24
C. Jenis dan Alasan-Alasan Perceraian
1. Jenis Perceraian
a. Cerai Talak
Cerai talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan cara
sebagaimana dimaksud dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 129, 130 dan 131
.
b. Cerai Gugat
Dalam sebuah perkawinan, keputusan untuk bercerai tidak hanya tergantung pada seorang suami, isteri juga bisa mengajukan gugatan
perceraian apabila sudah tidak merasa cocok lagi dan tidak tahan oleh tingkah laku suaminya.
Dalam Islam, gugat cerai biasa disebut khulu’. Khulu’ berasal dari lafadz kha-la-‘a yang secara bahasa berarti menanggalkan atau membuka
pakaian. Pengertian ini dihubungkan dengan perkawinan karena Al- Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187, Allah SWT berfirman:
£èδ… Ó¨t6Ï9
öΝä3©9 öΝçFΡruρ
Ó¨t6Ï9 £ßγ©9
3 ….
∩⊇∇∠∪ ة أ
:
١٨٧
Artinya: “Mereka merupakan pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka”. QS. Al-Baqarah: 187
Secara istilah, kata Khulu’ diartikan talak yang berlaku dengan keinginan isteri dan kesunguhannya untuk bercerai, maksudnya adalah
25
isteri menebus dirinya agar dibebaskan dari ikatan perkawinan dengan cara mengembalikan mas kawin yang telah mereka sepakati sebelumnya
.
18
Definisi lain dari khulu’ secara bahasa berarti tebusan dan menurut istilah adalah talak yang diucapkan oleh isteri dengan mengembalikan
mahar yang penah dibayarkan suami.
19
Sebagian Ulama mendefinisikan khulu’ secara harfiah adalah “lepas” atau “copot” tetapi secara istilah khulu’ diartikan “perceraian
dengan tebusan dari pihak isteri kepada pihak suami dengan menggunakan lafadz talak atau khulu”
.
20
2. Alasan perceraian
Alasan perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau isteri mempergunakanya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali
perkawinan mereka. Di dalam menjalankan kehidupan perkawinan bertujuan untuk
membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rohmah. Namun terkadang dalam perjalanannya sebuah perkawinan ada yang tidak mencapai tujuan
tersebut, maka terjadi putusnya perkawinan yakni melalui jalan perceraian. Dalam sebuah perceraian harus ada alasan kuat yang melatar belakangi
terjadinya perceraian ini. Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi
18
Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dan Ali Asy-Syarbaji, kitab fiqh madzhab syafie, jilid ke 4, Kuala Lumpur: Prospecta Printers SDN BHD, 2005.
19
Syaikh Hasan Ayub, fikih keluarga,hal. 305.
20
Amir Syarifuddin, Garis-garis besar Fiqh,Jakarta: Kencana Prenada Media,2003 edisi ke-1. hlm. 131.
26
dalam kehidupan rumah tangga, yang dapat memicu timbulnya keinginan untuk memutus atau terputusnya perkawinan yaitu;
21
a. Terjadinya nusyuz dari pihak istri
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran
perintah, penyelewengan, dan hal-hal yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga. Berkenaan dengan hal ini Al-Qur’an
memberi tuntunan bagaimana mengatasi nusyuz istri agar tidak terjadi perceraian. Adapun petunjuk mengenai langkah-langkah menghadapi istri
melakukan nusyuz, surat an-Nisa’ ayat 34:
ãΑy`Ìh9 šχθãΒ≡§θs
’n?tã Ï|¡ÏiΨ9
yϑÎ Ÿ≅āÒsù
ª óΟßγŸÒ÷èt
4’n?tã Ù÷èt
yϑÎuρ θàxΡr
ôÏΒ öΝÎγÏ9≡uθøΒr
4 àM≈ysÎ=≈¢Á9sù
ìM≈tGÏΖ≈s ×M≈sàÏ≈ym
É=ø‹tóù=Ïj9 yϑÎ
xáÏym ª
4 ÉL≈©9uρ
tβθèùsƒrB ∅èδy—θà±èΣ
∅èδθÝàÏèsù £èδρãàf÷δuρ
’Îû ÆìÅ_ŸÒyϑø9
£èδθçÎôÑuρ ÷βÎsù
öΝà6uΖ÷èsÛr Ÿξsù
θäóö7s? £Íκön=tã
¸ξ‹Î6y™ 3
¨βÎ ©
šχx. wŠÎ=tã
ZÎ6Ÿ2 ∩⊂⊆∪
ء ا
:
٣٤
Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki
atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki- laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
21
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997, cet. Ke- 2,
h. 269-274.
27
telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkan diri mereka
dari tempat tidur mereka ,dan pukulah mereka. kemudian jika mereka menaatimu maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” Q.S. an-Nisa’ : 34.
Petunjuk tersebut apabila dirinci, dapat dikemukakan sebagai berikut:
1 Isteri diberi nasihat tentang berbagai kemungkinan negatif dan
positifnya al-Tarhib wa al-Targib, dari tindakannya itu, terlebih apabila sampai terjadi perceraian, dan yang terutama agar kembali lagi
berbaikan dengan suaminya. 2
Apabila usaha pertama berupa pemberian nasihat tidak berhasil, langkah kedua adalah memisahkan istri dari tempat tidur suami, meski
masih dalam satu rumah. 3
Apabila langkah kedua tersebut tidak juga dapat mengubah pendirian istri untuk nusyuz, maka langkah ketiganya adalah memberi pelajaran,
atau dalam bahasa Al-Qur’an memukulnya. Para mufasir menafsirkan dengan memukul yang tidak melukai atau yang lebih tepat
mendidiknya. b.
Terjadinya nusyuz dari pihak suami Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi
dapat juga nusyuz yang datang dari suami. Selama ini sering disalahpahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak istri.
28
Dalam surat an-Nisa’ ayat 128 dinyatakan:
ÈβÎuρ îοrz÷ö
ôMsùs{ .ÏΒ
yγÎ=÷èt —θà±çΡ
÷ρr ZÊ{ôãÎ
Ÿξsù yyoΨã_
yϑÍκön=tæ βr
ysÎ=óÁムyϑæηuΖ÷t
[sù=ß¹ 4
ßxù=÷Á9uρ ×öyz
3 ÏNuÅØôméuρ
Ú àΡF{
£x’±9 4
βÎuρ θãΖÅ¡ósè?
θà−Gs?uρ χÎsù
© šχx.
yϑÎ šχθè=yϑ÷ès?
ZÎ6yz ∩⊇⊄∇∪
ء ا
:
١٢٨
Artinya: “Dan jika seseorang khawatir akan nusyuz, atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya
mengadakan perdamaian yang sebenarnya dan perdamaian itu itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut
tabiatnya kikir. Dan jika kamu menggauli istrimu dengan baik dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” Q.S. an-Nisa’ : 128.
Dalam Al-Qur’an dan terjemahannya terdapat keterangan bahwa jalan yang ditempuh apabila suami nusyuz seperti acuh tak acuh, tidak
menggauli dan tidak memenuhi kewajibannya, maka upaya perdamaian bisa dilakukan dengan cara istri merelakan haknya dikurangi untuk
sementara agar suaminya bersedia kembali kepada istrinya dengan baik. c.
Terjadinya perselisihan atau percekcokan antara suami dan istri Jika dua kemungkinan diatas menggambarkan salah satu pihak
nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal, maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam
syiqaq percekcokan, misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini Al-Qur’an memberi petunjuk:
29
÷βÎuρ óΟçFøÅz
s−sÏ© uΚÍκÈ]÷t
θèWyèösù Vϑs3ym
ôÏiΒ Ï Î ÷δr
Vϑs3ymuρ ôÏiΒ
yγÎ=÷δr βÎ
y‰ƒÌム[s≈n=ô¹Î
È,Ïjùuθムª
yϑåκs]øŠt 3
¨βÎ ©
tβx. ¸ϑŠÎ=tã
ZÎ7yz ∩⊂∈∪
ء ا
:
٣٥
Artinya: “Jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscayaAllah
memberi taufik kepada suami istri itu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana”. Q.S. an-Nisa’ : 35.
Penunjukan hakam dari kedua belah pihak ini diharapkan dapat mengadakan
perdamaian dan
perbaikan untuk
menyelesaikan persengketaan antara kedua belah pihak suami dan istri. Apabila karena
sesuatu hal hakam yang ditunjuk tidak dapat melaksanakan tugasnya, dicoba lagi dengan menunjuk hakam lainnya.
d. Terjadinya salah satu pihak melakukan perbuatan zina.
Hal ini juga disebut dengan fakhisyah, hal ini menimbulkan saling tuduh menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah
membuktikan tuduhan yang didakwakan, dengan cara li’an. Li’an sesungguhnya telah memasuki “gerbang putusnya perkawinan, dan
bahkan untuk selama-lamanya karena akibat li’an adalah terjadinya talak ba’in kubra”.
30
Dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh alasan- alasan sebagai berikut:
22
1 Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah
tangga, tidak ada lagi rasa kasih sayang yang merupakan tujuan dan hikmah dari perkawinan.
2 Karena salah satu pihak berpindah agama murtad.
3 Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama.
4 Istri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak
berapologi dengan alasan yang dicari-cari dan menyusahkan istri. 5
Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri. 6
Suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad pernikahan taklik talak.
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, alasan-alasan perceraian itu adalah:
23
a. Suami tidak dapat memberi nafkah.
b. Suami berbuat aniaya terhadap istri.
c. Suami ghaib berjauhan.
d. Suami di hukum penjara.
22
Muhammad Hamidy, Perkawinan Dan Permasalahannya, Surabaya : Bina Ilmu, 1980, h. 89.
23
al Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Jilid 3 , penerjemah Nor Hasanudin, LC, MA, DKK Jakarta : Pena pundi aksara, 2007, cet ke-2, hal 181-187
31
Di dalam muatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan menerangkan dan menjelaskan bahwa alasan- alasan perceraian sebagai berikut:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b.
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
luar kemampuanya. c.
Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain. e.
Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiisteri.
f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam KHI menjelaskan hal yang sama tentang alasan-alasan perceraian akan tetapi di dalam kompilasi
hukum Islam ada tambahan dua point dalam penyempurnaannya yaitu: a.
Suami melanggar taklik-talak.
32
b. Peralihan
agama atau
murtad yang
menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga.
D. Akibat dan Hikmah Perceraian