Untuk menjaga semangat hidup mereka lalu menyibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan. Berbagai keterampilan yang diperlukan untuk tetap
menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya, mereka tempuh dengan cara aktif di yayasan yang memiliki perhatian terhadap para penyandang tunanetra. Salah satu
yayasan di mana para informan aktif di dalamnya adalah yayasan Mitra Netra, yang berada di Lebak Bulus. Di yayasan ini, para informan memperoleh berbagai
pelatihan untuk tetap bisa bekerja. Bahkan yayasan ini memberikan beasiswa bagi para penyandang tunanetra untuk tetap melanjutkan pendidikan mereka.
Di antara informan yang melanjutkan pendidikannya adalah informan NS yang memutuskan untuk menempuh pendidikan tersebut di UMJ dengan masuk
fakultas agama Islam jurusan Tarbiyah, angkatan 2008 meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Hal ini dilakukan oleh informan NS untuk menambah bekal yang
nantinya diharapkan dapat menunjang kehidupannya. Selain informan NS yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya,
informan ARK juga ikut aktif di yayasan Mitra Netra setelah mengalami ketunanetraan total untuk menambah keterampilan hidupnya. Informan ARK
semasa masih bisa melihat, adalah mahasiswa di ITI Institut Teknologi Indonesia Serpong semester 7. Setelah mengalami ketunanetraan total, informan
ARK berhenti dari kuliahnya, kemudian aktif di yayasan Mitra Netra.
E. Yayasan Radlatul Makhfufin
Yayasan Radlatul Makhfufin adalah sebuah lembaga sosial keagamaan yang bergerak dalam bidang pendidikan keagamaan tunanetra. Yayasan ini
beralamatkan di Jalan Raya Puspiptek Gang Rais Kampung Jati Desa Buaran RT
05 RW 02 Kecamatan Serpong Tangerang Selatan. Ide awal pendirian Yayasan ini dari Halim Sholeh seorang tunanetra yang berprofesi sebagai guru agama di
sekolah luar biasa. Halim Sholeh yang menuntut ilmu di madrasah luar biasa milik Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam di Yogyakarta, mendapat pesan
dari gurunya agar mengajarkan Islam kepada tunanetra di mana saja mereka berada.
Dari pesan gurunya itu serta keprihatinan terhadap nasib sesama tunanetra, Sholeh kemudian mengajak teman-temannya untuk membentuk sebuah lembaga
yang dapat memberikan pendidikan keagamaan bagi tunanetra. Ajakan itu mendapat sambutan dari Joni Watimena yang menjadi sahabatnya. Sambutan juga
datang dari para tunanetra lainnya. Para tunanetra ini pun kemudian mendirikan majlis taklim tunanetra. Anggota majlis taklim ini terus bertambah. Pada tanggal
26 November 1983 lembaga yang mereka cita-citakan berdiri dengan nama Yayasan Radlatul Makhfufin.
4
Dana awal pendirian yayasan ini hanya dengan uang sebesar Rp. 25.000,- yang berasal dari sumbangan majlis taklim Khairun Nisa di Bekasi. Untuk
membiayai jalannya yayasan mereka mencari simpati dari masyarakat untuk membantu usaha mereka.
Pada awal pendiriannya, Radlatul Makhfufin mengalami dua kali perpecahan yaitu perpecahan internal pengurus dan perpecahan dengan donatur
utama mereka. Perpecahan pertama berakibat dengan mundurnya sebagian dari pendiri dan pengurus Yayasan, dan perpecahan yang kedua mendatangkan
kesulitan pendanaan bagi Yayasan. Untuk mempertahankan eksistensi yayasan
4
Ade Ismail, “Kiprah Yayasan Raudlatul Makhfufin dalam Mensyiarkan Islam di Kalangan Tunanetra di Jakarta 1983-2005, Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Jakarta, 2009, h. 85
para pengurus meningkatkan upaya mereka dalam menggalang simpati masyarakat.
Dalam perannya sebagai lembaga sosial keagamaan, Raudlatul Makhfufin mengadakan program-program yang bertujuan meningkatkan kualitas pemahaman
keagamaan bagi tunanetra. Secara umum program-program Yayasan Raudlatul Makhfufin terfokus pada tiga hal yaitu pendidikan, pelatihan, dan pengadaan
sarana belajar keagamaan. Dari program-program tersebut antara lain: P4B yaitu pemberantasan buta huruf latin, pemberantasan buta huruf Arab Braille,
pemberantasan buta al-Qur’an dan pemberantasan ilmu-ilmu agama. Dalam melaksanakan itu tunanetra belajar membaca tulisan Braille latin dan Arab,
membaca al-Qur’an dan materi-materi keagamaan. Pesantaren tunanetra, yaitu pesantren bagi para tunanetra. Pencetakan al-Qur’an dan buku-buku ke-Islaman
dalam huruf Braile. Dari program-program tersebut ada yang terlaksana seperti pencetakan al-Qur’an Braille dan P4B, dan pesantren, ada yang tersendat-sendat
seperti pelatihan Qari’ dan Qari’ah tunanetra dan pelatihan dakwah dan ada pula yang gagal seperti pembentukan madrasah bagi tunanetra.
5
Kendala yang dihadapi oleh Yayasan Radlatul Makhfufin dalam menjalankan misinya adalah karena kurangnya dana serta kurangnya sumber daya
manusia yang ahli dalam masalah yang sering dihadapi oleh yayasan. Namun demikian, kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh yayasan tidak serta
merta membuat pengurus yayasan untuk menyerah dalam mengembangkan yayasan dari segi pendanaan.
5
Ade Ismail, “Kiprah Yayasan Raudlatul Makhfufin dalam Mensyiarkan Islam di Kalangan Tunanetra di Jakarta 1983-2005, h. 86
Susunan pengurus Yayasan Raudlatul Makhfufin
Dewan Pendiri : Halim Sholeh
: Joni
Watimena Dewan Pembina
: dr. Okiniwati Hattaradjasa Ketua
: Nur
Kholiq, SQ
Sekretaris :
Zainal Abidin
Bendahara Umum : Ngatijo
Bendahara I : Ilma Hasanah, S.Ag
Kesejahteraan Umat : Abbas Sukardi, BA
Abdul Wahab Pendidikan dan Dakwah
: Ahmad Muzakir Muhyi
Khairuddin, SQ
Sapto Wibowo,
S.Sos
38
BAB IV AGEN SOSIOALISASI DAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN