9 yang dihadapi dapat diatasi dengan cepat sehingga sekolah reguler dapat
mengimplementasikan pendidikan inklusif dengan baik. Hal tersebut akan membawa dampak terlayaninya pendidikan bagi semua anak tidak terkecuali anak
yang memiliki kebutuhan khusus. Selain itu akan tersedianya fasilitas pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan semua peserta didik dan
terjalinnya kerjasama antara SDN “X” dengan SLB sebagai resource center implementasi pendidikan inklusif dalam mengatasi permasalahan yang timbul
dalam melaksanakan pendidikan inklusif.
3. Bagi SLB
Model pelatihan dengan konsep mentoring dapat dipergunakan oleh SLB dalam menjalankan perannya sebagai resource center sistem dukungan bagi
implementasi pendidikan inklusif.
F. Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah diuraikan , peneliti
melakukan tiga tahap penelitian sebagai berikut :
Penelitian tahap pertama bertujuan ingin memahami kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN ” X”. Pendekatan yang digunakan
adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada Sukmadinata, 2006:72. Fenomena tersebut adalah fenomena dalam implementasi pendidikan inklusif di SDN ’X’. Untuk memperoleh data
menggunakan teknik tes, wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Tes
10 dipergunakan untuk menghimpun data tentang pengetahuan kepala sekolah dan
guru tentang pendidikan inklusif. Wawancara dilakukan kepada Kepala sekolah dan dua orang guru untuk memperoleh data tentang upaya-upaya apa yang telah
dilakukan sekolah dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang terkait dengan implementasi pendidikan inklusif dan kendala-kendala apa yang
ditemui. Sedangkan studi dokumenter untuk memperoleh data tentang ketersediaan administrasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan PDBK dan
observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang keterampilan guru dalam melaksanakan pembalajaran dengan seting inklusif dan ketersediaan aksesibilitas
fisik di sekolah tersebut. Studi dokumentasi dan observasi dilakukan untuk mengukur kompetensi kepala sekolah dan guru dari aspek keterampilannya. Data
yang diperoleh berbentuk kuantitatif dan kualitatif. Untuk data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif prosentase, sedangkan data
yang berbentuk kulitatif menggunakan content analysis Penelitian tahap kedua bertujuan untuk merumuskan model konseptual dan
operasional model pelatihan dengan konsep mentoring yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan
implementasi pendidikan inklusif. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan studi literatur sehingga ditemukan model konseptualnya. Selanjutnya melalui Focus
Group Discussion FGD yang melibatkan Pengawas SLB dan Widyaiswara BPG SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat ditemukan model operasionalnya.
Analisis data pada tahap ini menggunakan Content analysis dan analysis domain .Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang