BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan Bakar Minyak BBM merupakan salah satu barang kebutuhan yang penting bagi masyarakat dan memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas
ekonomi. Ada tiga pengguna utama BBM yaitu rumah tangga, industri dan transportasi. Kenaikan harga BBM akan memperbesar beban masyarakat kecil dan juga bagi dunia
usaha. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok
produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual produk. Dengan kenaikan harga jual produk tersebut akan memperberat beban hidup masyakarat yang pada akhirnya akan
menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan
.
Kenaikan harga minyak di pasar dunia telah menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian pada banyak negara termasuk Indonesia. Sekalipun Indonesia merupakan
negara yang mempunyai sumber minyak bumi yang melimpah. Kenaikan harga minyak dunia yang hampir tiga kali lipat dari harga sebelumnya menyebabkan pemerintah menjadi
bingung dan kesulitan untuk mengatasinya. Kebutuhan minyak dalam negeri terus meningkat melebihi produksi dalam negeri
sehinga untuk menutupi kekurangan minyak dalam negeri pemerintah melakukan impor
Universitas Sumatera Utara
minyak. Harga minyak dunia yang saat itu mencapai 117 dolar AS per barel menyebabkan biaya impor minyak meningkat tajam. Selama ini untuk menjaga harga minyak dalam
negeri tetap murah, pemerintah memberikan subsidi BBM dan bila harga tetap dipertahankan, maka besaran subsidi BBM yang dibutuhkan hampir menghabiskan ¼
belanja negara. http:www.kompas.com “ Dilema kenaikan BBM” . Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin terpuruknya APBN maka
pemerintah pada saat itu mengambil kebijakan yaitu menaikkan harga BBM dalam negeri. Pemerintah beranggapan bahwa jika tidak dilakukan penyesuaian harga BBM dalam
negeri, APBN yang merupakan salah satu pilar perekonomian menjadi tidak berkelanjutan. Disamping kenaikan harga minyak dunia yang sangat tinggi, kenaikan harga BBM
juga disebabkan karena pemerintah melihat bahwa subsidi BBM yang selama ini diberikan lebih banyak dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah keatas. Ketidakadilan itu
dapat dilihat dari 20 masyarakat kelompok pendapatan teratas menikmati hampir 48,44 subsidi BBM. Sementara 20 masyarakat kelompok pendapatan kedua teratas
menikmati 22,48 subsidi BBM, 20 masyarakat kelompok pendapatan menengah menikmati 15,16 subsidi BBM, dan 20 masyarakat kelompok pendapatan kedua
terbawa menikmati 8,77 subsidi BBM. Sedangkan 20 masyarakat kelompok pendapatan terbawah hanya menikmati subsidi BBM sebesar 5,15 . Selain itu
meningkatnya subsidi BBM mengakibatkan berbagai program untuk masyarakat miskin menjadi tidak mungkin terlaksana. Dan semakin besar subsidi BBM, semakin besar
ketidakadilan dibiarkan terus dilakukan. www.mensos.go.id.
Universitas Sumatera Utara
Dapat dikatakan bahwa keputusan yang diambil pemerintah pada saat kenaikan BBM tersebut ibarat memakan buah simalakama. Jika dibatalkan, keuangan negara terkuras
karena subsidi BBM membengkak hingga Rp 250 triliun atau hampir sepuluh kali lipat anggaran pendidikan. Dan bila dinaikkan, rakyat menjerit karena beban ekonomi kian
berat. Kenaikan harga BBM yang menyebabkan kenaikan terhadap barang-barang
kebutuhan pokok dan transportasi telah berdampak bagi semua lapisan masyarakat. Tetapi dampak yang paling berat akibat kenaikan BBM ini adalah kelompok masyarakat ekonomi
lemah. Tekanan berat yang paling dirasakan oleh masyarakat miskin utamanya adalah tingginya harga bahan bakar untuk kebutuhan memasak sehari-hari, biaya transportasi, dan
harga barang-barang kebutuhan pokok yang semakin mahal. Meskipun saat ini harga BBM sudah turun tetapi tetap saja tidak berpengaruh
terhadap penurunan barang-barang kebutuhan yang lain. Penurunan BBM sebanyak 3 kali, tidak mengubah tarif angkutan. Para pihak pengelola angkutan mengatakan meski harga
BBM turun, harga suku cadang terus naik sampai 20 persen. Alasan yang digunakan masih
karena banyaknya komponen operasional angkutan umum yang harus diperhitungkan, tidak hanya BBM.
Sehingga para pengelola angkutan tidak menurunkan tarif angkutan http:www.kompas.com “ Tiga Kali BBM Turun, Tarif Angkot Tetap Bertahan “ .
Penurunan harga BBM saat ini tidak berpengaruh terhadap penurunan tarif angkutan. Pihak angkutan mengatakan harga suku cadang naik jadi tidak dapat menurunkan tarif angkutan.
Tidak turunnya tarif angkutan membuat harga barang-barang kebutuhan tetap atau tidak mengalami penurunan termasuk harga sembako. Para pedagang tidak menurunkan harga
Universitas Sumatera Utara
barang-barang kebutuhan karena mereka masih terbebani dengan tarif angkutan yang mahal. Jadi dapat disimpulakan bahwa menurunnya harga BBM tidak berdampak terhadap
harga-harga barang yang lain kalaupun terjadi penurunan dapat dikatakan sangat kecil pengaruhnya.
Dalam rangka menanggulangi dampak kenaikan BBM yang dirasakan memberatkan masyarakat miskin maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk memberikan
bantuan yaitu Bantuan Langsung Tunai BLT . Upaya penanggulangan kemiskinan untuk mencapai kesejahteraan sosial merupakan salah satu amanat dari UUD 1945 dimana negara
bertanggung jawab terhadap fakir miskin dan anak-anak terlantar. Bantuan Langsung Tunai yang pernah diberikan Pemerintah SBY-JK adalah
sebanyak dua kali yaitu pada tahun 20052006 dan tahun 2008. BLT tahun 2005 terdiri dari dua tahap pembagian. Tahap pertama pada Oktober-Desember 2005 yaitu sebesar
Rp300.000,00 dan tahap kedua pada Januari-Maret 2006 sebesar Rp 300.000,00. Bantuan ini adalah bantuan yang diberikan setelah pemerintah menaikkan harga BBM tahun 2005
lalu. Tahun 2005 kenaikan BBM terjadi dua kali yaitu pada tanggal 1 Maret 2005 sebesar 30 dan tanggal 1 Oktober 2005 sebesar 128 . Dan pembagian Bantuan Langsung Tunai
yang kedua kali yaitu tahun 2008 yang dibagikan pada Juni-Agustus 2008 sebesar Rp 300.000,00 dan pada September-Desember 2008 Rp 400.000,00. Bantuan Langsung Tunai
tahun 2008 ini merupakan bantuan setelah pemerintah menaikkan kembali harga BBM sebesar 27,8 pada tanggal 24 Mei 2008.
Pemberian Bantuan Langsung Tunai tersebut merupakan program yang dibuat pemerintah untuk mencegah meningkatnya kemiskinan karena kenaikan harga BBM.
Universitas Sumatera Utara
Kehadiran Program Bantuan Langsung Tunai dimungkinkan dari UU No.6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial dimana pemerintah bertugas
untuk membuat kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Program BLT yang dibuat oleh pemerintah dalam menanggulangi dampak akibat
kenaikan BBM ini menimbulkan reaksi pro dan kontra dari berbagai lapisan masyarakat. Pihak yang pro dengan kebijakan pemerintah ini memandang bahwa pemerintah memang
harus membantu masyarakat yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah kenaikan harga BBM. Dan ada juga pihak yang melihat bahwa program BLT ini
merupakan bantuan pada masa transisi yang bertujuan untuk menjaga kestabilan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat disaat kondisi perekonomian negara mengalami
keterpurukan. Pihak lain menyatakan bahwa program BLT merupakan bantuan tanggap darurat. Sedangkan pihak yang kontra dengan program ini meminta agar pemerintah tidak
meluncurkan bantuan tersebut tetapi menunda penetapan kenaikan harga BBM. Pihak lain memandang bahwa sebaiknya pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk program-
program padat karya karena BLT dapat membuat masyarakat menjadi malas. Program BLT tahun 2008 yang telah berjalan belum lama ini juga masih
menimbulkan kontra dari berbagai pihak. Banyak yang menilai bahwa BLT bukanlah solusi terbaik untuk meringankan beban masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Ahli
perminyakan Dr.Kurtubi menilai, BLT justru akan membuat masyarakat menjadi malas. Banyak dampak yang tidak baik dari BLT ini. Salah satu, masyarakat menjadi malas. Oleh
karena itu, lebih baik uang BLT itu untuk membuat lapangan kerja baru. http:www.kompas.com “ BLT Bukan Solusi Terbaik” .
Universitas Sumatera Utara
Penolakan terhadap BLT tahun 2008 ini banyak diakibatkan karena masalah- masalah yang terjadi saat penyaluran dana BLT tahun 20052006 lalu. Penyaluran dana
BLT tahun 20052006 berlangsung tidak lancar dan terjadi banyak kericuhan. Bahkan hingga jatuh korban akibat kekurangbecusan mekanisme pencairan dana. Berdasarkan data
Persda Network, setidaknya dua aparatur negara di tingkat paling bawah, yakni Ketua RT menjadi korban akibat BLT. Ada yang dibunuh warganya yang marah, ada pula bunuh diri
karena stres tak kuat menahan cercaan warga. Saman 52, Ketua Rukun Tetangga di Dusun Benit, Desa Sungai Mengkuang, Kecamatan Muara Bungo, Kabupaten Bungo,
Provinsi Jambi, tewas akibat ditikam warganya, Hendri alias Bujang 24. Nur Hasan 50, Ketua RT 0208 Kelurahan Pancoran Mas, Depok, tewas menyedihkan akibat meminum
cairan racun serangga. Hasan menempuh jalan pintas dengan menenggak racun serangga. Warga yang tidak mendapat kartu mengira Hasan yang memainkan. Padahal, Hasan sudah
menjelaskan bahwa kewenangannya hanya membagi. Di pihak penerima, kakek-nenek tua renta, harus rela berjuang sekuat tenaga mengimbangi desakan orang-orang miskin lainnya
untuk mendapatkan jatah yang jumlahnya hanya Rp 100.000,00 hingga Rp 300.000,00. http:www.kompas.com “ Catatan Kelam BLT 2005” .
Selain dari hal tersebut diatas penolakan juga terjadi karena pada penyaluran BLT tahun 2005 terjadi beberapa kasus pemotongan dana BLT di beberapa daerah seperti di
Kulon Progo dan Gunung Kidul. Besarnya pomotongan bervariasi antara Rp 25.000,00 hingga Rp 75.000,00 per kepala keluarga. Selain itu sekitar dua ribu BLT ditengarai salah
sasaran. Jika hal ini kembali terjadi, berpotensi memicu konflik ditengah masyarakat. Artikel “Penyaluran Dana BLT Rawan Pemotongan”, Kompas 23 Mei 2008 .
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkatnya
dalam sebuah penelitian yang berjudul “ Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai”
Studi Pada Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun .
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi