Hubungan Masa Kerja dengan Stres Kerja

Stres Kerja Hans Selye, 1950 adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya, misalnya bagaimana respon tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih fungsi organ tubuh mengakibatkan seseorang tidak lagi dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka ia disebut distres. Dari hasil analisa Chi-Square antara umur dengan stres kerja tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,054 p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa teori yang menyatakan bahwa umur yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang relatif lebih muda Oentoro 2004 tidak selamanya berhubungan dengan stres kerja.

5.2. Hubungan Masa Kerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan yang paling banyak mengalami stres kerja adalah pada Pegawai Lapas yang mempunyai masa kerja di atas 10 tahun yang mengalami stres ringan sebanyak 7 orang 7,1, stres sedang sebanyak 22 orang 39,1, dan stres berat 10 orang 11,6. Hasil analisa Chi-Square antara masa kerja dengan stres kerja menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,038 atau P 0,05. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin stres di dalam pekerjaannya. Hal ini dapat terjadi karena pegawai yang sudah mempunyai masa kerja yang lama dapat menimbulkan Tri Sumarni Siboro : Hubungan Kondisi Kerja Dan Karakteristik Individual Dengan Stres Kerja Pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Lubuk Pakam 2008, 2009 USU Repository © 2008 kebosanan atau bekerja monoton dari tahun ke tahun sehingga membuat bosan dan lama kelamaan mengalami stres secara tidak disadari oleh pegawai tersebut. Menurut Schultz 1982, kebosanan merupakan komponen psikologis lingkungan kerja yang timbul akibat menghadapi pekerjaan yang berulang-ulang, monoton dan tidak menyenangkan. Pegawai Lapas mempunyai beban kerja terlalu sedikit kuantitatif yang juga mempengaruhi kesejahteraan psikologis sesorang. Karena pekerjaan yang sederhana, tetapi mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menghadapi tahanan dan narapidana sehingga timbul bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari. Sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat, misalnya bila tahanan atau narapidana itu melarikan diri. Masa kerja yang lama di lingkungan kerja tertentu menuntut penyesuaian diri dari individu itu sendiri di mana individu yang bekerja dalam satu lingkungan yang lama akan mengalami bosan dan akan mengalami stres tanpa ia sadari. Secara umum terdapat tiga buah pendekatan untuk membahas masalah stress dalam ruang lingkup organisasi. Pendekatan pertama berorientasi pada karakteristik obyektif dari berbagai situasi kerja yang dapat menimbulkan stres. Pendekatan kedua mengacu pada karakteristik individu sebagai penyebab utama stres. Pendekatan ketiga melalui acuan interaksi antara situasi obyektif dan karakteristik individu Anonymous, 2008. Tri Sumarni Siboro : Hubungan Kondisi Kerja Dan Karakteristik Individual Dengan Stres Kerja Pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Lubuk Pakam 2008, 2009 USU Repository © 2008 Pegawai Lapas kemungkinan besar mengalami stres kerja yang merupakan perasaan tertekan dalam menghadapi pekerjaan disebabkan oleh Stressor dari lingkungan kerja itu sendiri Sasono, 2008.

5.3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Stres Kerja