Implementasi Pasal 105 Huruf a Kompilasi Hukum Islam dalam Putusan

57

B. Implementasi Pasal 105 Huruf a Kompilasi Hukum Islam dalam Putusan

No.666Pdt.G2009PAJB Suatu putusan terdiri dari 4 empat bagian yaitu, kepala putusan, identitas para pihak, pertimbangan hukum dan amar putusan. Mengenai masalah implementasi pasal 105 huruf a KHI dapat dilihat dari Putusan No.666Pdt.G2009PAJB, yang terdiri dari: 1. Kepala Putusan Di lingkungan Pengadilan Agama, tiap penetapan dan putusan dimulai dengan kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” diikuti dengan kalimat “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa” sesuai dengan pasal 57 2 UU No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 2 Kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa” memberi kekuatan eksekutorial bagi putusan-putusan Pengadilan di Indonesia. 3 2. Identitas Para Pihak Identitas para pihak adalah ciri atau karakter yang dimiliki penggugat dan tergugat, meliputi nama, tempat tinggal, umur, status perkawinan, pendidikan dan lain-lain yang dipandang perlu. Dalam hal ini, identitas para pihak harus jelas dan lengkap sehingga berkualitas sebagai perseorangan pribadi. Bila para pihak berkualitas sebagai badan hukum, maka dalam 2 Kamarusdiana dan Nahrowi, Hukum Acara Perdata Jakarta: t.p., 2006, h.110. 3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, cet.I, ed.VII, Yogyakarta: Liberty, 2006, h.220. 58 praktik cukup disebut nama badan hukumnya, tempat kedudukan dan alamat kantornya Putusan MA RI No. 440 KPdt1986 tanggal 29 Agustus 1986. 4 Namun, Pengadilan Agama Jakarta Barat menetapkan kebijakan bahwa identitas menyangkut nama para pihak, anak serta saksi-saksi dalam putusan tidak boleh dipublikasikan kepada masyarakat umum. Hal ini, dipertegas oleh Hakim Humas Pengadilan Agama Jakarta Barat Drs.H.Muhyiddin,S.H.,M.H. Menurutnya “...Walaupun sidang terbuka untuk umum, para pihak tidak boleh dipublikasikan, hal ini terkait dengan Undang- Undang Informasi dan privasi seseorang....” 5 Dalam Putusan Nomor : 666Pdt.G2009PAJB, Pengadilan Agama Jakarta Barat telah memeriksa dan mengadili perkara tingkat pertama ini, dimana dalam persidangan Majelis Hakim menjatuhkan putusan antara: a. Penggugat: umur 23 tahun, agama Islam, pendidikan SMK, pekerjaan Karyawati, tempat tinggal di Jl. H. Saili B. 45 A RT.002 RW.06 No. 45 A kelurahan Kemanggisan kecamatan Palmerah kotamadya Jakarta Barat; selanjutnya disebut juga sebagai tergugat rekonpensi. b. Tergugat: umur 33 tahun, agama Islam, pendidikan STM, pekerjaan Karyawan, tempat tinggal di Jl. Kemandoran I Gg. Subur RT.002 RW.011 No.28 kelurahan Grogol Utara kecamatan Kebayoran Lama 4 Ibid., h.37 5 Wawancara Pribadi dengan Muhyiddin. Jakarta, 25 April 2011. 59 kotamadya Jakarta Selatan; selanjutnya disebut sebagai penggugat rekonpensi. 3. Pertimbangan Majelis Hakim Pertimbangan considerans merupakan dasar putusan. Pertimbangan dalam putusan perdata dibagi 2, yaitu pertimbangan tentang duduk perkaranya dan pertimbangan tentang hukumnya. 6 Pengadilan Agama Jakarta Barat telah mempelajari berkas perkara, memeriksa dan mendengar keterangan penggugat, tergugat dan saksi-saksi serta memeriksa bukti-bukti yang dikemukakan di persidangan; a. Pertimbangan tentang duduk perkaranya Penggugat telah mengajukan surat gugatan tanggal 16 Juni 2009 yang didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Barat dengan Nomor: 666Pdt.G2009PAJB, dengan posita sebagai berikut: 1 Telah melangsungkan pernikahan tanggal 12 Juni 2004 di KUA kecamatan Palmerah Jakarta Barat dengan kutipan Akta Nikah Nomor: 61864VI2004 tertanggal 14 Juni 2004. 2 Selama pernikahan tersebut, telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dan telah dikaruniai satu orang anak yang lahir 3 maret 2005. 6 Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h.221. 60 3 Kurang lebih sejak bulan April 2008, ketentraman rumah tangga mulai goyah setelah tergugat tidak memberikan nafkah lahir dan bathin kurang lebih 7 bulan, mementingkan hobi bermain burung, tidak pernah peduli kebutuhan rumah tangga belanja. 4 Puncak perselisihan bulan Desember 2008 sehingga penggugat menderita lahir bathin dan merasa tidak sanggup lagi melanjutkan rumah tangga. 5 Anak hasil perkawinan dibawa pergi oleh tergugat sehingga penggugat sulit untuk menemuinya. Penggugat mengajukan petitum berupa: 1 Pengajuan gugatan perceraian. 2 Permohonan penetapan hak Hadhanah. 3 Biaya Hadhanah Rp.1.000.000,- bulan di luar biaya kesehatan dan pendidikan. Pertimbangan lain, penggugat mengajukan bukti dalam bentuk fotokopi yang bermaterai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya berupa fotokopi KTP DKI Jakarta atas nama penggugat, fotokopi kutipan akta nikah dan fotokopi kutipan akta kelahiran anak. Selain itu, penggugat juga telah menghadirkan saksi-saksi yaitu: 1 Ayah kandung penggugat, yang menerangkan bahwa penggugat telah mempunyai anak dan mengetahui rumah tangga penggugat yang awalnya rukun kemudian tidak rukun hingga pisah tempat tinggal 61 sejak Desember 2008 dan saksi sudah berusaha menasehati untuk rukun kembali. 2 Ibu kandung penggugat, saksi menerangkan bahwa anak tersebut dibawa oleh tergugat ketika penggugat sedang menyanyi, sebelum dibawa oleh tergugat, saksi yang merawat anak tersebut. Pernah ketika saksi dan penggugat ingin menengok anak tersebut, malah penggugat disuruh menandatangani surat diatas materai, tetapi penggugat tidak mau. Sejak kurang lebih April 2008, saksi sering melihat keributan tanpa tahu penyebabnya. Majelis Hakim telah memerintahkan kedua belah pihak untuk menempuh mediasi pada tanggal 30 Juli 2009 oleh Hakim Mediator Drs.H.Tb.A.Murtaqi,SY.,S.H. ternyata gagal. Tergugat juga telah menyampaikan jawabannya tanggal 13 Agustus 2009, dengan posita sebagai berikut: 1 Telah memenuhi kebutuhan papan penggugat selama kurang lebih tiga setengah tahun. 2 Ketidakharmonisan rumah tangga dimulai sejak bulan September 2008, ketika penggugat membina hubungan dengan suami orang lain. Awal hubungan mereka, ketika penggugat menjadi penyanyi dangdut amatiran yang disawer oleh laki-laki tersebut. 3 Tergugat sudah berusaha melarang dan menyuruh untuk berhenti menjadi penyanyi serta memberi pekerjaan lain yang lebih baik di 62 Koperasi Pegawai Telkom. Awalnya penggugat patuh, tetapi kemudian hari kembali lagi pada pekerjaannya yang dahulu. 4 Ketika penggugat dikembalikan ke rumah orangtuanya oleh tergugat , anak penggugat dan tergugat selalu diasuh oleh orang tua penggugat ketika penggugat sibuk dengan pekerjaannya sebagai penyanyi dangdut amatiran. 5 Tergugat mengijinkan penggugat bertemu anaknya ketika liburan sekolah dan tidak menyulitkan untuk menemuinya. Tergugat mengajukan petitumnya dalam rekonpensi, yaitu: 1 Permohonan cerai thalak tiga. 2 Permohonan penetapan hak Hadhanah. 3 Kerugian materi selama berumah tangga sebesar Rp.12.000.000,-. Tergugat juga mengajukan bukti-bukti serta menghadirkan saksi- saksi, sebagai berikut: 1 Bukti kunci duplikat kost-kostan penggugat, bukti transfer uang, kronologis kejadian, foto-foto penggugat dengan seorang laki-laki, nomor-nomor telepon dan surat pernyataan dari penggugat. 2 Mantan istri dari laki-laki selingkuhan penggugat sebagai saksi yang menerangkan bahwa saksi kenal dengan penggugat yang telah hadir dan menyebabkan rumah tangganya hancur. Ketika masih terikat dalam pernikahan, saksi pernah melihat foto penggugat dengan mantan suaminya di handphone serta menemukan tiket masuk ke 63 ancol untuk dua orang dan saksi juga pernah bertemu dengan penggugat setelah lebaran Idul Fitri 2009 di rumah mertuanya orangtua mantan suaminya. 3 Kakak Ipar tergugat, saksi menerangkan bahwa saksi yang memasukkan kerja penggugat ke Koperasi agar ia berhenti menjadi penyanyi dangdut lagi. saksi tahu kebohongan penggugat dan pernah melihat keributan saat Idul Adha 2008. b. Pertimbangan tentang hukumnya Dalam Konpensi, Menimbang, bahwa berdasarkan pernyataan penggugat dan pengakuan tergugat serta sebagaimana bukti kutipan Akta Nikah terbukti bahwa antara penggugat dan tergugat telah terikat dalam ikatan perkawinan yang sah dan belum pernah bercerai; Menimbang, bahwa senyatanya penggugat berada di wilayah hukum Pengadilan Agama Jakarta Barat, maka berdasarkan kepada ketentuan pasal 49 ayat 1 huruf a dan pasal 73 ayat 1 UU No.7 Tahun 1989 yang diamandemen UU No.3 Tahun 2006 maka Pengadilan Agama Jakarta Barat berwenang menerima, memeriksa dan menyelesaikan perkara ini; 64 Menimbang, bahwa sebelum pemeriksaan pokok perkara, para pihak telah diperintahkan untuk menempuh mediasi, sesuai PERMA No.1 Tahun 2008 ternyata gagal atau tidak berhasil didamaikan; Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan sesuai ketentuan pasal 82 ayat 1 dan 4 UU No.7 Tahun 1989 yang diamandemen UUNo.3 Tahun 2006 jo. Pasal 130 HIR, ternyata tidak berhasil; Menimbang, bahwa dalam pemeriksaan perkara ini Majelis Hakim memandang tidak perlu untuk menggali fakta tentang apa dan siapa yang menjadi faktor penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga penggugat dan tergugat, akan tetapi fakta yang perlu diungkap adalah tentang pecahnya rumah tangga itu sendiri sebagaimana maksud Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.38 KAG1990 tanggal 22-8-1991 dan No.266 KAG1993 tanggal 25-6- 1994 dengan kaidah „jika alasan perceraian telah terbukti, hal ini semata-mata ditujukan kepada perkawinan itu sendiri, tanpa mempersoalkan siapa yang salah; Menimbang, bahwa fakta di persidangan dengan bersiteguhnya penggugat untuk bercerai dengan tergugat serta Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan dari perkawinan untuk membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah telah tidak terwujud, berdasarkan pasal 3 Kompilasi hukum Islam 65 dan pasal 1 UU No.1 Tahun 1974, sebagaimana juga ditegaskan dalam fiman Allah SWT dalam surat ar-Rum 30 ayat 21 berbunyi:                       Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir ”. Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas terbukti bahwa dalil-dalil penggugat yang dijadikan dasar untuk perceraian ini telah memenuhi alasan hukum, maka sesuai ketentuan pasal 39 ayat 2 UU No.1 Tahun 1974 jo. pasal 19 huruf f KHI oleh karenanya gugatan cerai penggugat sudah sepatutnya dikabulkan dan sejalan ketentuan pasal 119 huruf c dihukumkan thalak satu bain sughra; Dalam Rekonpensi, Menimbang bahwa antara penggugat rekonpensi dan tergugat rekonpensi tidak ada kesepakatan dalam hal pemeliharaan anak, maka berdasarkan ketentuan pasal 41 huruf a UU No.1 Tahun 1974, maka Pengadilan memberi putusan; Menimbang, bahwa meskipun anak tersebut di bawah umur, tetapi sejak semula masih dalam pemeliharaan penggugat rekonpensi dan pula 66 anak tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya serta tidak terbukti ditelantarkan dan dihalang-halangi untuk tetap berhubungan dengan ibunya, demi menjaga perkembangan jiwa dan kepentingan anak sebagaimana ketentuan pasal 2 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka hak asuh atau pemeliharaan anak tetap berada di bawah pengasuhan penggugat rekonpensi selaku ayah kandungnya dengan tidak mengurangi hak-hak tergugat rekonpensi selaku ibunya untuk tetap menyalurkan kasih sayang terhadap anaknya; Dalam Konpensi dan Rekonpensi, Menimbang, bahwa dalam ketentuan pasal 89 ayat 1 UU No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diamandemen dengan UU No.3 Tahun 2006 jo. PP No.53 Tahun 2008 tentang PNPB tanggal 23 Juli 2008, biaya perkara dibebankan kepada penggugat konpensi atau tergugat rekonpensi; 4. Amar Putusan Putusan Pengadilan, yakni produk pemikiran hukum yang dikeluarkan oleh lembaga peradilan, yang putusannya mengikat bagi pihak yang berperkara. 7 Putusan sebagai produk peradilan, sangat erat kaitannya dengan ijtihad dan fatwa. Dalam Islam, dalam kedua hal tersebut dianjurkan untuk berijtihad seseorang yang memenuhi persyaratan. Malah menurut Islam, 7 Yayan Sopyan, Tarikh Tasyri’, h.8. 67 bila seseorang berijtihad tapi hasilnya salah maka ia mendapat satu pahala dan bila hasil ijtihadnya benar maka ia mendapat dua pahala, yakni satu pahala ijtihad, satu pahala kebenaran yan didapat. 8 Setiap surat gugatan terdapat petitum yang memuat pokok tuntutan penggugat, karena itu dalam putusan, juga harus memuat amar putusan yang memuat suatu pernyataan hukum, penetapan suatu hak, lenyap atau timbulnya suatu keadaan hukum dan isi putusan yang disebut hukuman yang berupa pembebanan suatu prestasi tertentu. 9 Jawaban terhadap petitum daripada gugatan adalah amar atau dictum. Ini berarti bahwa dictum merupakan tanggapan terhadap petitum. 10 Dalam perkara Nomor: 666Pdt.G2009PAJB, Majelis Hakim menjatuhkan putusan yang berbunyi: Dalam Konpensi, a. Mengabulkan gugatan penggugat konpensi dengan menjatuhkan thalak satu bain sughra tergugat konpensi terhadap penggugat konpensi; b. Menolak gugatan penggugat konpensi selain dan selebihnya; Dalam Rekonpensi, a. Menetapkan seorang anak berada dibawah pengasuhan dan pemeliharaan 8 A. Basiq Djalil, Peradilan Islam, Jakarta: t.p., 2007, h.3. 9 Kamarusdiana dan Nahrowi, Hukum Acara Perdata, h.112 10 Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 223 68 penggugat rekonpensi selaku ayah kandungnya dengan tidak mengurangi hak-hak tergugat rekonpensi selaku ibunya untuk tetap menyalurkan kasih sayang terhadap anaknya; b. Menolak gugatan penggugat rekonpensi selain dan selebihnya; Dalam Konpensi dan Rekonpensi, Membebankan biaya perkara kepada penggugat konpensi. Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada hari Kamis tanggal 26 Novenber 2009 M bertepatan dengan tanggal 09 Dzulhijjah 1430 H, oleh Ketua Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat Dra. Ida Hamidah, M.A. serta Hakim-hakim anggota H.Tb.A.Murtaqi,SY,S.H. dan H.M.Ali Syarifuddin, M,Lc.S.H. dalam sidang terbuka untuk umum, serta dibantu oleh Patimah, S.Ag. sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri penggugat dan tergugat serta kuasa hukumnya. Hakim Humas Pengadilan Agama Jakarta Barat Drs.H.Muhyiddin, S.H.,M.H. mengatakan bahwa “substansi pasal 105 huruf a KHI, pada hakikatnya ialah bahwa anak yang masih di bawah 12 tahun adalah hak ibunya untuk mengasuh. Implementasi untuk menentukan itu perlu pertimbangan, tidak semua anak yang belum 12 tahun jatuh ke ibunya. Bagaimana jika ternyata ibunya pemadat, pemabuk, pezina. Tidak demikian, maka harus jatuh kepada Ayahnya dan ibu dalam kasus ini adalah sebagai penyanyi dangdut amatiran yang sering keluar malam yang dikhawatirkan tidak mampu memelihara anaknya sehingga dapat mempengaruhi akhlak dan perkembangan anak tersebut”. 69 Muhyiddin melanjutkan : “sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fiqh as- Sunnah jilid 2: “Jika hak asuh ditentukan ke ibu, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap akhlak anak itu” 11 Dan di dalam kitab Kifayatul Akhyar ada 7 item yang menjadi syarat seseorang sebagai pengasuh anak Hadhanah yaitu: 1 Berakal, 2 Merdeka, 3 Beragama, 4 Menjauhkan diri dari hal yang tidak baik, 5 Dapat dipercaya, 6 Tidak bersuami, 7 Menetap bukan Musafir. Kalau ada satu syarat yang tidak terpenuhi, maka gugurlah hak untuk mengasuh anak. Acuannya adalah menjauhkan diri dari hal yang tidak baik, karena dikhawatirkan anak akan meniru cara hidup orang tua yang mengasuhnya. Hal semacam ini tidak bisa masuk ke ruh pasal 105 huruf a KHI sehingga Majelis Hakim memutuskan implementasi hak Hadhanah kepada ayahnya”. Pertimbangan Majelis Hakim dalam kasus ini ialah ayahnya bisa mencari nafkah dan sejak semula anak tersebut masih dalam pemeliharaan ayahnya serta anak tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya serta tidak terbukti ditelantarkan dan dihalang-halangi untuk tetap berhubungan dengan ibunya, hal ini semata-mata demi menjaga perkembangan jiwa, akhlak dan kepentingan anak. 11 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, jil.II Beirut: Dar al-Kitab al- ‟Arabiyyah, 1981, h. 342. 70

C. Analisa