1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia IPM. IPM adalah indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3
indikator yaitu tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan kemampuan ekonomi masyarakat. Pemeliharaan kesehatan masyarakat akan memacu
produktifitas kinerja masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia Dinkes, 2009.
Guna mewujudkan hal tersebut, Departemen Kesehatan telah merencanakan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan yang dilandasi
paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah
kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan Depkes RI, 2009. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
2 orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, salah
satunya ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat Dinkes Jawa Tengah, 2006. Upaya untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut, pembangunan lebih diarahkan pada perubahan perilaku masyarakat.
Sebagian besar masalah kesehatan, dalam hal penyakit yang timbul pada manusia, disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Penyakit menular
seperti TBC dan diare lebih sering terjadi pada perilaku masyarakat kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sehingga menjadi tempat
perkembangbiakan dan sumber penularan penyakit Kusumawati, 2004. Penyakit
menular seperti TBC dan diare adalah penyakit yang
ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka
kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam waktu relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut mendadak dan menyerang semua
lapisan masyarakat. Penyakit ini diproritaskan mengingat sifat menularnya bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian besar Widoyono,
2008. Laporan hasil pengamatan penyakit TBC selama tahun 2008,
ditemukan prevalensi kasus baru TB paru BTA + pada balita 0,99. Perkiraan jumlah kasus TB paru BTA + pada balita 1,43. Angka
penemuan penderita TB paru dengan BTA + CDR=Case Detection Rate pada tahun 2008 sebanyak 381 69,5. Jika dibandingkan angka penemuan
3 tahun 2007 70,1 terjadi penurunan. Hasil tersebut belum mencapai target
yang ditetapkan yaitu sebesar 70 Dinkes, 2009. Hasil pengamatan Murti, dkk 2007 di Jawa Tengah banyak penderita
TBC yang masih aktif berdagang di pasar dan tempat umum lainnya seperti Hidangan Istimewa Kampung HIK. Hal ini sangat berisiko terhadap
kesehatan masyarakat umum. Rendahnya angka penemuan TBC berarti masih banyak kasus TBC yang belum terdeteksi dan belum terobati
sehingga dapat menjadi sumber penularan bagi lingkungan sekitar para penderita tersebut Dinkes Jawa Tengah, 2007.
Berdasarkan laporan hasil pengamatan penyakit diare selama tahun 2008, ditemukan kasus diare sebanyak 12.253 38,11 dari perkiraan
jumlah kasus diare, padahal cakupan penemuan yang diharapkan adalah 80. Kasus diare mempunyai korelasi dengan perilaku masyarakat dan
penyediaan kualitas air. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka penanggulangan diare adalah upaya promosi perilaku hidup bersih dan sehat
pada para pedagang makanan Dinkes, 2009. Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah
penyakit menular, masih banyak berorientasi pada penyembuhan penyakit. Upaya ini dirasa kurang efektif karena banyak mengeluarkan biaya.
Sedangkan upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan berperilaku hidup
sehat. Namun, hal ini ternyata belum disadari dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat Kusumawati, 2004.
4 Menurut Budihardja 2004, berdasarkan beberapa survei di Dinas
Kesehatan, masyarakat yang berperilaku hidup sehat masih kurang dari 10. Kurangnya perilaku hidup sehat itu mengundang munculnya
kebiasaan-kebiasaan tidak sehat di masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan itu cenderung mengabaikan keselamatan diri dan lingkungan sehingga
memudahkan terjadinya penularan penyakit. Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Surakarta masih perlu
ditingkatkan. Rumah tangga berPHBS pada tahun 2008 baru mencapai 12,37 pada strata paripurna. Jika dibandingkan pada tahun 2007, yang
mencapai 14,77, maka tahun 2008 terjadi penurunan. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat adalah
dengan peningkatan promosi perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat khususnya para pedagang makanan Dinkes, 2009.
Perilaku hidup seseorang, termasuk dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari orang itu sendiri,
pengaruh orang lain yang mendorong untuk berperilaku baik atau buruk, maupun kondisi lingkungan sekitar yang dapat mendukung terhadap
perubahan perilaku Notoatmodjo, 2005. Kota Surakarta merupakan kota pusat perdagangan tekstil dan
makanan. Setiap malam terdapat pedagang malam yang menjual makanan. Perdagangan masyarakat ekonomi lemah yang berupa jajanan makanan
dikenal sebagai hidangan istimewa kampung HIK. Usaha perdagangan HIK memudahkan orang untuk mendapatkan makanan jajanan dengan harga
5 terjangkau. Namun, perdagangan HIK biasa berada ditepi-tepi atau pojok
jalan tercemar dan tidak sehat. Kondisi tersebut berisiko terhadap terjadinya penularan penyakit dikarenakan faktor lingkungan yang tidak sehat.
Penyakit menular yang terjadi antara lain TBC dan diare yang mudah menyerang pada semua kelompok umur.
Murti, 2009. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada pedagang
hidangan istimewa kampung HIK di Pasar Kliwon dan Jebres ditemukan bahwa pedagang HIK belum berperilaku hidup besih dan sehat. Hal ini
dikarenakan di tempat kerja pedagang HIK belum menjaga kebersihan peralatan alat makan dan minum, masih terdapat kualitas fisik sumber air
yang tidak memenuhi syarat dan belum semua mempunyai saluran air kotor. Partisipasi masyarakat dalam menjaga pola hidup bersih sehat belum
sepenuhnya sesuai anjuran Depkes maupun WHO WHO, 1992. Peran penyedia makanan dan minuman seperti warung Hidangan Istimewa
Kampung HIK ikut berperan dalam keberhasilan program pengendalian penyakit menular. Namun, pedagang HIK sangat terbatas kemampuannya
untuk menjamin dagangannya tetap aman, sehat dan bergizi untuk dikonsumsi setiap saat oleh semua golongan umur, sehingga penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS pada pedagang
hidangan istimewa kampung HIK.
6
B. Masalah Penelitian