38 Tabel 9 diatas menunjukkan pedagang HIK sebagian besar
berperilaku kurang sehat sebanyak 30 orang 75 dan hanya 10 orang 25 yang berperilaku sehat.
D. Hasil Analisis Bivariat
1. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Hubungan antara pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS pada pedagang HIK dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS Kurang sehat
Sehat Variabel
N n X
2
p
Tingkat pendidikan
- SD tak sekolah
20 50,0
2 5,0
10,1 0,003
- SLTP SLTA
10 25,0
8 20,0
Tabel 10 menunjukkan proporsi PHBS berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pedagang HIK berpendidikan SLTP SLTA
memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang HIK berpendidikan SDtak sekolah. Pedagang HIK yang berperilaku sehat lebih banyak
yang berpendidikan SLTPSLTA yaitu 8 orang 20 daripada yang berpendidikan SDtak sekolah yaitu hanya 2 orang 5. Berdasarkan
proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS dengan nilai p
sebesar 0,003.
39 2.
Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Hubungan pendapatan dengan PHBS dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS Kurang sehat
Sehat Variabel
N n X
2
p
Tingkat pendapatan
- Rp 780000
12 30,0
5 12,5
4,25 0,049
- ≥ Rp 780000
11 27,5
12 30,0
Tabel 11 menunjukkan proporsi PHBS berdasarkan tingkat pendapatan yaitu pedagang HIK yang berpendapatan
≥ Rp 780000 memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang HIK yang
berpendapatan Rp 780000. Pedagang HIK yang berperilaku sehat lebih banyak yang berpendapatan
≥ Rp 780000 yaitu 12 orang 30 daripada yang berpendapatan Rp 780000 yaitu hanya 5 orang
12,5. Berdasarkan proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan PHBS
dengan nilai p sebesar 0,049.
40
BAB V PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis
1. Pendidikan Pedagang HIK
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya variasi tingkat pendidikan pedagang HIK. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No.0306V1995, tentang pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar adalah 9 tahun, diperolah bahwa sebagian besar
pedagang HIK berpendidikan dasar yaitu sebanyak 16 orang 40 sedangkan pedagang yang berpendidikan SLTA 13 orang 32,5,
SLTP 5 orang 12,5 dan masih terdapat pedagang HIK yang tidak sekolah yaitu sebanyak 6 orang 15.
Pendidikan sebagian besar pedagang HIK rendah karena sebanyak 16 orang 40 hanya sampai berpendidikan SD. Hal ini
mempengaruhi kualitas PHBS karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang berhubungan erat dengan kualitas PHBS Daud,
2000. Pendidikan yang rendah ini juga mempengaruhi tingkat wawasan mengenai sanitasi lingkungan Sumiarto, 1993.
Jenjang pendidikan pedagang HIK memegang peranan penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan pedagang HIK yang rendah
menjadikan mereka sulit memahami akan pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya
41 penyakit menular. Dengan sulit memahami arti penting PHBS
menyebabkan pedagang HIK tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular Sander, 2005.
Hal diatas akan berbeda dengan pedagang HIK yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi karena memiliki PHBS lebih baik. Hal
ini sesuai dengan penelitian Goodman 2001, bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya
daripada seseorang yang berpendidikan lebih rendah. Orang yang berpendidikan lebih tinggi lebih mudah untuk menjaga kesehatan di
lingkungannya. 2.
Pendapatan Pedagang HIK Pedagang HIK di Pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta
memperoleh pendapatan perhari tertinggi yaitu Rp. 200.000 dan pendapatan terendah Rp.10.000. Pendapatan pedagang HIK mengalami
penurunan dikarenakan sakit 65 dan faktor lain 35. Pendapatan pedagang HIK dapat ditingkatkan dengan menjaga kesehatan pedagang
HIK melalui PHBS sehingga produktifitas pedagang HIK dapat ditingkatkan.
Pendapatan merupakan
faktor yang berhubungan dengan kualitas PHBS Daud, 2000. Pendapatan pedagang HIK tergolong dalam
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah sehingga mengakibatkan kurang terpenuhinya kebutuhan pokok dalam jumlah cukup. Hal ini
juga menyebabkan pedagang HIK kurang memperhatikan PHBS
42 karena pedagang HIK lebih berorientasi dengan perbaikan
penghasilan. Bila ditinjau dari faktor sosial ekonomi, maka pendapatan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat mengenai kesehatan lingkungan Sumiarto, 1993. Hal ini
juga sesuai dengan pendapat Faturahman dan Mollo 1995 bahwa tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang berpengaruh
pada status kesehatan. 3.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS pada pedagang HIK yang diperoleh dengan wawancara
memperlihatkan bahwa pedagang HIK sebagian besar yaitu 30 orang 75 kurang berperilaku hidup bersih dan sehat dan hanya 10 orang
25 yang berperilaku hidup bersih dan sehat sehat. Perilaku pedagang HIK yang kurang sehat, berdasarkan hasil
wawancara yaitu batuk tanpa menutup dengan tangan, meludah atau membuang dahak dilantai, menggunakan air mentah untuk membuat
minuman, tidak mengganti air cucian setelah digunakan lebih dari 10 kali, membuang sampah di sembarang tempat dan membuang air
limbah di sembarang tempat. Sedangkan untuk mencuci tangan sebelum membuat atau menghidangkan panganan belum menjadi
kebiasaan yang harus dilakukan. Perilaku yang termasuk kategori sehat ditunjukkan oleh
pedagang HIK yang telah melakukan tindakan meliputi menutup
43 tangan bila batuk, tidak meludah atau membuang dahak dilantai,
menggunakan air PAM untuk membuat makanan atau minuman, menggunakan air matang untuk membuat minuman, membuang
sampah di tempat pembuangan sampah, membuang air limbah di tempat yang semestinya dan membiasakan mencuci tangan sebelum
membuat atau menghidangkan panganan HIK. 4.
Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Proporsi PHBS berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pedagang
HIK berpendidikan SLTP SLTA memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang HIK berpendidikan SDtak sekolah. Proporsi tersebut
menunjukkan adanya hubungan sangat signifikan antara tingkat pendidikan dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p sebesar
0,003. Tingkat pendidikan pedagang HIK sangat berpengaruh terhadap
perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat pendidikan pedagang HIK yang rendah akan mempengaruhi pedagang
HIK dalam memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat.
Hasil penelitian pada pedagang HIK, proporsi pedagang HIK yang berpendidikan SDtak sekolah berperilaku kurang sehat lebih
tinggi 50 dibanding dengan pedagang HIK berpendidikan SLTPSLTA. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sander
2005 yang menyimpulkan bahwa jenjang pendidikan memegang
44 peranan penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat
yang rendah menjadikan pedagang HIK sulit memahami akan arti pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk
mencegah terjangkitnya penyakit menular. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Hardiyanto 2003, bahwa tingkat pendidikan
yang kurang mendukung merupakan salah satu penyebab rendahnya kesadaran kesehatan lingkungan, karena kesadaran memerlukan
pemahaman yang baik akan arti pentingnya kondisi lingkungan yang sehat. Semakin baik tingkat pendidikan formal, maka semakin baik
pengetahuan tentang kesehatan, sehingga akan mematangkan pemahaman tentang pengetahuan kesehatan lingkungan dan kesadaran
menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip hidup sehat.
Pada penelitian ini pedagang HIK yang berpendidikan SLTPSLTA berperilaku sehat 20 lebih banyak daripada pedagang
yang HIK berpendidikan SDtak sekolah 5. Hal ini sesuai dengan penelitian Goodman 2001, bahwa seseorang yang berpendidikan
tinggi dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya daripada seseorang yang berpendidikan lebih rendah. Orang yang berpendidikan lebih
tinggi lebih mudah untuk menjaga kesehatan dilingkungannya. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada pedagang HIK
menjadikan pedagang HIK lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki
45 status kesehatan yang lebih baik Widyastuti, 2005. Pendidikan dapat
meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam
cara pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan. Semakin tinggi pendidikan formal, akan semakin baik pengetahuan
tentang kesehatan Hastono, 1997. Hasil penelitian pedagang HIK sesuai dengan hasil penelitian
Ulfa 2009 yang menemukan adanya keterkaitan antara pendidikan dan perilaku hidup bersih dan sehat didukung pada 48 siswa-siswi
SDN Pajagalan I dan SDN Pajagalan II yang bertempat tinggal di Kelurahan Pajagalan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua terhadap PHBS anak di SDN Pajagalan I dan SDN Pajagalan II di Kabupaten Sumenep.
Hasil penelitian Daud 2009 juga menemukan adanya hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Penelitian in menggunakan sampel sebanyak 86 orang masyarakat di pesisir pantai Desa Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten
Gorontalo. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian Kusumawati 2004, mengemukakan bahwa ada hubungan antara
pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 175 kepala
keluarga KK di Kelurahan Joyotakan Surakarta.
46 5.
Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Proporsi PHBS berdasarkan tingkat pendapatan yaitu pedagang
HIK berpendapatan ≥ Rp 780000 memiliki PHBS lebih baik daripada
pedagang HIK berpendapatan Rp 780000. Proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendapatan
dengan PHBS dengan nilai p sebesar 0,049. Tingkat pendapatan pedagang HIK sangat berpengaruh terhadap
perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat pendapatan pedagang HIK yang rendah akan mempengaruhi pedagang
HIK dalam memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat. Pedagang HIK
30 berusaha menambah penghasilan di luar berdagang HIK Rp.221.000 per bulan, namun pendapatan pedagang HIK tetap belum
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pedagang HIK yang belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari juga mengakibatkan pedagang
HIK lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup daripada pengobatan penyakit dan pencegahan penyakit berupa PHBS baik di
rumah maupun di tempat kerja. Orientasi pedagang HIK pada pemenuhan kebutuhan hidup dapat
dilihat dari hasil pengeluaran pedagang HIK per bulan untuk makanan Rp. 638.750, namun pengeluaran untuk biaya kesehatan per bulan
hanya Rp.3.700. Hal inilah yang mengakibatkan pedagang HIK
47 menjadi lebih mudah terpapar penyakit seperti diare, TBC, ISPA dan
penyakit menular lainnya. Hasil penelitian pada pedagang HIK di Pasar Kliwon dan Jebres
diketahui bahwa proporsi pedagang HIK yang berpendapatan rendah lebih banyak yang berperilaku kurang sehat 50. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Faturrahman dan Mollo 1995 bahwa tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada
status kesehatan masyarakat. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah jenis pekerjaan, pendidikan formal kepala keluarga,
jumlah anggota keluarga dan lain-lain Sumiarto, 1993. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Widoyono 2008 bahwa
pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat mengenai sanitasi lingkungan.
Kondisi sanitasi lingkungan rumah pedagang HIK di Pasar Kliwon dan Jebres belum dijaga dengan baik karena lantai rumah
pedagang HIK yaitu 27 rumah 67,5 dengan kondisi lantai kering serta kotor dan 13 rumah 32,5 dengan kondisi lantai basah serta
kotor. Sirkulasi udara rumah pedagang HIK juga belum optimal karena masih terdapat 21 rumah 52,5 yang tidak membuka
jendela setiap hari minimal 1 kali dipagi hari. Letak WCkakus di rumah pedagang HIK sebagian besar 32
rumah 80 tidak terletak lebih dari 5 meter dari tempat pembuanganpenyimpanan HIK. Hal ini mengakibatkan
48 terkontaminasinya hidangan HIK yang akan dijual kepada para
pelanggan. Kondisi ini diperparah dengan masih terdapat 9 rumah 22,5 yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah dan 8
rumah 20 yang tidak memiliki tempat pembuangan limbah rumah tangga.
Tingkat pendapatan berhubungan dengan PHBS juga sesuai dengan hasil penelitian Nasrul 2007 bahwa terdapat hubungan
antara pendapatan atau kemampuan finansial dengan PHBS dengan sampel sebanyak 45 orang di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok.
Hasil penelitian hubungan antara pendapatan dan PHBS pada pedagang HIK, juga didukung oleh hasil penelitian Daud 2009
dengan sampel sebanyak 86 orang masyarakat dipesisir pantai Desa Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo menunjukkan
bahwa adanya hubungan tingkat pendapatan masyarakat dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
B. Keterbatasan Penelitian