EFEKTIPITAS MODEL PELATIHAN DENGAN KONSEP MENTORING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN GURU YANG BERKAITAN DENGAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI SDN ”X” KABUPATEN BANDUNG.

(1)

EFEKTIPITAS MODEL PELATIHAN DENGAN KONSEP MENTORING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI

KEPALA SEKOLAH DAN GURU YANG BERKAITAN DENGAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

DI SDN ”X” KABUPATEN BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

OLEH SRI HANDIKIN

NIM. 0603800

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG – TAHUN 2010


(2)

DESETUJUI DAN DISAHKAN

Pembimbing I

Drs. Juang Sunanto, M.A, Ph.D. NIP. 196105151987031002

Pembimbing II

Dr. Didi Tarsidi, M.Pd NIP. 195106011979031003

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Zainal Alimin, M.A NIP. 195903241984031002


(3)

ABSTRAK

Judul tesis ini adalah “Efektipitas Model Pelatihan dengan Konsep Mentoring untuk Meningkatkan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru yang Berkaitan dengan Implementasi Pendidikan Inklusif” di SDN “X” Kabupaten Bandung. Tesis ini dilatarbelakangi oleh permasalahan adanya perubahan dalam dunia pendidikan di Indonesia yaitu lahirnya paradigma pendidikan inklusif. Inti dari paradigma pendidikan inklusif adalah pemberian layanan pendidikan yang memenuhi kebutuhan khusus setiap anak dan falsafahnya adalah menghargai perbedaan semua anak. Untuk dapat merespon perubahan tersebut diperlukan penyesuaian manajemen di sekolah reguler agar dapat memenuhi kebutuhan yang beragam dari setiap peserta didik.

Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten. Kepala sekolah dan guru sebagai figur kunci dalam melaksanakan pendidikan inklusif perlu ditingkatkan kompetensinya baik pengetahuan dan keterampilannya agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional. Upaya ke arah tersebut telah dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah Balai Pelatihan Guru Sekolah Luar Biasa (BPG SLB) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Pelatihan Pendidikan Inklusif, namun fakta di lapangan menunjukan bahwa implementasi pendidikan inklusif di sekolah reguler masih menemui banyak hambatan Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu ditemukan model pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru agar sekolah reguler dapat melaksanakan pendidikan inklusif dengan baik.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian dalam tiga tahap. Hasil penelitian tahap I menunjukan bahwa kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN ”X” saat ini belum berjalan dengan baik. Hasil penelitian tahap II menunjukan bahwa rumusan model pelatihan yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif adalah konsep mentoring sebagai model konseptual dan sebagai model operasionalnya melalui pelatihan dengan bentuk in housse training dan selanjutnya dilakukan pendampingan. Hasil penelitian tahap III menunjukan bahwa model pelatihan dengan konsep mentoring, efektif untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif . Oleh karenanya pendidikan inklusif akan dapat diimplementasikan di sekolah reguler dengan baik dan dalam waktu yang lebih cepat.

Dengan demikian hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada ( 1 ) BPG-SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk menggunakan model pelatihan dengan konsep mentoring tersebut dalam program kegiatan pelatihan tahun 2010 ; ( 2 ) Kepala sekolah reguler, agar menjalin kerja sama dengan BPG-SLB dan BPG-SLB dalam upaya meningkatkan kompetensi SDM di sekolah tersebut; ( 3 ) SLB sebagai resource center implementasi pendidikan inklusif hendaknya berperan aktif dalam memberikan dukungan kepada sekolah reguler yang melaksanakan pendidikan inklusif; ( 4 ) Peneliti lain hendaknya melanjutkan menemukan fenomena yang lebih dalam dari hasil penelitian ini.


(4)

ABSTRACT

This thesis is entitled “The Effectiveness Training Model with a Concept of Mentoring for the Enhancement of School Headmaster and Teacher’s Competence in Relation to the Implementation of Inclusive Education” at SDN “X” Kabupaten Bandung. Such a title is taken due to some problematic changes in the world of Indonesian education, that is, the birth of inclusive educational paradigm. Inclusive educational paradigm is essentially a provision of service which meets each child specific needs. It is a philosophy for the respect of any differences in each child . In response to the changes, some adjustments management is required at regular schools in order that it can meet varied needs of each pupil.

For those purposes the school needs to have proper education and teachers with specific competence. The headmaster and teachers as key figures in implementing the inclusive education need to be enhanced on their competence, either their knowledge and skills so that they can perform their tasks and duties professionally. Efforts leading to this enhancement have been undertaken by the government, one of which is by the BPG SLB (Training Center for Teachers of Special School) Department of Educational West Java Province through Inclusive Educational Trainings. Yet, in practice, the reality found at work sites indicates that the implementation of inclusive education at regular schools is still having lots of hindrances. To cope with this problem it is required to find an effective training model to promote the headmaster and teachers’ competence in order that the regular schools may perform a proper inclusive education.

To achieve those objectives a research is conducted in three stages. The result of stage-I research shows that the current objective condition of inclusive education implementation at SDN “X” (elementary school) has not run properly. The result of stage-II shows that the appropriate formula of training model to increase the competence of the headmaster and teachers related to the implementation of inclusive education is a mentoring concept as the conceptual model. And as its operational model is a training in the form of in-house training, then it is followed by providing buddy assistance. The result of stage-III shows that a training model with a mentoring concept is effective in increasing the competence of the headmaster and teachers related to the implementation of inclusive education. Thus, the inclusive education can be properly implemented with faster speed at regular schools.

Accordingly, these results of research can be recommended to (1) BPG-SLB Department of Education West Java Province to adopt this training model with a mentoring concept on the training of 2010; (2) Headmasters of regular schools to establish collaboration with BPG-SLB and Special Schools in an effort to increase HR competence at the school; (3) SLB (Special Schools) as a resource center in the implementation of inclusive education should actively participate in supporting the regular schools that perform the inclusive education; (4) Other researchers should carry on discovering thorough phenomena of the research outcome.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektipitas Model Pelatihan dengan Konsep Mentoring untuk Meningkatkan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru yang Berkaitan dengan Implementasi Pendidikan Inklusif” di SDN “X” Kabupaten Bandung ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Bandung, Januari 2010 Yang Membuat Pernyataan


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat-Nya, dengan telah selesainya karya ilmiah ( tesis ) ini, sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka menyelesaikan program magister ( S2 ) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini mengkaji tentang efektipitas model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetisi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif di SDN “X” Kabupaten Bandung. Permasalahan yang dikaji adalah adanya fakta tentang implementasi pendidikan inklusif di sekolah regular saat ini belum berjalan dengan baik. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyaknya hambatan yang ditemui terutama belum kompeten SDM yang terlibat di dalamnya . Kepala sekolah dan guru yang tidak kompeten dalam melaksanakan pendidikan inklusif, akan membawa akibat tidak terlayaninya kebutuhan yang beragam dari peserta didik yang pada gilirannya akan merugikan perkembangan peserta didik, terutama peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah tersebut. Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah merumuskan model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif dan dikaji sejauh mana keefektifannya.

Tesis ini diuraikan dalam lima bab, Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian , tujuan penelitian,


(7)

manfaat penelitian, metoda penelitian, dan lokasi penelitian. Bab II Model Pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru berisi tentang Pendidikan Inklusif, kompetensi kepala sekolah dan guru, dan konsep mentoring. Bab III Metoda Penelitian berisi tentang A. Penelitian Tahap I meliputi : pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data dan pengembangan instrumen penelitian, dan teknik analisis data; B. Penelitian Tahap II meliputi : pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data ; C. Penelitian Tahap III meliputi : metode dan desain uji coba, subjek uji coba, variable uji coba, dan prosedur uji coba, Bab IV berisi uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan selanjutnya. Bab V berisi uraian tentang kesimpulan penelitian, implikasi dan rekomendasinya.

Dalam menyusun karya ilmiah ini banyak pihak yang telah membantu, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Untuk hal tersebut penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Drs. Juang Sunanta, M.A, Ph.D. selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Didi Tarsidi, M.P.d selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Dr. Zainal Alimin, M.Ed. selaku ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus yang memberikan kemudahan dan kesempatan dalam menimba ilmu di institusi ini.


(8)

3. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana UPI yang telah mencurahkan pengetahuan selama penulis menimba ilmu di kampus ini.

4. Prof. Miriam Donath Skjorten dari Universitas Oslo Norwegia, sebagai dosen tamu yang telah memberikan nuansa dan cakrawala pengetahuan terutama pendidikan inklusif.

5. Gubernur Provinsi Jawa Barat dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan izin untuk mengikuti pendidikan. 6. Kepala BPG-SLB dan Kepala Seksi beserta seluruh staf yang selalu

memberikan dukungan moril selama penulis menempuh pendidikan. 7. Rekan Widyaiswara, Pengawas SLB dan praktisi PLB Provinsi Jawa Barat

yang selalu berbagi ilmu dan saran dalam penyelesaian tesis ini.

8. Ibu Hj. Ike Herlina, S.Pd selaku kepala sekolah dan Bapak/Ibu guru SDN Jati Endah Kabupaten Bandung yang telah mengizinkan dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dengan segenap kasih sayangnya terutama anak-anakku, Harmoni dan Ginanjar.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan untuk membalasNya. Amin.

Bandung, Januari 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Petanyaan Penelitian... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Metoda Penelitian ... 9

G. Lokasi Penelitian ... 11

BAB. II. MODEL PELATIHAN DENGAN KONSEP MENTORING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN GURU ... 12


(10)

A. Pendidikan Inklusif ... 12

1. Pengertian Pendidikan Inklusif ... 12

2. Landasan Pendidikan inklusif ... 18

3. Anak Berkebutuhan Khusus ... 26

B. Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru ... 37

C. Konsep Mentoring ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 47

A. Penelitian Tahap Pertama... 47

1. Pendekatan Penelitian Tahap I ... 47

2. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian Tahap I... 53

a. Teknik Pengumpulan Data ... 54

b. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 55

3. Teknik Analisis Data Penelitian Tahap I ... 57

B. Penelitian Tahap Kedua ... 58

1. Pendekatan Penelitian Tahap II... 59

2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tahap II... 60

3. Teknik Analisis Data Penelitian Tahap II ... 60

C. Penelitian Tahap Ketiga ... 60

1. Metode dan Desain Uji Coba... 60

2. Subjek Uji Coba... 61

3. Variabel Uji Coba... 61


(11)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64 A. Hasil Penelitian ... 64

1. Kondisi Objektif Implementasi Pendidikan Inklusif

di SDN “X” Saat Ini ... 64 a. Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif yang

Telah Dimiliki Kepala Sekolah dan Guru... 65 b. Upaya yang Telah Dilakukan Untuk Meningkatkan

Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru yang Berkaitan Dengan Implementasi Pendidikan Inklusif... 67

c. Kendala yang Dihadapi Kepala Sekolah dan Guru

dalam Implementasi Pendidikan Inklusif ... 67 d. Ketersediaan Administrasi Pembelajaran yang Sesuai dengan Kebutuhan PDBK... 69

e. Keterampilan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran dengan Seting Inklusif ... 70

f. Ketersediaan Aksesibilitas Fisik... 70 2. Rumusan Model Pelatihan yang Sesuai untuk Meningkatkan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru yang Berkaitan

dengan Implementasi Pendidikan Inklusif... 72 a. Model Konseptual ... 73 b. Model Operasional... 75 3. Efektifitas Model Pelatihan dengan KonsepMentoring


(12)

Guru yang Berkaitan dengan Implementasi

Pendidikan Inklusif ... 79

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

1.Kondisi Objektif Implementasi Pendidikan Inklusif di SDN “X” Saat Ini ... 87

a. Kompetensi Kepala Sekolah... 89

b. Kompetensi Guru... 96

2. Rumusan Model Pelatihan yang Sesuai untuk Meningkatkan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru yang Berkaitan dengan Implementasi Pendidikan Inklusif ... 104

3. Efektifitas model pelatihan yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif ... 114

BABV.KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 114

A. Kesimpulan ... 120

B. Implikasi ... 122

C. Rekomendasi ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 129

3.1 Daftar Peserta Didik Berkebutuhan Khusus SDN ”X” Tahun Pelajaran 2009-2010... 129


(13)

3.2. Kisi-kisi Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 131

3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 133

3.4 Instrumen Tes ... 134

3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara... 144

3.6 Pedoman Wawancara ... 146

3.7 Kisi-kisi Pedoman studi Dokumentasi ... 148

3.8 Pedoman Studi Dokumentasi ... 149

3.9 Kisi-kisi Pedoman Observasi... 152

310 Pedoman Observasi ... 153

4.1 Aspek dan Indikator Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif... 155

4.2 Skor Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif yang Telah Dimiliki Kepala Sekolah dan Guru ... 157

4.3 Skor Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif Setelah Diberikan Penataran... 159

4.4 Perbandingan Skor Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif Sebelum dan Sesudah Diberikan Pelatihan Pendidikan Inklusif... 161

4.5 Foto-Foto Keadaan Sarana dan Prasarana yang tidak Aksesibel Bagi PDBK di SDN ”X” ... 162

4.6 Foto Contoh aksesibilitas Fisik yang Diharapkan Ada di Sekolah Yang menyelenggarakan Pendidikan Inklusif... 164 Surat Permohonan Izin Penelitian

Surat Keterangan Melakukan Penelitian


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

2.1. Perangkat untuk Menciptakan Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran ( LIRP )... 45

3.1. Profil Guru SDN ”X”... 52 4.1. Jadwal Pelatihan Pendidikan Inklusif... 81

4.2. Perbandingan Keterampilan Guru di SDN ”X”sebelum dan Sesudah

Dilakukan Pendampingan... 86 4.3 Jadwal Kegiatan Pendampingan Implementasi Pendidikan Inklusif


(15)

DAFTAR BAGAN

BAGAN

Halaman

3.1. Komponen dalam Analisis Data... 58 3.2. Alur Penelitian Efektipitas Model Pelatihan dengan Konsep

Mentoring ... 63 4.1. Model Konseptual Model Pelatihan dengan Konsep Mentoring... 75 4.2. Alur Perumusan Model Pelatihan dengan Konsep Mentoring ... 105


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Halaman


(17)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK Halaman

4.1. Skor Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif yang

Telah Dimiliki Kepala Sekolah dan Guru ... 65 4,2. Skor Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif yang

Telah Dimiliki Kepala Sekolah dan Guru dalam % ... 66 4.3 Skor Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif Setelah

Diberikan Pelatihan... 84 4.4. Skor Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif Setelah

Diberikan Pelatihan dalam %... 84 4.5 Perbandingan Skor Pengetahuan Tentang Pendidikan Inklusif


(18)

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal tahun 1990-an terjadi perubahan mendasar dalam dunia pendidikan di Indonesia sehingga ada perubahan konsep dan praktek dalam Pendidikan Luar Biasa. Perubahan tersebut yaitu lahirnya paradigma pendidikan inklusif yang sarat dengan muatan kemanusiaan. Inti dalam paradigma pendidikan inklusif yaitu sistem pemberian layanan pendidikan dalam keberagaman, dan falsafahnya yaitu menghargai perbedaan semua anak. Seperti dikatakan Skjorten bahwa : “ Konsekwensi yang paling penting dari perubahan – perubahan ini adalah pengakuan dan penghargaan akan adanya keragaman”. (Johnsen dan Skjorten, 2003:31). Pendidikan inklusif membawa perubahan mendasar yaitu adanya pergeseran pemikiran dari pendidikan khusus (special education) bergeser ke pendidikan kebutuhan khusus ( Special need education).Pada tataran operasionalnya ada pergeseran dari pola segregasi ( Sekolah Luar Biasa) menuju pola inklusi (sekolah reguler). Ini berarti telah terjadi perubahan dalam kesadaran dan sikap para perencana dan praktisi pendidikan, perubahan keadaan, perubahan metodologi, perubahan penggunaan konsep- konsep terkait dan sebagainya.

Perubahan di sekolah yang menjadi prioritas adalah menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif, di mana disediakannya pelayanan pendidikan bagi anak dengan kebutuhan khusus di sekolah bersama-sama dengan anak pada umumnya dengan menyediakan program pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka, langkah kedepan dalam menerapkan


(20)

2 pendidikan inklusif perlu perubahan yang besar. Dalam proses perubahan tersebut meliputi kemungkinan ditemukannya kesulitan, memerlukan banyak waktu dan dalam pelaksanaannya banyak hal yang sangat menantang. Walaupun dalam pelaksanaannya muncul permasalahan-permasalahan yang menantang juga sekaligus menghadirkan kesempatan bagi guru untuk memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan lingkungan belajar yang menghargai semua perbedaan.

Terjadinya reformasi dibidang pendidikan tersebut mengakibatkan perubahan struktur di sekolah yaitu pelayanan pendidikan mengakomodasi kebutuhan dari kelompok-kelompok yang berbeda yaitu anak-anak pada umumnya dan anak-anak yanag memiliki kebutuhan pendidikan khusus. Anak dengan kebutuhan pendidikan khusus bukan hanya anak dengan kecacatan saja tetapi juga anak dengan kesulitan belajar dan kelainan perilaku, latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda,kecerdasan istimewa dan keberbakatan bagaimanapun hal tersebut akan membawa resiko bagi lingkungan sekolah.

Siswa berkebutuhan pendidikan khusus bersama-sama dengan teman – teman sebayanya mengembangkan kemampuan akademik dan sosialnya dalam kebersamaan. Kurikulum yang diperlukan adalah kurikulum yang dapat memuat tujuan bersama, mengakui kekhasan setiap anak dan dapat mengakomodasi setiap kebutuhan anak sehingga membantu perkembangan mereka untuk dapat berhasil dalam belajar. Banyak perubahan yang harus dibuat oleh guru dalam praktek belajar mengajar di kelas, berupa menemukan jalan untuk mengelola kelas agar pembelajaran optimal yaitu dapat melayani kebutuhan yang berbeda-beda dari


(21)

3 setiap anak. Sekolah yang efektif adalah sekolah yang dapat menyediakan kurikulum yang memiliki kualitas kesetaraan bagi setiap anak sehingga mereka dapat berhasil menempuh pendidikan.

Sebagai figur kunci kepala sekolah dan gurulah yang harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan pendidikan inklusif, sehingga kompetensi yang terkait dengan implementasi pendidikan inklusif perlu ditingkatkan agar mampu merespon perubahan. Oleh karena itu perlu dibuat program pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang terencana berikut model pelatihan yang inovatif dan efektif yang akan membantu meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif sehingga membawa perubahan kepada kepala sekolah dan guru sekolah reguler (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) dalam menyikapi pendidikan inklusif. Kompetensi yang perlu ditingkatkan adalah aspek pengetahuan dan keterampilannya

Untuk memenuhi hal tersebut Balai Pelatihan Guru Sekolah Luar Biasa (BPG SLB) Dinas Pendidikan Prov. Jawa Barat melaksanakan pelatihan dengan mengundang seorang guru yang mewakili setiap sekolah untuk diberikan pelatihan tentang pendidikan inklusif. BPG SLB sejak tahun 2005 s.d tahun 2008 telah melaksanakan pelatihan Pendidikan inklusif bagi Kepala/Guru SD dan SLB sebanyak 180 orang dengan rincian sebagai berikut : tahun 2005 peserta 30 orang (Kepala sekolah dan guru SD), Tahun 2006 peserta 30 orang terdiri dari 26 guru SD dan 4 guru SLB, tahun 2007 peserta 40 orang terdiri dari 27 guru SD dan 13 guru SLB dan tahun 2008 peserta 80 orang terdiri dari 47 guru SD, 6 guru SMP, 5


(22)

4 guru SMA, 1 guru MTs, dan 21 guru SLB (Data ini diambil dari Laporan Kegiatan Pelatihan Layanan Pendidikan Inklusif Tahun 2005 s.d 2008 BPG SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat)

Hasil dari pelatihann tersebut ternyata dalam implementasinya di sekolah mengalami banyak hambatan . Fakta tersebut dibuktikan dengan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan tahun 2008 yang dilaksanakan oleh BPG SLB Dinas Pendidikan Prov. Jabar, informasi yang terjaring dari pelatihan pendidikan inklusif setelah dianalisis hasilnya antara lain : Kurangnya dukungan dari kepala sekolah dalam melaksanakan pendidikan inklusif ; masih banyak Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) yang belum dilayani sesuai dengan kebutuhannya; kurang tersedianya aksesibilitas fisik bagi ABK; dan kurang berperannya SLB sebagai resource center (pusat sumber) sistem dukungan bagi pelaksanaan pendidikan inklusif. Hal tersebut menggambarkan bahwa pendidikan inklusif di sekolah reguler belum berjalan dengan baik dan pelatihan pendidikan inklusif yang dilakukan oleh BPG SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum efektif.

Selain itu implementasi hasil pelatihan pendidikan inklusif sering mengalami hambatan dikarenakan hanya seorang guru sebagai peserta pelatihan yang mewakili setiap sekolah , di mana mengimplementasikan hasil pelatihan pendidikan inklusif adalah merubah sekolah agar menerapkan pendidikan inklusif dan merubah lingkungan sekolah menjadi lingkungan yang inklusif ramah terhadap pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut dalam prakteknya tidak mudah, dan seringkali menemui banyak hambatan. Hambatan yang dihadapi


(23)

5 oleh sekolah umum yang melaksanakan pendidikan inklusif meliputi : Pertama, memerlukan waktu untuk merubah budaya sekolah dan budaya masyarakat untuk menjadi inklusif. Kedua, sumber daya fisik maupun keahlian seperti pengetahuan dan keterampilan orang-orang yang terlibat dalam perubahan tersebut. Ketiga, sistem organisasi yang belum terbentuk/tertata.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut penulis bermaksud meneliti model pelatihan yang inovatif dan efektif yang akan membantu meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang terkait dengan implementasi pendidikan inklusif sehingga pengembangan pendidikan inklusif dapat berjalan dengan cepat. Konsep mentoring merupakan satu pilihan untuk dijadikan model pelatihan dan diteliti sejauh mana keefektifannya dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru. Konsep mentoring perlu diteliti keefektifannya karena seperti yang dikemukakan oleh Crandall : ”Model-model efektif pengembangan profesional guru : pertama model mentoring yaitu para praktisi dan guru yang berpengalaman merilis pengetahuannya atau melakukan aktivitas mentor kepada praktisi yang kurang berpengalaman ....” (Danim, 2002: 45)

B. Rumusan Masalah

Gagasan perubahan yang dibawa oleh pendidikan inklusif sangat .luas karena pendidikan inklusif adalah sebuah konsep atau pendekatan pendidikan yang berusaha menjangkau setiap orang tanpa kecuali. Oleh karenanya implementasi pendidikan inklusif seharusnya dilakukan seluas dan secepat mungkin. Namun kenyataan di lapangan sosialisasi implementasi pendidikan


(24)

6 inklusif yang dilakukan pemerintah dirasakan lambat karena banyak hambatannya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu ada dukungan kepada warga sekolah (kepala sekolah, guru, komite sekolah dan orang tua siswa) berupa bantuan untuk meningkatkan kompetensi yang terkait dengan implementasi pendidikan inklusif.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah ” Apakah model pelatihan dengan konsep mentoring efektif untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif ? ”.

C. Pertanyaan Penelitian

Selanjutnya masalah penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut

1. Bagaimanakah kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif. di SDN ”X” saat ini?

a Bagaimanakah pengetahuan yang telah dimiliki kepala sekolah dan guru tentang pendidikan inklusif ?

b Upaya apa yang telah dilakukan sekolah dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif ?

c Kendala-kendala apa yang dihadapi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif ?


(25)

7 d Bagaimanakah ketersediaan administrasi pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan PDBK?

e Bagaimanakah keterampilan guru dalam melaksanakan pembalajaran dengan seting inklusif ?

f Bagaimanakah ketersediaan aksesibilitas fisik di sekolah tersebut? 2. Bagaimanakah model konseptual dan model operasional model pelatihan

yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif ?

a Model konseptual yang bagaimanakah yang sesuai untuk dirumuskan menjadi model pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif ?

b Bagaimanakah model konseptual dirumuskan menjadi model operasional yang tepat untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif ?

3. Bagaimanakah efektipitas model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif ?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan model


(26)

8 pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. Sedangkan tujuan khususnya untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut

1. Kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif. di SDN ”X” saat ini 2. Model konseptual dan operasional model pelatihan untuk meningkatkan

kompetensi kepala sekolah dan guru yang terkait dengan implementasi pendidikan inklusif

3. Efektipitas model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif

E. Manfaat Penelitian

1. BPG SLB Dinas Pendidikan Prov.Jawa Barat

BPG SLB dapat melakukan inovasi dalam program pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan di Prov. Jabar dengan menggunakan model pelatihan dengan konsep mentoring yang telah diteliti efektif untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.tersebut. Sehingga akan terjadi efisiensi tehadap dana, waktu dan tenaga yang dipergukan dengan hasil yang lebih optimal.

2. Bagi sekolah reguler yang melaksanakan pendidikan inklusif

Penggunaan model pelatihan dengan konsep mentoring dalam upaya meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif di sekolah reguler, dimaksudkan agar hambatan


(27)

9 yang dihadapi dapat diatasi dengan cepat sehingga sekolah reguler dapat mengimplementasikan pendidikan inklusif dengan baik. Hal tersebut akan membawa dampak terlayaninya pendidikan bagi semua anak tidak terkecuali anak yang memiliki kebutuhan khusus. Selain itu akan tersedianya fasilitas pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan semua peserta didik dan terjalinnya kerjasama antara SDN “X” dengan SLB sebagai resource center implementasi pendidikan inklusif dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam melaksanakan pendidikan inklusif.

3. Bagi SLB

Model pelatihan dengan konsep mentoring dapat dipergunakan oleh SLB dalam menjalankan perannya sebagai resource center sistem dukungan bagi implementasi pendidikan inklusif.

F. Metode Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah diuraikan , peneliti melakukan tiga tahap penelitian sebagai berikut :

Penelitian tahap pertama bertujuan ingin memahami kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN ” X”. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada (Sukmadinata, 2006:72). Fenomena tersebut adalah fenomena-fenomena dalam implementasi pendidikan inklusif di SDN ’X’. Untuk memperoleh data menggunakan teknik tes, wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Tes


(28)

10 dipergunakan untuk menghimpun data tentang pengetahuan kepala sekolah dan guru tentang pendidikan inklusif. Wawancara dilakukan kepada Kepala sekolah dan dua orang guru untuk memperoleh data tentang upaya-upaya apa yang telah dilakukan sekolah dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang terkait dengan implementasi pendidikan inklusif dan kendala-kendala apa yang ditemui. Sedangkan studi dokumenter untuk memperoleh data tentang ketersediaan administrasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan PDBK dan observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang keterampilan guru dalam melaksanakan pembalajaran dengan seting inklusif dan ketersediaan aksesibilitas fisik di sekolah tersebut. Studi dokumentasi dan observasi dilakukan untuk mengukur kompetensi kepala sekolah dan guru dari aspek keterampilannya. Data yang diperoleh berbentuk kuantitatif dan kualitatif. Untuk data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif (prosentase), sedangkan data yang berbentuk kulitatif menggunakan content analysis

Penelitian tahap kedua bertujuan untuk merumuskan model konseptual dan operasional model pelatihan dengan konsep mentoring yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan studi literatur sehingga ditemukan model konseptualnya. Selanjutnya melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan Pengawas SLB dan Widyaiswara BPG SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat ditemukan model operasionalnya. Analisis data pada tahap ini menggunakan Content analysis dan analysis domain .Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang


(29)

11 umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian (Sugiyono, 2008:256).

Penelitian tahap ketiga bertujuan untuk mengetahui efektipitas model pelatihan yang telah dirumuskan . Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan uji coba produk berupa model pelatihan dengan konsep mentoring menggunakan metode eksperimen dengan desain ” before – after ” (Sugiyono, 2008:303), yaitu eksperimen yang dilakukan dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah menggunakan model pelatihan yang telah dirumuskan. Efektipitas dalam eksperimen ini dilihat dari perubahan kompetensi kepala sekolah dan guru yang meliputi dua hal yaitu peningkatan pengetahuan tentang pendidikan inklusif dan keterampilan melaksanakan pendidikan inklusif.

G. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah salah satu sekolah yang telah melaksanakan pendidikan inklusif yaitu Sekolah Dasar Negeri ‘’X’’ di Kabupaten Bandung.


(30)

(31)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan tiga tahap penelitian, masing-masing diuraikan sebagai berikut: A. Penelitian Tahap Pertama :

1. Pendekatan Penelitian Tahap I

Tujuan penelitian tahap I ini adalah untuk mengetahui kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif. di SDN ”X” saat ini. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif . dengan metode deskriptif analitik. Kegiatan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian dilakukan pada objek yang alamiah.Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Pendekatan kualitatif digunakan dengan maksud untuk menjelaskan dan mengungkapkan efektifitas model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme yang memandang kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial, seperti yang dikemukakan oleh Mc. Milan dan Schumacher bahwa ” Reality is multilayer interactive and shared social experience interpretation by individuals” (Sukmadinata, 2005 : 60). Penelitian kualitatif


(32)

48 mempunyai dua tujuan utama yaitu, pertama menggambarkan dan mengungkapkan, kedua menggambarkan dan menjelaskan. Penelitian kualitatif sebagai penelitian yang naturalistik yang mempunyai karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2008:13) bahwa penelitian kualitatif itu :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata dan gambar, sehingga tidak menekankan kepada angka

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses daripada produk atau outcome

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)

Dengan demikian penelitian mengacu kepada karakteristik-karakteristik tersebut dalam melakukan seluruh proses penelitian. Pemilihan masalah penelitian didasari perspektif teori dengan didukung oleh kenyataan praktis di lapangan sehingga pemilihan masalah bersifat esensial, urgen dan bermakna. Masalah penelitian dibatasi dengan fokus penelitian untuk menentukan letak, tempat dan partisipan tanpa lebur dalam kepentingan kelompok partisipan yang diamati untuk mendapatkan informasi yang benar yang akan dijadikan data tentang kondisi


(33)

49 objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN “X” saat ini yang meliputi data tentang (1) pengetahuan tentang pendidikan inklusif yang telah dimiliki oleh kepala sekolah dan guru ; (2) upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif (3) kendala yang dihadapi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. ; (4) ketersediaan administrasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan PDBK; (5) keterampilan guru dalam melaksanakan pembalajaran dengan seting inklusif; (6) ketersediaan aksesibilitas fisik di sekolah tersebut

Dengan pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, data dan informasi yang diperoleh selanjutnya diorganisir dan dianalisis guna mendapatkan gambaran (deskripsi) tentang objek penelitian. Cara pengolahan data dan informasi yang demikian itu, kemudian diistilahkan dengan metode deskriptif analitik .Metode deskriptif analitik kegiatan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran fenomena yang alamiah yang diarahkan untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan, tugas pemberian jasa dan layanan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan. Pendekatan ini dipilih karena dimaksudkan untuk mengungkapkan keadaan yang sebenarnya yang terjadi di lapangan mengenai kompetensi Kepala sekolah dan Guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif selanjutnya untuk dapat merumuskan suatu model pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi Kepala sekolah dan Guru tersebut.


(34)

50 Berdasarkan survey lapangan, studi pendahuluan dan berbagai pertimbangan maka lokasi penelitian yang ditetapkan adalah Sekolah Dasar Negeri “X” di Kabupaten Bandung. Pertimbangan SDN “X” dijadikan lokasi penelitian karena sekolah tersebut didalamnya telah melayani anak berkebutuhan khusus dengan keberagamannya. Salain itu sekolah tersebut sejak tahun pelajaran 2005/2006 ditunjuk sebagai sekolah uji coba implementasi pendidikan inklusif oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung. sementara pemahaman kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif belum memadai.

SDN ” X ” adalah Sekolah Dasar Negeri yang terletak di Kabupaten Bandung, didirikan sejak tanggal 5 Agustus 1996. Lokasi bangunan berdiri diatas sebidang tanah dengan luas 2000 m2 dan luas bangunan ± 400 m2 terdiri dari 2 lokal bangunan dengan 6 ruang belajar, 1 ruang Kepala Sekolah dan Guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang mushola,1 ruang WC Kepala sekolah dan guru, 2 ruang WC murid . Tahun pelajaran 2009/2010 jumlah siswa di SDN “X” 332 orang . Siswa terdiri dari masyarakat golongan tingkat bawah sampai tingkat menengah, anak dari kalangan buruh, pedagang kecil, pengusaha, pegawai swasta, PNS, Guru, Dosen, TNI, POLRI. diantaranya terdapat 26 orang siswa berkebutuhan khusus .PDBK yang ada di sekolah tersebut terdiri dari 1 orang dengan hambatan penglihatan Low vision , 1 orang dengan gangguan bicara dan selebihnya adalah lambat belajar dengan 4 orang disertai kurang konsentrasi.

Adapun informan utama dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru di SDN”X” berjumlah 20 orang. Penentuan kepala sekolah dan guru dalam


(35)

51 penelitian ini adalah dengan pertimbangan bahwa kepala sekolah sebagai penanggung jawab utama dalam pengelolaan sekolah, dan tanpa dukungan penuh dari kepala sekolah tidak mungkin pendidikan inklusif dapat dilaksanakan disekolah tersebut. Sedangkan penentuan guru sebagai informan adalah dengan pertimbangan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam pembelajaran dikelas dengan keberagaman peserta didiknya. Penentuan kepala sekolah dan guru sebagai sampel sejalan dengan pendapat Sugiyono (2008:218) bahwa “ Sampel purposif adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan”

SDN “X” memiliki 1 orang Kepala Sekolah dan 19 orang guru yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Kepala Sekolah di SDN “X” ini adalah seorang ibu yang berusia 52 tahun dengan latar belakang pendidikan Sarjana Strata I jurusan Pendidikan Luar Sekolah tahun 2001. Pengalaman sebagai seorang guru dari tanggal 1 Desember 1975 dan diangkat menjadi kepala sekolah di sekolah ini sejak tanggal 6 Januari 2001 sampai dengan sekarang. Latar belakang pendidikan guru sangat bervariasi yaitu 8 orang berijazah SI (jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Pendidikan Agama Islam, Kurikulum dan Teknologi, Seni Murni, Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Sosial), 2 orang berijazah D3 (jurusan Bahasa Indonesia), 3 orang berijazah D2, (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) 5 orang berijazah SPG , 1 orang berijazah SMA, 1 orang berijazah SGO. Usia guru berkisar dari 23 -53 tahun. Kepala sekolah dan semua guru beragama Islam,


(36)

52 sedangkan latar belakang budaya 19 orang dari Jawa Barat (Bandung, Sumedang, Ciamis, Kuningan, Cirebon) dan 1 orang dari Jawa Tengah (Wonogiri).

Guru di SDN “X” memiliki pengalaman mengajar antara 3 tahun s.d 34 tahun pada umumnya semua guru sudah pernah mengajar ABK. Karena ABK di sekolah tersebut bejumlah 26 orang anak yang tersebar di kelas 1 s.d kelas 6. Kepala Sekolah dan guru belum pernah mendapatkan pelatihan tentang pendidikan inklusif, mereka mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan inklusif dari membaca buku-buku pedoman pendidikan inklusif yang pengadaannya diupayakan sendiri. Profil guru secara keseluruhan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

PROFIL GURU SDN ” X ”

NO GURU L/P USIA PENDIDIKAN LAMA

MENGAJAR

PELATIH AN

1 IK(KS) P 52 SI-PLS/ 2001 34 Tahun Belum

2 EK P 53 SI-PAI/2003 31 Tahun Belum

3 ES P 49 D2/1997 26 Tahun Belum

4 LS P 46 D3-BI/1988 25 Tahun Belum

5 BS L 47 SGO/1982 24 Tahun Belum

6 BK L 47 SI-PLS/2001 19 Tahun Belum

7 TK P 43 D 3-BI 24Tahun Belum

8 YW L 48 D2-PGSD/1999 2 Tahun Belum


(37)

53

10 LA P 42 SPG/1987 2 Tahun Belum

11 P P 45 SPG/1983 6 Tahun Belum

12 IRN P 42 SPG/1987 6 Tahun Belum

13 TW P 42 SI-Kurtek/1995 9 Tahun Belum

14 RS L 41 SPG/ 1987 8 Tahun Belum

15 AY P 34 SMA 3 Tahun Belum

16 SN P 23 D2-PGSD 3 Tahun Belum

17 ES P 28 SI-Seni/2005 3 Tahun Belum

18 H P 39 SI-PLB/1994 3 Tahun Belum

19 TE P 30 S I-PKn/2001 1 Tahun Belum

20 MD L 25 SI-SOS/ 8 Tahun Belum

2. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian Tahap I.

Data yang diperlukan pada penelitian tahap I adalah sebagai berikut :

a. Data tentang kompetensi yang telah dimiliki oleh kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif

b. Data tentang upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang terkait dengan implementasi pendidikan inklusif

c. Data tentang kendala yang dihadapi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif.

d. Data tentang ketersediaan administrasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan PDBK


(38)

54 e. Data tentang keterampilan guru dalam melaksanakan pembalajaran

dengan seting inklusif

f. Data tentang ketersediaan aksesibilitas fisik di sekolah tersebut

Data yang telah dikumpulkan dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan model pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif di SDN ” X ” Kabupaten Bandung. Untuk menyempurnakan model tersebut dilakukan melalui kerjasama antara peneliti dengan ahli pendidikan inklusif, kepala sekolah dan guru.

a. Teknik Pengumpulan data 1). Tes

Tes untuk memperoleh data tentang pengetahuan kepala sekolah dan guru tentang pendidikan inklusif

2). Wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru untuk memperoleh data tentang :

a) Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. b) Kendala yang dihadapi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan

implementasi pendidikan inklusif. 3). Studi Dokumenter

Studi dokumenter dilakukan dengan menghimpun dokumen administrasi pembelajaran yang dibutuhkan sebagai data yaitu meliputi : a) Alat Identifikasi ALB, b) Instrumen Asesmen, c) Alat Asesmen, d) Program


(39)

55 Pembelajaran, e) Buku Laporan Pendidikan dan Ijasah/STTB , apakah telah disesuaikan dengan kebutuhan PDBK

4). Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati : a) Keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran; b) Keterampilan guru dalam menggunakan media dan alat bantu pembelajaran; c) Keterampilan guru dalam mengelola kelas dengan seting inklusif dan ; d) Aksesibilitas fisik yang mengakomodir kebutuhan PDBK

b. Pengembangan Instrumen Penelitian Tahap I

Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan membuat kisi-kisi teknik pengumpulan data yaitu kisi-kisi-kisi-kisi tes, wawancara , studi dokumenter dan observasi. Berdasarkan kisi-kisi tersebut kemudian dikembangkan instrumen tes, pedoman wawancara , pedoman studi dokumentasi dan pedoman observasi. Terhadap instrumen tes tidak dilakukan standardisasi, hanya dengan validasi isi dan konstruk.. Wawancara, studi dokumentasi dan observasi adalah bentuk teknik pengumpulan data non tes yang bersifat menghimpun , hasil penghimpunan berupa data naratif dan data angka nominal karena itu tidak memerlukan standardisasi instrumen cukup dengan validitas isi dan konstruk (Sukmadinata, 2005:223)

Selanjutnya Sukmadinata (2005:229) menjelaskan bahwa Validitas isi (content validity) berkenaan dengan isi dan format instrumen, instrumen yang dibuat telah memenuhi validitas isi karena isi dan format instrumen telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur dalam hal ini aspek pengetahuan


(40)

56 tentang pendidikan inklusif yang indikatornya adalah dapat menyebutkan , menjelaskan dan mengidentifikasikan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. Sedangkan validitas konstruk (construct validity) berkenaan dengan struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek yang diukur dalam hal ini adalah keterampilan menyesuaikan fasilitas pembelajaran dalam seting inklusi yang meliputi administrasi pembelajaran, proses belajar mengajar, pengadaan media dan alat bantu pembelajaran, pengelolaan kelas dan aksesibilitas fisik.

Butir-butir pertanyaan dalam instrumen tes dimaksudkan untuk mengukur aspek pengetahuan tentang pendidikan inklusif (indikatornya dapat menyebutkan, menjelaskan mengidentifikasi). Pedoman wawancara untuk menghimpun data tentang upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dan kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan inklusif. Studi dokumenter dan pedoman observasi untuk menghimpun data tentang kompetensi kepala sekolah dari aspek keterampilannya dengan indikatornya dapat menyesuaikan fasilitas pembelajaran dengan seting inklusi yang meliputi administrasi pembelajaran, proses belajar mengajar, pengadaan media dan alat bantu pembelajaran, pengelolaan kelas dan aksesibilitas fisik di sekolah tersebut.

Instrumen tes. berbentuk soal multiple choice (pilihan ganda) yaitu soal-soal yang telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih


(41)

57 oleh responden (Direktorat PLB, 2001) Instrumen tes berisi 30 soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Pedoman wawancara berisi 10 pertanyaan tidak berstruktur atau pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang dapat dijawab dengan bebas oleh responden (Sugiyono, 2008:140). Studi dokumenter berisi catatan lapangan tentang administrasi pembelajaran. Pedoman observasi dibuat dalam bentuk observasi berstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya (Sugiyono, 2008:146). Pedoman observasi berisi dua aspek pokok yang diobservasi yaitu proses belajar mengajar dan aksesibilitas fisik (sarana prasarana) . Pelaksanaan observasi menggunakan teknik observasi non partisipatif dimana peneliti perperan sebagai pengamat tidak ikut dalam kegiatan.

Kisi-kisi teknik dan instrumen pengumpulan data disertai dengan kisi-kisi tes , kisi-kisi-kisi-kisi pedoman wawancara , kisi-kisi-kisi-kisi pedoman studi dokumenter dan kisi-kisi pedoman observasi beserta instrumennya tersebut disajikan dalam lampiran.

3. Teknik Analisis Data Penelitian Tahap I

Data tentang kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN “ X “ yang terhimpun berupa data kuantitatif yang diperoleh dengan teknik tes dan data kualitatif yang diperoleh dengan teknik wawancara, studi dokumenter dan observasi. Untuk menganalisis data yang telah terhimpun tersebut menggunakan dua cara, data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif (prosentase) dan untuk data kualitatif dianalisis menggunakan content analysis.


(42)

58 Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, tes , catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain’ (Sugiyono 2008: 244). Analisis data model Miles and Huberman : ”Aktivitas analisis data dilakukan dalam tiga langkah kegiatan yaitu reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Data Display), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Connclution Drawing/Verification)” (Sugiyono , 2008: 246))

Langkah-langkah kegiatan analisis data terasebut dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Bagan 3.1. Komponen dalam analisis Data (Interactive Model) (Sugiyono 2008:247)

Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions Drawing/ verifying


(43)

59 Reduksi data (Data Reduction) adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting , dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah melakukan penyajian data (Display Data), Display data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu penelitian itu. Gambaran tersebut dapat berupa tabel, grafik, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, uraian singkat.

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data kualitatif yaitu upaya untuk menemukan gambaran suatu obyek yang tadinya remang-remang, tetapi setelah diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

B. Penelitian Tahap Kedua

1. Pendekatan Penelitian Tahap II

Penelitian tahap kedua bertujuan untuk merumuskan model konseptual dan operasioanal model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian tahap II ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur dan Focus Group Discussion (FGD)


(44)

60 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tahap II.

Strategi yang digunakan dalam penelitian tahap II ini adalah studi literatur dan FGD untuk menghimpun data tentang model konseptual dan model operasional yang dapat dikembangkan menjadi rancangan model pelatihan yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif. Data yang terkumpul melalui studi literatur dan FGD adalah catatan lapangan. .

3. Teknik Analisis Data Penelitian Tahap II

Analisis data pada penelitian tahap kedua ini menggunakan content analysis dan domain analyisis . Analisis isi terhadap hasil dari studi literatur untuk memperoleh gambaran tentang model konseptual pelatihan , apakah model konseptual yang dirumuskan akan sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru. Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian (Sugiyono, 2008:256). Analisis domain melalui FGD digunakan untuk memperoleh gambaran apakah model operasional pelatihan yang dirumuskan sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru.

C. Penelitian Tahap Ketiga

Tujuan penelitian tahap ketiga adalah untuk menguji efektipitas model pelatihan yang telah dirumuskan sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif


(45)

61 .Setelah dirumuskan model konseptual dan model operasionalnya, maka rancangan model diuji cobakan dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Metode dan Desain Uji Coba

Model diuji cobakan dengan menggunakan metode eksperimen. Desain yang dipakai dalam uji coba ini adalah desain eksperimen “before – after”, yaitu membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai model pelatihan yang baru, gambarannya sebagai berikut :

O1 = nilai sebelum pelatihan

O2 = nilai sesudah pelatihan

Eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil O1 dan O2, model

pelatihan baru akan efektif bila nilai O2 lebih besar dari O1.

2. Subjek Uji Coba

Yang dijadikan sebagai subjek pada uji coba ini adalah kepala sekolah dan guru SDN ”X” di Kabupaten Bandung yang berjumlah 20 orang,

3. Variabel Uji Coba

Dalam uji coba ini yang menjadi variabel terikat adalah “ kompetensi Kepala Sekolah dan Guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inkusif “. Adapun kompetensi adalah aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan , namun dalam penelitian ini yang diukur hanya aspek pengetahuan kepala sekolah dan guru tentang pendidikan inklusif dan keterampilan dalam merencanakan program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,


(46)

62 mengevaluasi hasil belajar, penyediaan media dan alat bantu pembelajaran dan sarana prasarana yang sesuai dengan kebutuhan PDBK (aksesibilitas fisik)

Variabel Bebas dalam uji coba ini adalah model pelatihan dengan konsep mentoring.

4. Prosedur Uji Coba

Dalam pelaksanaan uji coba pakar pendidikan inklusif bertindak sebagai nara sumber/konsultan sedangkan peneliti melakukan dua kegiatan observasi yaitu observasi non partisipatif dan observasi partisipatif.. Pada observasi nonpartisipatif peneliti bertindak sebagai pengamat dan pada kegiatan observasi partisipatif peneliti bertindak sebagai pengamat dan ikut serta dalam pelatihan sebagai pemimpin diskusi. Intervensi pertama dilakukan oleh ahli dibidang pendidikan inklusif yang berperan sebagai nara sumber dalam penataran tentang pendidikan inklusif. Setelah diberikan penataran, peserta diminta untuk melaksanakan hasil penataran tersebut dengan diadakan pendampingan oleh pakar pendidikan inklusif yang bertindak sebagai konsultan pada situasi nyata, kegiatannya meliputi : Identifikasi ABK, penyusunan instrumen asesmen dan proses asesmen, penyusunan program pembelajaran individual, proses belajar mengajar, penyusunan alat evaluasi dan laporan hasil pendidikan, penyesuaian media dan alat bantu pembelajaran , sarana prasarana yang aksesibel bagi PDBK, dan kegiatan menjalin hubungan kerja sama dengan SLB dan instansi terkait sebagai sistem dukungan.. Setelah dilaksanakan penataran dan pendampingan, responden dinilai kembali melalui tes yang sama dengan tes awal, dan dilakukan kembali observasi dan studi dokumentasi untuk mengetahui apakah ada


(47)

63 peningkatan aspek pengetahuan dan keterampilan kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif.

Dari uraian tersebut maka alur penelitian tahap I, II dan III ini dapat digambarkan secara visual sebagai berikut :

Bagan 3.2

ALUR PENELITIAN

EFEKTIPITAS MODEL PELATIHAN DENGAN KONSEP MENTORING

PENELITIAN TAHAP I (Pendekatan

Kualitatif)

Studi Lapangan :

Kondisi objektif implementasi pendidikan inkklusif di SDN “X” saat ini

Hasil :

Kondisi objektif implementasi pendidikan inkklusif di SDN “X” saat ini

Perumusan Model Konseptual dan Model Operasional Model Pelatihan

• Studi Literatur

Focus Group Discussion PENELITIAN TAHAP II (Pendekatan Kualitatif) Hasil : Model Konseptual dan Model Operasio- nal Model Pelatihan

Uji Coba dengan Metode Eksperimen menggunakan desain “ Before-After” PENELITIAN TAHAP III (Pendekatan Kuantitatif) Hasil : Model Pelatihan yang efektif


(48)

(49)

120 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi pendidikan inklusif di SDN ” X ” saat ini belum berjalan dengan baik, hal tersebut dikarenakan belum dikuasainya kompetensi yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif oleh kepala sekolah dan guru ik dar aspek pengetahuan maupun dari aspek keterampilannya. Seperti yang telah diuraikan pada bab terdahulu bahwa di sekolah reguler yang melaksanakan pendidikan inkusif memerlukan manajemen yang berbeda, yaitu diperlukannya penyesuaian terhadap fasilitas pembelajaran yang meliputi administrasi pembelajaran, proses belajar mengajar, pengelolaan kelas, media dan alat bantu pembelajaran serta penyesuaian terhadap sarana dan sarana di sekolah tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan yang beragam dari peserta didik. . Untuk dapat melakukan penyesuaian tersebut diperlukan SDM yang kompeten. Kepala sekolah dan guru yang tidak kompeten dalam melaksanakan pendidikan inklusif akan membawa dampak tidak terlayaninya kebutuhan khusus dari setiap peserta didik terutama PDBK yang terdapat disekolah tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut maka dirumuskan model pelatihan yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru tersebut. Konsep mentoring adalah pilihan yang dianggap sesuai sebagai model koseptual pelatihan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru, sedangkan model operasional pelatihan adalah perilisan pengetahuan tentang pendidikan inklusif


(50)

121 melalui penataran tentang pendidikan inklusif dengan bentuk kegiatan in house training untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif dari aspek pengetahuan. Selanjutnya diikuti dengan pendampingan dalam implementasinya melalui kegiatan-kegiatan : menjalin kerja sama dengan SLB sebagai pusat sumber pendidikan inklusif dan penyesuaian administrasi pembelajaran , pelaksanaan pembelajaran, dan aksesibilitas fisik (sarana prasarana) di sekolah tersebut. Pelatihan berbentuk in house training efektif untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif karena dapat terbentuk persepsi yang sama dari seluruh warga sekolah , yaitu kepala sekolah dan guru karena perilisan pengetahuan didapat dari sumber yang sama dan dalam waktu yang bersamaan pula. Kegiatan pendampingan efektif untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru karena melalui pendampingan memungkinkan guru untuk mendapat bantuan dari teman sejawat atau konsultan pendidikan didalam upaya meningkatkan keterampilan mengajar mereka.

Perilisan pengetahuan tentang pendidikan inklusif melalui pelatihan dengan bentuk in house training dan diikuti dengan kegiatan pendampingan, ternyata sangat efektif dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru dari aspek pengetahuan dan aspek keterampilannya sehingga terjadi proses perubahan di sekolah tersebut yaitu adanya upaya menyesuaikan manajemen sekolah dalam melaksanakan pendidikan inklusif agar dapat melayani kebutuhan yang beragam dari setiap peserta didik dengan bekerja sama dengan SLB sebagai resource center pendidikan inklusif..


(51)

122 Dari uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pelatihan dengan konsep mentoring efektif untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif di SDN ”X” . Sehingga diharapkan bahwa implementasi pendidikan inklusif di sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik dan dalam waktu yang lebih cepat.

B. Implikasi 1. BPG SLB

BPG-SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat adalah lembaga yang menjalankan misi sebagai tempat untuk melatih guru SLB dan guru sekolah reguler yang melaksanakan pendidikan inklusif guna meningkatkan mutu pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam melayani siswa yang memerlukan pelayanan khusus. agar profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk meningkatkan profesionalisme guru dapat ditempuh melalui pendidikan dalam jabatan yang dipandang sebagai salah satu aktivitas untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan baik sebagai pribadi, sosial maupun profesionalnya. Kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan kependidikan adalah usaha untuk memperbaiki performansi pekerjaan yang sedang menjadi tanggung jawabnya yang dimaksudkan agar pendidik dan tenaga kependidikan dapat merespon perubahan dan tuntutan perkembangan iptek dan kemajuan kemasyarakatan termasuk perubahan sistem pendidikan dan pembelajaran. Dalam menjalankan tugas tersebut BPG SLB harus selalu meningkatkan mutu layanan dengan cara


(52)

123 mencari model-model pelatihan yang inovatif sehingga dapat mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Model pelatihan dengan konsep mentoring dapat dipergunakan dalam upaya untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan tersebut karena sudah terbukti efektifitasnya.

2. Sekolah Reguler

Kepala sekolah reguler yang mempunyai tugas sebagai manajer , dihadapkan kepada kewajiban untuk melaksanakan pendidikan inklusif di sekolahnya dimana manajemen sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif memerlukan penyesuaian-penyesuaian fasilitas pendidikan yang meliputi administrasi pembelajaran, proses pembelajaran, media dan alat bantu pembelajaran, sarana prasarana agar dapat melayani kebutuhan pendidikan yang beragam dari peserta didiknya. Model pelatihan dengan konsep mentoring akan mewujudkan peningkatkan kompetensi SDM di bidang pendidikan inklusif sehingga sekolah akan dapat memenuhi kewajiban tersebut.

3. SLB

Dapat mendorong SLB untuk berperan sebagai resource center sistem dukungan implementasi pendidikan inklusif, dan SDM di SLB akan terdorong untuk berperan aktif sebagai konsultan pendidikan inklusif. Karena dengan digunakannya model pelatihan dengan konsep mentoring oleh BPG SLB Dinas Pendidikan Prov. Jabar untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru akan melibatkan SLB dalam proses pendampingannya. Dukungannya dari SLB dapat berupa kegiatan-kegiatan :pengidentifikasian dan perekrutan anak berkebutuhan khusus ; penyelenggaraan asesmen bagi peserta didik berkebutuhan


(53)

124 khusus ; penyusunan Program Pendidikan Individual ; penyusunan strategi dan metodologi pembelajaran ; layanan rehabilitasi (intervensi) ; penyediaan materi dan media belajar serta sarana pendidikan lainnya yang sesuai ; penyelenggaraan sistem evaluasi dan pelaporan yang sesuai ; penyediaan prasarana dan lingkungan yang aksesibel dan penyediaan biaya.

C. Rekomendasi

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasannya menghasilkan model pelatihan yang efektif yaitu model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif . Sehingga hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada beberapa fihak guna mendukung keberhasilan implementasi pendidikan inklusif di sekolah reguler . Rekomendasi tersebut disampaikan kepada :

1. BPG SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Model pelatihan dengan konsep mentoring yang telah teruji keefektifannya dari hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu model pelatihan dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif dan hendaknya segera digunakan dalam program pelatihan pendidikan inklusif dan program pelatihan lainnya pada tahun anggaran 2010

2. Kepala Sekolah Reguler (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK)

Agar dapat menggunakan model pelatihan dengan konsep mentoring dalam upaya meningkatkan kompetensi SDM yang berkaitan dengan


(54)

125 implementasi pendidikan inklusif, dengan cara menjalin kerja sama dengan BPG SLB dan SLB sebagi resource center sistem dukungan pendidikan inklusif

3. SLB Sebagai resource center implementasi pendidikan inklusif

SLB sebagai resource center sistem dukungan bagi implementasi pendidikan inklusif disarankan untuk menggunakan model pelatihan dengan konsep mentoring dalam menjalankan perannya tersebut.

4. Peneliti lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, masih banyak fenomena yang dapat diungkapkan secara mendalam dari hasil penelitian ini, namun karena keterbatasan kemampuan peneliti sehingga fenomena yang diungkap hanya fenomena yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang bersifat praktis dan mendesak dari pekerjaan yang dijalankan oleh peneliti saat ini. Sehingga rekomendasi kepada peneliti-peneliti lain hendaknya dapat mengungkapkan fenomena yang lebih mendalam dari hasil penelitian tersebut .


(55)

(56)

126

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C.(2008), Pokoknya Kualitatif Dasar –Dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya

Andrews, J, (1993). The Inclusive Classroom Educating Exceptional children. Canada : Nelson Canada.

BPG SLB Dinas Pendidikan Prov. Jabar, (2005, 2006, 2007, 2008). Laporan Kegiatan Pelatihan Layanan Pendidikan Inklusif. Bandung : Disdik Prov. Jabar.

BPG SLB Dinas Pendidikan Prov. Jabar, (2008). Laporan Monitoring dann Evaluasi Kegiatan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri dan Swasta di Jawa Barat tahun 2008. Bandung : Disdik Prov. Jabar

Budiyanto, (2005). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Depdiknas.

Dagun ,SM, (2005). Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Danim, S, (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Departemen Pendidikan Nasional, (2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi Mengenal Pendidikan Terpadu. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, (2006). Standar Isi, Standar Kompetensi

Lulusan dan Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta : Depdiknas

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, (2007). Pedoman Penulisan Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa Barat . Bandung : Disdik Prov. Jabar.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, (2007). Program Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Jakarta : Depdiknas.

Direktorat PLB dan Braillo Norway, (2004). Perangkat LIRP Versi Indonesia Buku I : Menjadikan Lingkungan Inklusif, Ramah Terhadap Pembelajaran (LIRP). Jakarta : Depdiknas.

Direktorat PLB, (2001). Materi Pelatihan Teknis Penyusunan Soal. Jakarta: Depdiknas


(57)

127 Direktorat PLB ,(2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidik.an Terpadu /

Inklusiif Manajemen Sekolah. Jakarta : Depdiknas

Direktorat PLB, (2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu / Inklusi Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Direktorat PLB Foreman, P, (2002). Integration and Inclusion In Action. Australia : Thomson

Learning.

Furqon, (2004). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Hallahan, D.P. dan Kuffman, J.M. (1991).Exceptional Children Introduction to Special Education. USA : Prentice-Hall Inc.

Johnsen, B.H dan Skjorten, M.D, (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung : Sekolah Pasca sarjana UPI.

Kauffman, J.M. dan Hallahan, D.P. (2005). Special Education .What It Is and Why We Need It. USA:Pearson Education.

Kelompok Kerja Inklusi, (2007). Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa Barat. Bandung : Disdik Prov. Jabar Laird, D, (1995), Approaches to Training and Development. Massachusetts :

Addison Wesly Publishing Company.

Majid, A. (2005). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pendidikan Luar Biasa, (2004). Pedoman Penyelenggara Pendidikan Terpadu /

Inklusi Mengenal Pendidikan Terpadu. Jakarta : Depdiknas

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang pendidikan dan Pelatihan PNS

Raharja. D, (2006). Program Report by Visiting Foreign Research Fellows No. 9 . Pengantar Pendidikan Luar Biasa ( Introduction to Special Education. Tsukuba : CRICED

Rothwell, W.J. (1996). Beyond Training And Development. New York : American Management Assocition

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(58)

128 Sunanto, J. ( 2003 ). “ Konsep Pendidikan Untuk Semua “ Makalah pada seminar

Dies Natalis Pendidikan Luar Biasa Reorientasi Peran Sekolah untuk Menuju Pendidikan Inklusif . Bandung: UPI .

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, (2007). Ilmu dan Apliikasi Pendidikan Bagian II : Ilmu Pendidikan Praktis . Bandung : IMTIMA . Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI. (2007). Ilmu dan aplikasi

Pendidikan Bagian IV : Pendidikan Lintas Bidang. Bandung : IMTIMA Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional.

UNESCO, (1994). Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi Dalam Pendidikan Kebutuhan Khusus. Jakarta : UNESCO Office.

Universitas Pendidikan Indonesia , (2006) . Pedoman Penulisan Karya Ilmiah . Bandung : UPI

Walgito, B.(2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Andi Watterdal, TM. et al. (2006). Kompedium. Perjanjian, Hukum dan Peraturan

Menjamin Semua Anak Memperoleh Kesamaan Hak untuk Kualitas Pendidikan dalam Cara Inklusif . Respon Pendidikan Terhadap HIV dan AIDS. Jakarta : Braillo Norway dan IDP Norway.

Yin , K.R (2002). Studi Kasus ( Desain dan Metode). Jakarta : Rajawali Pers.


(1)

khusus ; penyusunan Program Pendidikan Individual ; penyusunan strategi dan metodologi pembelajaran ; layanan rehabilitasi (intervensi) ; penyediaan materi dan media belajar serta sarana pendidikan lainnya yang sesuai ; penyelenggaraan sistem evaluasi dan pelaporan yang sesuai ; penyediaan prasarana dan lingkungan yang aksesibel dan penyediaan biaya.

C. Rekomendasi

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasannya menghasilkan model pelatihan yang efektif yaitu model pelatihan dengan konsep mentoring untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif . Sehingga hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada beberapa fihak guna mendukung keberhasilan implementasi pendidikan inklusif di sekolah reguler . Rekomendasi tersebut disampaikan kepada :

1. BPG SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Model pelatihan dengan konsep mentoring yang telah teruji keefektifannya dari hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu model pelatihan dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru yang berkaitan dengan implementasi pendidikan inklusif dan hendaknya segera digunakan dalam program pelatihan pendidikan inklusif dan program pelatihan lainnya pada tahun anggaran 2010

2. Kepala Sekolah Reguler (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK)

Agar dapat menggunakan model pelatihan dengan konsep mentoring dalam upaya meningkatkan kompetensi SDM yang berkaitan dengan


(2)

implementasi pendidikan inklusif, dengan cara menjalin kerja sama dengan BPG SLB dan SLB sebagi resource center sistem dukungan pendidikan inklusif

3. SLB Sebagai resource center implementasi pendidikan inklusif

SLB sebagai resource center sistem dukungan bagi implementasi pendidikan inklusif disarankan untuk menggunakan model pelatihan dengan konsep mentoring dalam menjalankan perannya tersebut.

4. Peneliti lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, masih banyak fenomena yang dapat diungkapkan secara mendalam dari hasil penelitian ini, namun karena keterbatasan kemampuan peneliti sehingga fenomena yang diungkap hanya fenomena yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang bersifat praktis dan mendesak dari pekerjaan yang dijalankan oleh peneliti saat ini. Sehingga rekomendasi kepada peneliti-peneliti lain hendaknya dapat mengungkapkan fenomena yang lebih mendalam dari hasil penelitian tersebut .


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C.(2008), Pokoknya Kualitatif Dasar –Dasar Penelitian Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya

Andrews, J, (1993). The Inclusive Classroom Educating Exceptional children. Canada : Nelson Canada.

BPG SLB Dinas Pendidikan Prov. Jabar, (2005, 2006, 2007, 2008). Laporan Kegiatan Pelatihan Layanan Pendidikan Inklusif. Bandung : Disdik Prov. Jabar.

BPG SLB Dinas Pendidikan Prov. Jabar, (2008). Laporan Monitoring dann Evaluasi Kegiatan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri dan Swasta di Jawa Barat tahun 2008. Bandung : Disdik Prov. Jabar

Budiyanto, (2005). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Depdiknas.

Dagun ,SM, (2005). Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Danim, S, (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Departemen Pendidikan Nasional, (2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi Mengenal Pendidikan Terpadu. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, (2006). Standar Isi, Standar Kompetensi

Lulusan dan Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta : Depdiknas

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, (2007). Pedoman Penulisan Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa Barat . Bandung : Disdik Prov. Jabar.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, (2007). Program Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Jakarta : Depdiknas.

Direktorat PLB dan Braillo Norway, (2004). Perangkat LIRP Versi Indonesia Buku I : Menjadikan Lingkungan Inklusif, Ramah Terhadap Pembelajaran (LIRP). Jakarta : Depdiknas.


(5)

Direktorat PLB ,(2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidik.an Terpadu / Inklusiif Manajemen Sekolah. Jakarta : Depdiknas

Direktorat PLB, (2004). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu / Inklusi Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Direktorat PLB Foreman, P, (2002). Integration and Inclusion In Action. Australia : Thomson

Learning.

Furqon, (2004). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Hallahan, D.P. dan Kuffman, J.M. (1991).Exceptional Children Introduction to Special Education. USA : Prentice-Hall Inc.

Johnsen, B.H dan Skjorten, M.D, (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung : Sekolah Pasca sarjana UPI.

Kauffman, J.M. dan Hallahan, D.P. (2005). Special Education .What It Is and Why We Need It. USA:Pearson Education.

Kelompok Kerja Inklusi, (2007). Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa Barat. Bandung : Disdik Prov. Jabar Laird, D, (1995), Approaches to Training and Development. Massachusetts :

Addison Wesly Publishing Company.

Majid, A. (2005). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pendidikan Luar Biasa, (2004). Pedoman Penyelenggara Pendidikan Terpadu /

Inklusi Mengenal Pendidikan Terpadu. Jakarta : Depdiknas

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang pendidikan dan Pelatihan PNS

Raharja. D, (2006). Program Report by Visiting Foreign Research Fellows No. 9 . Pengantar Pendidikan Luar Biasa ( Introduction to Special Education. Tsukuba : CRICED

Rothwell, W.J. (1996). Beyond Training And Development. New York : American Management Assocition

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(6)

Sunanto, J. ( 2003 ). “ Konsep Pendidikan Untuk Semua “ Makalah pada seminar Dies Natalis Pendidikan Luar Biasa Reorientasi Peran Sekolah untuk Menuju Pendidikan Inklusif . Bandung: UPI .

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, (2007). Ilmu dan Apliikasi Pendidikan Bagian II : Ilmu Pendidikan Praktis . Bandung : IMTIMA . Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI. (2007). Ilmu dan aplikasi

Pendidikan Bagian IV : Pendidikan Lintas Bidang. Bandung : IMTIMA Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional.

UNESCO, (1994). Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi Dalam Pendidikan Kebutuhan Khusus. Jakarta : UNESCO Office.

Universitas Pendidikan Indonesia , (2006) . Pedoman Penulisan Karya Ilmiah . Bandung : UPI

Walgito, B.(2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Andi Watterdal, TM. et al. (2006). Kompedium. Perjanjian, Hukum dan Peraturan

Menjamin Semua Anak Memperoleh Kesamaan Hak untuk Kualitas Pendidikan dalam Cara Inklusif . Respon Pendidikan Terhadap HIV dan AIDS. Jakarta : Braillo Norway dan IDP Norway.

Yin , K.R (2002). Studi Kasus ( Desain dan Metode). Jakarta : Rajawali Pers.