat beberapa ciri atau karakter dari permintaan dalam pariwisata antara lain:

1. Sangat dipengaruhi oleh musim, sebagai contoh di Eropa, bila datang masa liburan sekolah musim panas misalnya, maka tempat-tempat liburan di pantai akan penuh sesak dipadati wisatawan, baik wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Sebaliknya di musim dingin, tempat-tempat liburan


(32)

musim dingin saat salju mulai berjatuhan, daerah pegunungan penuh sesak dengan wisatawan yang bermain ski. Pada musim ramai (peak season), permintaan akan naik hingga terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi. Sebaliknya, pada musim sepi (off-season) permintaan menurun. 2. Terpusat pada tempat-tempat tertentu, misalnya banyak terdapat pantai yang

indah di Indonesia bahkan di Bali, namun wisatawan lebih tertarik untuk datang ke Pantai Kuta.

3. Tergantung pada besar/kecilnya pendapatan.

4. Bersaing dengan permintaan terhadap barang-barang mewah, sering terjadi persaingan antara akan melakukan perjalanan wisata atau membeli barang-barang mewah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Tergantung tersedianya waktu senggang, tersedianya waktu senggang banyak mempengaruhi permintaan terhadap pariwisata.

6. Tergantung teknologi transportasi. 7. Jumlah orang dalam keluarga.

8. Aksesibilitas, jarak antara negara asal wisatawan dan negara yang menerima kunjungan wisatawan juga mempengaruhi terhadap permintan untuk melakukan perjalanan wisata.

2.2.2 Dampak dari Pariwisata

Pariwisata merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Kegiatan kepariwisataan dilakukan mulai dari keberangkatan hingga di daerah tujuan di seluruh penjuru dunia (Ismayanti, 2010).


(33)

Dampak pariwisata merupakan studi yang paling sering mendapatkan perhatian masyarakat karena sifat pariwisata yang dinamis dan melibatkan banyak kepentingan. Pariwisata melibatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat secara ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata adalah dampak terhadap ekonomi, terhadap sosial-budaya serta terhadap lingkungan (Ismayanti, 2010). 1. Dampak pariwisata terhadap ekonomi

Pariwisata merupakan industri yang membawa aliran devisa, lapangan pekerjaan dan cara hidup modern. Pariwisata memberikan keunikan tersendiri dibandingkan dengan sektor ekonomi lain karena keempat faktor berikut. Pertama, pariwisata adalah industri ekspor fana. Segala yang terjadi di kegiatan pariwisata berupa pengalaman yang dapat diceritakan kepada orang lain, tetapi tidak dapat dibawa pulang sebagai cinderamata. Kedua, setiap kali wisatawan mengunjungi destinasi, mereka selalu membutuhkan barang dan jasa tambahan, seperti transportasi dan kebutuhan air bersih. Ketiga, pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah, terapi terintegrasi dan langsung mempengaruhi sektor ekonomi lain. Menurut UU nomor 10 tahun 2009 dalam Ismayanti (2010) tentang kepariwisataan secara jelas menyatakan, pariwisata berkaiatan dengan banyak sektor atau multisektor. Keempat, pariwisata merupakan ekspor yang sangat tidak stabil. Sifat kepariwisataan yang dinamis dan musiman membuat industri ini mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Pariwisata rentan terhadap banyak hal, seperti politik, sosial-budaya dan pertahanan keamanan.


(34)

Dampak pariwisata terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif. Secara umum dampak tersebut dikelompokan menurut Cohen (1984) dalam Ismayanti 2010 seperti pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian Pariwisata terhadap Perekonomian

Keuntungan Kerugian

1. Kontribusi pariwisata dalam devisa pada neraca penerimaan negara.

1. Bahaya ketergantungan terhadap pariwisata.

2. Kontribusi pariwisata dalam devisa pada neraca penerimaan negara.

2. Peningkatan inflasi dan nilai lahan.

3. Menghasilkan lapangan pekerjaan. 3. Peningkatan frekuensi impor. 4. Meningkatkan struktur ekonomi. 4. Produksi musiman.

5. Membuka peluang investasi. 5. Pengembalian modal lambat. Sumber: Ismayanti, 2010

2. Dampak pariwisata terhadap sosial-budaya

Pariwisata merupakan kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga memberikan pengaruh terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata mampu membuat masyarakat sekitar mengalami perubahan, baik ke arah perbaikan maupun ke arah penurunan dalam berbagai aspek. Pariwisata merupakan fenomena kemasyarakatan, yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok organisasi dan kebudayaan.

Dampak pariwisata terhadap sosial-budaya sebagai people impact menurut Wolf dalam Wall (1982) dalam Ismayanti (2010) berkaitan dengan pengaruh kepada masyarakat, tuan rumah dan wisatawan dalam perubahan kualitas hidup, baik secara positif maupun secara negatif. Secara umum dampak tersebut menurut dapat dikelompokan seperti pada Tabel 2 berikut.


(35)

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Pariwisata terhadap Sosial-Budaya

No Keuntungan No Kerugian

1 Pengetahuan dan wawasan masyarakat setempat

1 Penurunan harga diri masyarakat dan komersialisasi budaya

2 Masyarakat semakin sadar akan kekayaan budaya

2 Resiko menurunnya moral bangsa

3 Status sosial masyarakat

meningkat

3 Wisata seks

4 Kebudayaan setempat menjadi berkembang

4 Penyebaran penyakit

5 Upaya konservasi dan preservasi 5 Kriminalitas meningkat 6 Revitalisasi cinderamata dan

kerajian lokal

6 Komodifikasi praktik dan

kebiasaan tradisional menjadi pertunjukan yang ramah wisatawan

7 Menghidupkan kembali

pertunjukan seni dan ritual yang hampir punah

7 Kebudayaan setempat menjadi seni sampah

8 Pengenalan nilai dan praktik baru 8 Efek demontrasi yang bersifat negatif

9 Pariwisata mendorong untuk menciptakan perdamaian dan saling memahami melalui interaksi lintas budaya

9 Efek terhadap bahasa local

10 Pemberdayaan wanita dalam industri pariwisata

10 Pola konsumsi baru yang terkadang banyak menggunakan produk-produk impor

11 Citra masyarakat semakin

terkenal

11 Tekanan terhadap perubahan nilai sosial, cara berpakaian, adat-istiadat dan norma tradisional 12 Kemampuan berbahasa menjadi

lebih baik

12 Pembenaran moral negatif ketika hal tersebut menjadi moral positif di budaya lain

Sumber: Ismayanti, 2010

3. Dampak pariwisata terhadap lingkungan

Pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan tersebut yang rapuh dan tak terpisahkan. Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam untuk menikmatinya.


(36)

Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi lingkungan alam dan lingkungan buatan. Secara teori, hubungan lingkungan alam harus mutual dan bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya saling mendukung dan menguntungkan sehingga upaya konservasi, apresiasi dan pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru menimbulkan konflik. Pariwisata sering mengeksploitasi lingkungan. Tabel 3 berikut ini akan menjelaskan hubungan antara manfaat dan beban pariwisata terhadap lingkungan.


(37)

Tabel 3. Manfaat dan Beban Pariwisata terhadap Dampak Pariwisata

Dampak Manfaat Beban

Air 1. Program kebersihan dan

penghematan air

2. Penggunaan alat

transportasi air ramah lingkungan

1. Polusi pembuangan limbah 2. Sulit mendapatkan air bersih 3. Gangguan kesehatan masyarakat 4. Kerusakan vegetasi air

5. Estetika perairan berkurang 6. Makanan laut menjadi berbahaya

akibat air beracun

Udara 1. Penggunaan kendaraan

ramah lingkungan

2. Penggunaan alat

angkutan udara massal

1. Polusi udara 2. Polusi suara

3. Gangguan kesehatan manusia Pantai dan

Pulau

1. Preservasi dan

konservasi pantai dan laut

2. Kegiatan wisata ramah lingkungan

1. Lingkungan tepian pantai rusak 2. Kerusakan karang laut

3. Hilangnya peruntukan lahan

pantai tradisional. 4. Erosi pantai Pegununga

n dan Area Liar

1. Reboisasi

2. Peremajaan pegunungan

1. Tanah longsor 2. Erosi tanah

3. Menipisnya vegetasi pegunungan 4. Polusi visual

Vegetasi 1. Upaya biodiversitas 2. Reboisasi

3. Konservasi

1. Pembalakan Liar

2. Pembalakan pepohonanan 3. Bahaya kebakaran hutan

4. Koleksi tanaman untuk

cinderamata Kehidupan

Liar

1. Konservasi dan

preservasi 2. Biodiversitas 3. Pembiakan satwa

4. Relokasi hewan ke

habitat asli

5. Pembuatan peraturan

tentang perubahan hewan

1. Pemburuan hewan sebagai cinderamata

2. Pelecehan satwa untuk fotografi 3. Eksploitasi hewan untuk

pertunjukan

4. Gangguan reproduksi hewan 5. Perubahan insting hewan 6. Migrasi

Situs Sejarah, Budaya dan Keragaman

1. Konservasi dan

preservasi 2. Renovasi 3. Manajemen

pengunjung

1. Kepadatan di daerah wisata 2. Alterasi fungsi awal situs 3. Komersialisasi daerah wisata

Wilayah Perkotaan dan Pedesaan

1. Penataan kota atau desa 2. Pemberdayaan

masyarakat 3. Manajemen pengunjung

1. Tekanan terhadap lahan

2. Perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersial 3. Kemacetan lalu lintas

Polusi udara, polusi suara, dan polusi estetika


(38)

2.3 Travel Cost Method (TCM)

Menurut Fauzi (2006), Metode Biaya Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Prinsipnya, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi. Misalnya, seseorang yang ingin melihat keindahan pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Metode ini mengkaji berapa nilai yang diberikan konsumen terhadap suatu sumberdaya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen tersebut.

Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat: 1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi.

2. Penambahan tempat rekreasi baru.

3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi. 4. Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Secara umum terdapat dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu:

1. Pendekatan sederhana melalui Zonasy

2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey

Pendekatan TCM melalui Zonasi adalah pendekatan yang relatif simple

dan murah karena data yang diperlukan relatif banyak mengandalkan data sekunder dan beberapa data sederhana dari responden pada saat survey. Dalam teknik ini, tempat rekreasi pantai dibagi ke dalam beberapa zona kunjungan dan


(39)

diperlukan data jumlah pengunjung pertahun. Sedangkan, pendekatan individual TCM seara prinsip sama dengan sistem zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survey dan teknik statistika yang relatif kompleks.

Menurut KLH (2010), terdapat hal yang penting dalam pendekatan metode biaya perjalanan ini adalah diketahuinya data berikut:

1. Biaya perjalanan dari kota asal pengunjung sampai di lokasi pariwisata. 2. Lamanya waktu menempuh perjalanan.

3. Pengeluaran konsumsi dalam perjalanan. 4. Lamanya tinggal di tempat tujuan.

5. Pengeluaran untuk hotel, makan-minum dan rekreasi lainnya selama di lokasi pariwisata.

Menurut Haab dan Mc Conell (2002) dalam Fauzi (2006) terdapat dua tahap penting yang harus dilakukan dalam melakukan valuasi dengan metode TCM yaitu menentukan perilaku model itu sendiri dan menentukan pilihan lokasi. TCM yang dibangun harus ditentukan terlebih dahulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya atau apakah langsung membangun model perilaku. Setelah itu, apakah harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model.

Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan diasumsikan berkolerasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif.


(40)

Menurut Haab dan McConnell (2002) dalam Fauzi (2006) agar penilaian terhadap sumberdaya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar:

1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga diri rekreasi.

2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas.


(41)

III.KERANGKA PEMIKIRAN

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan devisa negara cukup besar. Pariwisata dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan tempat wisatanya yaitu wisata indoor dan wisata outdoor. Wisata outdoor merupakan wisata yang digemari wisatawan karena wisata ini berinteraksi langsung dalam menikmati keindahan alam. Wisata outdoor pantai pada saat sekarang menjadi salah satu tren tempat wisata yang digemari oleh wisatawan baik lokal, maupun mancanegara. Salah satu pantai yang sering dikunjungi karena keindahan pantainya adalah Pantai Anyer, Banten. Pantai yang berpasir putih ini berhadapan dengan Selat Sunda dengan pemandangan dari Gunung Anak Krakatau. Salah satu pantai yang diminati pengunjung di Kawasan Pantai Anyer, Banten adalah Pantai Bandulu Anyer yang menawarkan berbagai permainan wisata air mulai dari

banana boat, jetsky dan permainan papan selancar.

Isu global saat ini yang sedang terjadi yaitu peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia terutama berupa pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas pertanian, menghasilkan emisi berupa gas-gas rumah kaca yaitu CO2, CH4, N2O dan

halocarbon (kelompok gas yang mengandung florine, klorin dan bromin). Gas-gas tersebut terakumulasi di atmosfer sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi seiring dengan perjalanan waktu yang dikenal dengan sebutan efek rumah kaca (ERK). Emisi gas rumah kaca yang semakin meningkat di atmosfer disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Terjadinya perubahan iklim global ini akan berpengaruh terhadap perubahan iklim


(42)

lokal. Perubahan iklim lokal ini akan berpengaruh terhadap berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pariwisata.

Perubahan iklim lokal yang terjadi mempunyai hubungan yang cukup erat terhadap wisata outdoor di Kawasan Pantai Anyer, Banten. Adanya perubahan iklim lokal dapat berdampak terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Pantai Anyer, Banten. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari perubahan iklim lokal yang terjadi. Sebagai contoh, curah hujan yang semakin tinggi akan menghambat pengunjung untuk menikmati objek wisata air seperti banana boat, jetsky dan papan selancar. Perubahan iklim lokal yang terjadi ini menyebabkan adanya resiko yang lebih besar yang harus ditanggung pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata air.

Perubahan persepsi pengunjung terhadap wisata di Kawasan Pantai Anyer akibat perubahan iklim lokal mempunyai dampak terhadap pihak pengelola pantai serta dampak pula terhadap pendapatan pedagang di sekitar Pantai Bandulu Anyer. Penurunan pengunjung yang datang ke Pantai Bandulu Anyer akan mempunyai dampak terhadap pedagang di sekitar pantai yang menjadikan pengunjung sebagai konsumennya. Selain itu, dampak dari perubahan iklim lokal mempunyai dampak terhadap kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata menuju ke pantai dengan mengestimasi biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pengunjung di luar objek wisata saat akan melakukan kegiatan wisata.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini akan melihat keterkaitan antara empat indikator yaitu perubahan iklim lokal, permintaan pengunjung, kerugian ekonomi pelaku pariwisata dan kerugian ekonomi total terhadap objek wisata di Pantai Anyer, Banten. Langkah pertama,


(43)

mengidentifikasi perubahan iklim lokal yang terjadi selama lima tahun. Data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dari berbagai instansi yang terkait. Kemudian, mengidentifikasi perubahan kunjungan wisata selama lima tahun serta keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai akibat adanya perubahan iklim lokal. Selanjutnya, akan dibandingkan keterkaitan antara perubahan kunjungan dengan perubahan iklim lokal dan akan disajikan dengan menggunakan tabel atau grafik dan dideskripsikan. Selain itu, hal ini dikuatan pula berdasarkan wawancara langsung dengan pengunjung mengenai keputusan mereka dalam melakukan kegiatan wisata di pantai pada saat iklim sedang buruk. Hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya bias.

Langkah kedua, mengestimasi kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten khusunya Pantai Bandulu Anyer terhadap perubahan iklim lokal. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pedagang dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner serta dep interview. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pariwisata, objek wisata dan tempat penginapan. Selanjutnya data dianalisis dengan metode kuantitatif.

Langkah terakhir, mengestimasi kerugian ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal terhadap objek wisata Pantai Anyer, Banten. Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung menggunakan kuisioner kepada pengunjung untuk mengetahui pengeluaran mereka dalam melakukan kegiatan pariwisata di luar tempat wisata yaitu kerugian pihak usaha lain di luar objek


(44)

wisata, kerugian pedagang dan kerugian pihak pengelola. Selanjutnya, untuk mengestimasi kerugian pelaku usaha di luar objek wisata dilakukan dengan mengestimasi biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung di luar objek wisata pada saat akan melakukan kegiatan wisata. Terakhir, ditentukan kebijakan yang tepat untuk menanggulangi kejadian di atas.


(45)

Sumber: Data Penulis, 2011

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Fenomena perubahan iklim lokal di Pantai

Anyer, Banten

Mempengaruhi kegiatan pariwisata di Pantai

Anyer, Banten

Mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai

Anyer, Banten serta menganalisis pengaruh fenomena tersebut terhadap

keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan

wisata di pantai tersebut

Mengestimasi kerugian ekonomi

terhadap pelaku pariwisata Pantai

Anyer, Banten akibat adanya perubahan iklim

lokal

Mengestimasi kerugian ekonomi

total terhadap objek pariwisata

Pantai Anyer, Banten akibat adanya perubahan

iklim lokal

Kebijakan penanganan perubahan iklim lokal terhadap wisata pantai


(46)

IV.METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang Provinsi Banten. Lokasi ini dipilih secara sengaja atau purposive karena Pantai Anyer merupakan salah satu pantai yang digemari wisatawan lokal dan mancanegara. Pantai Anyer merupakan pantai yang memiliki keindahan akan pemandangannya serta terdapat berbagai objek wisata air. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Maret hingga April 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada responden yang terpilih. Responden terdiri dari pengunjung dan pedagang di sekitar tempat wisata yang dilakukan agar memperoleh data mengenai pengeluaran pengunjung untuk mengestimasi kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata serta mengetahui penurunan pendapatan pedagang di sekitar tempat wisata karena adanya perubahan iklim lokal. Data primer yang diperoleh dari pengelola hotel, pengelola pantai serta instansi lain yang relevan dengan penelitian dilakukan dengan dep interview.

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, data iklim seperti curah hujan, jumlah hari hujan dan ketinggian gelombang, data jumlah penjualan tiket masuk tempat wisata pantai, kunjungan pengunjung, pengunjung yang bermalam, harga penginapan dan harga objek wisata air. Data sekunder ini diperoleh dari Kantor Kecamatan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dinas


(47)

Pariwisata dan tempat penginapan selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku, internet, jurnal serta instansi lain yang terkait dalam penelitian ini. Matriks pengumpulan data dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Matriks Pengumpulan Data

Data Jenis Data Sumber Data Teknik

Pengumpulan data

Gambaran umum lokasi

Primer, Sekunder Responden,

Kantor Kecamatan

Wawancara,

obseravasi lapang, dan studi literatur

Hari Hujan Sekunder BMKG Studi literatur

Curah Hujan Sekunder BMKG Studi literatur

Ketinggian Gelombang

Sekunder BMKG Studi literatur

Tiket masuk wisata pantai

Sekunder Objek wisata

pantai

Studi literatur Kunjungan

wisatawan

Sekunder Dinas Pariwisata Studi literatur

Harga penginapan Sekunder Tempat

Penginapan

Studi literatur Wisatawan yang

bermalam

Primer, Sekunder Tempat penginapan

Wawancara,

obseravasi lapang, dan studi literatur Harga objek

wisata

Primer, Sekunder Responden Wawancara,

obseravasi lapang, dan studi literatur Pengeluaran

wisatawan

Primer Responden Wawancara,

obseravasi lapang, dan studi literatur Pendapatan

pedagang

Primer Reponden Wawancara,

obseravasi lapang, dan studi literatur Sumber: Data Penulis, 2011

4.3 Metode Penentuan Sampel

Metode Pengambilan Sampel terhadap pengunjung dan pedagang dilakukan secara sengaja atau purposive dengan metode non-probability sampling. Teknik ini dilakukan karena daftar populasi untuk jumlah pengunjung yang datang serta pedagang di sekitar tempat wisata tidak diketahui dengan pasti. Responden yang dipilih yaitu pengunjung yang sedang melakukan aktivitas wisata


(48)

Pantai Anyer, Banten, usia dewasa (17 tahun keatas) serta pedagang di sekitar tempat wisata, dapat berkomunikasi dengan baik, sehat jasmani dan rohani serta bersedia untuk diwawancarai. Jumlah pengambilan sampel responden yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden dari pengunjung dan 30 responden dari pedagang dengan asumsi jumlah tersebut sudah cukup untuk menjawab tujuan penelitian serta pihak pengelola hotel, pengelola pantai serta instansi yang terkait.

4.4 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan studi literatur, wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner, dep interview dan observasi lapang. Data yang berhubungan dengan perubahan iklim dan jumlah kunjungan diperoleh melalui studi literatur dengan pencarian data sekunder yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Data yang berhubungan dengan pengeluaran pengunjung dan pendapatan pedagang di sekitar tempat wisata diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner dengan yang bersangkutan dengan hal tersebut yaitu pengunjung dan pedagang serta dep interview dengan pihak pengelola pantai, hotel serta instansi yang terkait.

4.5Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007. Berikut adalah Tabel 5 mengenai matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, jenis data, dan metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini.


(49)

Tabel 5. Matriks Keterkaitan Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis Data Tujuan Penelitian Jenis Data Metode Analisis Data

Mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta menganalisis pengaruh fenomena tersebut terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut

Primer dan Sekunder Analisis deskriptif kuantitatif

Mengestimasi kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata Pantai Anyer, Banten akibat adanya perubahan iklim lokal

Primer dan Sekunder Analisis kuantitatif

Mengestimasi kerugian ekonomi total akibat terjadinya perubahan iklim lokal terhadap objek pariwisata Pantai Anyer, Banten

Primer dan Sekunder Analisis kuantitatif

Sumber: Data Penulis, 2011

4.5.1 Indentifikasi Fenomena Perubahan Iklim Lokal di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta Pengaruh Fenomena Tersebut terhadap Keputusan Pengunjung dalam Melakukan Kegiatan Wisata di Pantai Tersebut

Identifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Pantai Anyer, serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Dampak dari perubahan iklim lokal dapat dilihat dari tren permintaan terhadap pariwisata Pantai Anyer, Banten yang dibandingkan dengan kondisi iklim di Pantai Anyer, Banten selain itu dilihat pula dari hasil wawancara dengan pengunjung. Data sekunder yang dibutuhkan sebagai indikator perubahan iklim lokal yaitu curah hujan, jumlah hari hujan dan ketinggian gelombang selama lima tahun terakhir yang diperolah dari BMKG. Peningkatan curah hujan, jumlah hari


(50)

hujan serta ketinggian gelombang atau mengalami fluktuasi yang besar merupakan salah satu indikator terjadinya perubahan iklim lokal. Selain itu, data kunjungan wisatawan pertahun, akan sangat berguna untuk melihat tren permintaan terhadap pariwisata Pantai Anyer, Banten yang terjadi mengalami peningkatan atau penurunan yang diduga disebabkan oleh adanya perubahan iklim. Selanjutnya, data tersebut akan disajikan dalam bentuk grafik. Hal ini, bertujuan untuk mempermudah analisis. Penurunan jumlah kunjungan pengunjung dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

... (1)

Keterangan :

PJK = Penurunan Jumlah Kunjungan (orang)

Jkni = Jumlah Kunjungan normal, dimana i=1, 2,.., n(=4)

Jknn = Jumlah Kunjungan ketika terjadi perubahan iklim lokal t = 4 tahun

Data yang telah dikumpulkan akan dibuat hipotesis mengenai ada atau tidaknya perubahan dalam tren permintaan pariwisata tersebut selama lima tahun terakhir. Kemudian, hasilnya akan dibandingkan dengan data sekunder dari indikator perubahan iklim lokal, seperti curah hujan, jumlah hari hujan dan ketinggian gelombang pada saat itu. Selain itu, dilakukan juga wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner terhadap pengunjung serta pedagang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana ketersediaan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata pantai ketika terjadi perubahan iklim lokal yang ekstrim serta perubahan iklim lokal yang dirasakan oleh pedagang. Selanjutnya,

Jknn PJK =

Jkni

n

i=1 n


(51)

dilakukan analisis mengenai dampak dari perubahan iklim lokal mempengaruhi keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. Hasilnya, kemudian dideskripsikan sehingga dapat diketahui fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Pantai Anyer, serta pengaruh dari fenomena tersebut terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai.

4.5.2 Estimasi Kerugian Ekonomi terhadap Pelaku Pariwisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal

Analisis kerugian ekonomi terhadap pelaku pariwisata Pantai Anyer, Banten akibat adanya perubahan iklim lokal diestimasi dengan metode kuantitatif. Estimasi kerugian ini dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan dari sisi objek wisata dan pedagang.

Pendekatan dari sisi objek wisata dilakukan dengan mengestimasi penurunan penjualan tiket di tempat wisata dan penurunan tingkat hunian hotel di sekitar Kawasan Pantai Anyer, Banten. Data yang dibutuhkan yaitu data jumlah penjualan tiket dan data tingkat hunian hotel selama lima tahun. Penurunan jumlah penjualan tiket merupakan besaran yang mengukur jumlah penjualan tiket normal dikurangi jumlah penjualan tiket ketika terjadi perubahan iklim lokal yang dikalikan dengan harga tiket, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

……….. (2) Keterangan :

PJT = Penurunan Jumlah Tiket (Rp)

Ptn = Penjualan tiket normal, dimana i=1, 2,.., n(=4) Ptnn

PJT = X Pt

Ptni

n

i=1 n


(52)

Ptnn = Penjualan tiket wisata ketika terjadi perubahan iklim lokal Pt = Harga tiket (Rp)

t = 4 tahun

Penurunan jumlah wisatawan yang bermalam adalah besaran untuk mengukur tingkat hunian hotel pada kondisi normal dan setelah terjadi perubahan iklim lokal yang dikalikan dengan harga hunian, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

………(3)

Keterangan :

PTH = Penurunan Tingkat Hunian Hotel

Wni = Wisatawan yang bermalam pada kondisi normal, dimana i=1, 2,.., n(=4)

Wnn = Wisatawan yang bermalam ketika terjadi perubahan iklim lokal Ph = Harga Hunian

t = 4 tahun

Pendekatan yang kedua dilihat dari sisi pedagang dilakukan dengan mengestimasi penurunan pendapatan pedagang di sekitar tempat wisata akibat adanya perubahan iklim lokal. Data primer yang diperoleh dengan melakukan teknik wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner terhadap responden. Pedagang ini dibedakan menjadi dua yaitu pedagang tetap yang terdiri dari kios dan penyewaan alat wisata air serta pedagang musiman yang hanya datang pada hari sabtu dan minggu atau hari libur. Responden yang dibutuhkan adalah pedagang di sekitar tempat wisata pantai dilakukan untuk mengestimasi pendapatan yang hilang akibat dari perubahan iklim lokal.

Wnn

PTH =

Wni X Ph

n

i=1 n


(53)

4.5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi Total dari Objek Pariwisata Pantai Anyer, Banten Akibat Adanya Perubahan Iklim Lokal

Analisis kerugian ekonomi total dari suatu objek pariwisata Pantai Anyer, Banten akibat terjadinya perubahan iklim lokal yaitu mengestimasi kerugian yang dialami oleh pihak pengelola pantai, pedagang serta pelaku usaha di luar objek wisata. Perubahan iklim lokal akan berdampak terhadap perubahan permintaan tempat wisata. Hal ini akan diikuti oleh adanya kerugian ekonomi total dari objek pariwisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten.

Estimasi kerugian ekonomi pelaku usaha di luar objek wisata dilakukan dengan mengestimasi pengeluaran pengunjung saat melakukan kegiatan wisata yang dikeluarkan di luar objek wisata tersebut, kerugian pedagang serta kerugian yang ditanggung pihak pengelola pantai. Kerugian pelaku usaha lain di luar objek wisata dilakukan dengan mengestimasi pengeluaran pengunjung di luar objek wisata yang biasa digunakan dalam metode biaya perjalanan Langkah yang digunakan dalam mengestimasi pengeluaran pengunjung di luar objek wisata, yaitu:

1. Menentukan klaster asal wisatawan. 2. Membuat kuisioner.

3. Mentabulasi pengeluaran wisatwan dari rumah langsung ke objek wisata (hanya pengeluaran yang dikeluarkan pengunjung di luar objek wisata).

4. Menghitung total pengeluaran. 5. Nilai total seluruh wisatawan.

Selanjutnya, diestimasi kerugian ekonomi pelaku usaha lain di luar objek wisata berdasarkan data dan informasi yang diperoleh serta menjumlahkannya dengan kerugian pihak pengelola pantai serta pedagang yang merupakan kerugian


(54)

ekonomi total akibat adanya perubahan iklim lokal terhadap objek wisata di Kawasan Pantai Anyer, Banten.


(55)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Penelitian

Pantai Anyer merupakan salah satu pantai yang digemari oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Pantai Anyer terletak di koordinat 6º00’-6°92’ Lintang Selatan dan 105º00’-109°361’ Bujur Timur. Secara administrative, Kawasan Pantai Anyer terletak di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Batas-batas Kawasan Pantai Anyer Kecamatan Anyer ini adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sunda • Sebelah Timur berbatasan dengan Kosambi Ronyok

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Manis, Cikoneng, dan Bunihara

• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda

Sumber: Http://rakornas2011.litbang.bantenprov.co.id, Diakses 28 April 2011

Gambar 2. Peta Letak Kawasan Pantai Anyer, Banten

Terdapat banyak pantai indah di sepanjang kawasan Pantai Anyer, salah satunya Pantai Bandulu. Pantai Bandulu ini dulu lebih dikenal dengan nama Pantai Sambolo yang merupakan salah satu objek wisata yang diunggulkan. Secara administratif objek wisata Pantai Bandulu ini terletak di Desa Bandulu,


(56)

Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Objek wisata ini berbatasan dengan Desa Cikoneng di sebelah utara, Desa Sindang Karya di sebelah timur, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kamasan dan sebelah barat dengan Selat Sunda. Pantai Bandulu ini terletak di sepanjang kawasan Anyer.

Luas total lahan objek wisata ini sebesar 6.444 m2. Lokasi Pantai Bandulu ini bersebelahan dengan Hotel Patra Jasa dan Hotel Nuansa Bali. Awalnya pantai ini dikenal dengan nama Pantai Sambolo, namun pada tahun 2004 berpindah tangan sehingga namanya berubah menjadi Pantai Bandulu seperti nama desa dimana pantai ini berada. Lahan objek wisata ini merupakan perluasan lahan milik Perusahan Patra Jasa. Perusahaan Patra Jasa memberikan kepercayaan kepada CV. Putra Bandulu untuk mengelola objek wisata ini. Pihak pengelola menggunakan sistem sewa.

Pantai Bandulu memiliki beberapa kelebihan sehingga menjadi pantai di kawasan Pantai Anyer yang paling banyak dikunjungi wisatawan (Amanda M, 2009). Beberapa kelebihan dari Pantai Bandulu ini adalah:

1. Keamanan, pantai ini tidak mempunyai catatan kecelakaan pengunjung (tidak ada pengunjung yang meninggal karena terbawa arus).

2. Tidak ada karang di sepanjang pantai ini, sehingga sangat cocok untuk para pengunjung berenang karena tidak ada karang yang membahayakan.

3. Pihak pengelola selalu berusaha menjaga kebersihan pantai ini agar kenyamanan pengunjung dapat terjaga.

Pantai Bandulu Anyer ini tidak mempunyai catatan kecelakaan pengunjung dikarenakan adanya aturan yang cukup ketat terkait kegiatan wisata


(57)

yang dilakukan oleh pengunjung. Pada saat gelombang di laut sedang pasang setinggi 1 meter pengelola sudah mulai waspada dan lebih mengawasi kegiatan pengunjung hingga 3 meter maka tidak diperbolehkan melakukan kegiatan wisata air seperti Banana Boat dan Jetsky namun masih diperbolehkan berenang atau bermain hanya dipinggiran pantai saja. Kegiatan berenang dan bermain selancar hanya diperbolehkan hingga jarak 50 meter dari pinggir pantai dan sudah terdapat patok sebagai tanda batas maksimal serta adanya life guide yang selalu memantau.

5.2 Fasilitas Pantai Bandulu Anyer

Pantai Bandulu Anyer merupakan salah satu pantai dikawasan Anyer yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini dikarenakan keindahan pasir putihnya serta tidak terdapat karang disepanjang pantai ini yang menjadikan Pantai Bandulu Anyer ini aman untuk para pengunjung yang berenang. Selain itu, Pantai Bandulu ini menawarkan berbagai fasilitas yang lebih baik dari pengelola pantai lainnya.

Pengelola Pantai Bandulu Anyer ini menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan untuk memuaskan pengunjung yang menghabiskan waktunya untuk menikmati suasana pantai atau bermain wisata air di tempat ini. Fasilitas yang ditawarkan oleh objek wisata Pantai Bandulu Anyer ini adalah sebagai berikut:

1. Saung lesehan, saung yang terdapat di sepanjang pantai yang merupakan tempat untuk beristirahat dan meletakkan barang saat pengunjung berenang atau bermain di pantai. Saung ini disewakan dengan biaya Rp 60 000,00 per saung.


(58)

2. Warung makan, merupakan warung yang menyajikan aneka makanan dan minuman yang memudahkan pengunjung untuk membeli makanan dan minuman.

3. Kios cinderamata, merupakan tempat penjualan souvenir atau cinderamata. 4. Mushola, merupakan sarana beribadah bagi umat Islam.

5. Penyewaan ban, dengan biaya Rp 5 000,00 per ban. 6. Penyewaan selancar, biaya Rp 10 000,00

7. Penyewaan banana boat, biaya Rp 180 000,00 per enam orang. 8. Penyewaan Jet sky, biaya Rp 180 000,00 per trip.

9. Toilet, adapun biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan toilet ini adalah Rp 2 000,00 per orang.

10.Panggung hiburan, diperuntukan apabila ada permintaan pengunjung rombongan akan hiburan musik ataupun event. Adapun biaya yang dikenakan untuk penyewaan panggung ini sebesar Rp 17 500,00 per meter.

11.Musik orgen atau dangdut dengan dua penyanyi, diperuntukan apabila ada permintaan dari pengunjung rombongan yang menginginkan hiburan musik. Biaya yang dikenakan sebesar Rp 2 000 000,00.

12.Seni tradisional Banten (debus), diperuntukan apabila ada permintaan dari pengunjung rombongan yang ingin menyaksikan aksi dari seni tradisional debus. Biaya yang dikenakan sebesar Rp 1 500 000,00.

Objek wisata Pantai Bandulu Anyer ini memberlakukan tiket masuk sesuai dengan cara kedatangannya seperti pada Tabel 6 berikut.


(1)

23 Jakarta 33333 10000 0 2000 8000 74166

24 Jakarta 62500 23000 200000 0 16875 302375

25 Jakarta 62500 30000 0 2000 0 290750

26 Jakarta 28571 20000 0 2000 5000 95571

27 Jakarta 31250 35000 0 2000 0 98250

28 Jakarta 50000 20000 180000 0 0 250000

29 Jakarta 31250 30000 0 2000 0 93250

30 Jakarta 44737 30000 0 2000 3000 89737

31 Jakarta 50000 25000 0 2000 4125 261125

32 Cilegon 5000 0 0 0 1300 6300

33 Cilegon 30000 10000 0 0 0 40000

34 Cilegon 30000 15000 0 0 0 45000

35 Cilegon 25000 20000 0 0 0 45000

36 Cilegon 25000 25000 0 0 0 50000

37 Cilegon 20000 15000 0 0 0 40909

38 Cilegon 5000 10000 0 0 0 15000

39 Cilegon 5000 17000 0 0 0 22000

40 Cilegon 8750 18125 0 2000 0 38875

41 Cilegon 16667 25000 0 2000 0 53667

42 Cilegon 7500 0 0 0 0 7500

43 Cilegon 7500 0 0 2000 0 19500

44 Cilegon 5000 0 0 2000 0 17000

45 Cilegon 7500 0 0 2000 0 19500


(2)

Lampiran 3. Data Pengeluaran Pengunjung (Lanjutan…)

46 Cilegon 16667 20000 0 0 0 36667

47 Cilegon 16667 33333 0 0 0 50000

48 Cilegon 25000 25000 0 2000 2000 64000

49 Cilegon 25000 16667 0 2000 0 53667

50 Cilegon 20000 28000 0 0 13000 61000

51 Cilegon 7500 0 0 0 5000 12500

52 Cilegon 5000 0 0 2000 0 17000

53 Cilegon 3333 10000 0 0 3333 16666

54 Serang 14286 50000 0 2000 0 79286

55 Serang 10000 20000 0 2000 0 42000

56 Serang 10000 0 0 2000 0 27000

57 Serang 16667 0 0 0 0 16667

58 Serang 24000 0 0 2000 0 66000

59 Serang 25000 55000 0 0 5000 85000

60 Serang 7500 15000 0 0 0 22500

61 Serang 10000 10000 0 2000 0 32000

62 Serang 25000 35000 0 2000 0 72000

63 Serang 7500 0 0 2000 0 19500

64 Serang 10000 15000 0 2000 0 37000

65 Serang 14286 10000 0 0 0 24286

66 Serang 25000 25000 0 2000 0 62000

67 Serang 7500 5000 0 0 5000 17500

68 Serang 7500 15000 0 0 0 22500


(3)

69 Serang 30000 25000 0 2000 1667 68667

70 Serang 7500 10000 0 2000 0 59500

71 Bandung 60000 15000 250000 2000 0 357000

72 Bandung 44444 20000 0 2000 0 112444

73 Bandung 30000 0 0 0 0 46000

74 Bandung 100000 50000 0 0 0 150000

75 Bandung 60000 22000 100000 0 8000 690000

76 Bandung 50000 12500 0 2000 0 74500

77 Bandung 58333 28333 0 2000 0 127416

78 Bandung 41667 25000 0 0 0 69667

79 Bandung 60000 30000 160000 2000 0 282000

80 Bandung 62500 37500 0 0 16250 128250

81 Bandung 41667 33333 0 0 10833 97083

82 Tangerang 55556 25000 0 0 7222 103778

83 Tangerang 16667 20000 116667 2000 0 165334

84 Tangerang 26667 33333 0 2000 0 85500

85 Tangerang 41667 15000 0 2000 0 88667

86 Tangerang 21429 10000 0 2000 0 43429

87 Tangerang 21429 26667 0 0 1429 49525

88 Tangerang 25000 21428 0 0 0 46428

89 Tangerang 21429 30000 0 2000 0 83429

90 Tangerang 25000 33333 0 0 1667 60000

91 Bogor 66667 20000 0 0 0 86667


(4)

Lampiran 3. Data Pengeluaran Pengunjung (Lanjutan…)

92 Bogor 250000 10000 66667 0 0 336667

93 Bogor 60000 30000 40000 0 0 180000

94 Bogor 45714 15000 0 2000 0 102714

95 Bogor 44444 25000 0 2000 0 116444

96 Bogor 58333 20000 100000 2000 0 232833

97 Bogor 62500 50000 0 2000 16250 167000

98 Bojonegara 20000 10000 0 0 0 30000

99 Tj. Priok 33333 15000 0 2000 0 64333

100 Pontianak 2800000 0 500000 2000 0 3342000

Sumber: Data Primer, 2011


(5)

RIRIE RAMDASARI ARIFIN. Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Permintaan Pariwisata Kawasan Pantai Anyer, Banten (Kasus Pantai

Bandulu Anyer). Dibimbing Oleh RIZAL BAHTIAR.

Perubahan iklim adalah kondisi cuaca yang semakin ekstrim, serta terjadinya perubahan musim dan meningkatnya curah hujan. Fenomena perubahan iklim global yang sedang terjadi akan mempengaruhi perubahan iklim lokal. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat merasakan fenomena perubahan iklim tersebut karena terletak di wilayah equator. Fenomena tersebut memberikan dampak terhadap berbagai sektor salah satunya sektor pariwisata pantai. Perubahan iklim di Indonesia diperkirakan akan mempengaruhi karakteristik dan pola kunjungan pengunjung, baik nusantara maupun mancanegara. Hal ini dikarenakan kondisi iklim sangat berpengaruh dalam melakukan wisata outdoor terlebih lagi di sekitar pantai (Becken S dan John E, 2007).

Kawasan Pantai Anyer merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Serang. Hal ini dikarenakan pemandangannya yang indah serta pasirnya yang putih membuat kawasan ini sering dikunjungi oleh pengunjung lokal maupun mancanegara. Namun, beberapa tahun terakhir ini menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Serang jumlah kunjungan ke objek wisata ini mengalami penurunan yang diduga karena kondisi iklim yang semakin ekstrim dan tidak menentu.

Maka, penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal yang terjadi di Kawasan Pantai Anyer, Banten serta pengaruhnya terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan di wisata pantai ini. Tujuan kedua untuk mengestimasi kerugian ekonomi pelaku objek wisata akibat adanya perubahan iklim lokal. Tujuan terakhir adalah untuk mengestimasi kerugian ekonomi total objek wisata akibat adanya perubahan iklim lokal.

Hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa tujuan adalah fenomena perubahan iklim lokal di Kawasan Pantai Anyer telah terjadi serta memberikan pengaruh terhadap keputusan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di pantai tersebut. Indikator iklim yang digunakan adalah curah hujan, hari hujan serta ketinggian gelombang.

Fenomena perubahan iklim lokal ini memberikan dampak bagi pelaku objek wisata yaitu pengelola pantai dan pedagang sekitar yang dikarenakan oleh menurunnya jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata ini. Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh pihak pengelola pantai karena adanya penurunan jumlah tiket yang terjual akibat fenomena ini adalah sebesar Rp 399 250 000,00. Sedangkan kerugian yang ditanggung oleh pedagang akibat fenomena perubahan iklim lokal ini sebesar Rp 497 987 750,00.

Kerugian ekonomi total objek wisata pantai ini akibat adanya perubahan iklim lokal merupakan kerugian yang ditanggung oleh pihak pengelola pantai, pedagang serta pelaku usaha lain di luar objek wisata. Kerugian pelaku usaha di luar objek wisata ini, yakni sebesar Rp 21 770 959 916,00. Sedangkan kerugian


(6)

ekonomi total objek wisata pantai ini akibat adanya fenomena perubahan iklim lokal adalah sebesar Rp 22 668 197 666,00.

Maka dari itu, Sosialisasi dari pemerintah mengenai fenomena perubahan iklim lokal serta resiko yang mungkin timbul kepada pihak pengelola pantai, pengelola hotel terutama pedagang agar dapat menyiasati fenomena perubahan iklim lokal dan memiliki rencana tanggap bencana serta sistem peringatan dini. Selain itu, Pemerintah serta stakeholder lainnya harus membantu pengelola pantai dan seluruh pelaku objek wisata pantai ini menyediakan sarana dan prasarana khususnya yang memerlukan modal besar. Hal ini berupa pembangunan fasilitas-fasilitas yang tetap dapat digunakan oleh pengunjung walaupun kondisi iklim sedang hujan serta angin yang menyebabkan gelombang pasang semakin tinggi sehingga dampak dari perubahan iklim dapat diantisipasi. Menawarkan berbagai produk wisata tambahan dengan adanya perjalanan ekowisata, menampilkan atraksi seni dan budaya setempat oleh pihak pengelola pantai maupun hotel serta kegiatan the way of life atau pengunjung dapat mengunjungi desa-desa di sekitar objek wisata untuk dapat mengetahui tata cara hidup suatu masyarakat.