Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai (Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun)

(1)

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI

( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar,

Kabupaten Simalungun )

SKRIPSI

Disusun Oleh

FERAWATI PAULINA SAGALA

050903079

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH

GELAR SARJANA (S-1) ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI………...………….i

DAFTAR TABEL………....………… iv

ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...……… 1

B. Perumusan Masalah………..………. 7

C. Tujuan Penelitian………..………. 7

D. Manfaat Penelitian………...……….. 8

E. Kerangka Teori………..……… 8

1. Efektivitas………..………...………. 9

a. Pengertian Efektivitas …...………...…... 9

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas... 22

2. Program...………….……....……… 24

3. Rumah Tangga Miskin... 29

4. Bantuan Langsung Tunai... 31

a. Pengertian Bantuan Langsung Tunai...…….………….... 31

b. Tujuan dan Sasaran Bantuan Langsung Tunai... .…... 33

c. Operasionalisasi Dana Bantuan Langsung Tunai...…. 33 d. Mekanisme dan Tahapan Kegiatan Penyaluran BLT .…. 34


(3)

F. Defenisi Konsep………... 36

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian………... 37

B. Lokasi Penelitian………... 37

C. Informan Penelitian………... 38

D. Teknik Pengumpulan Data………... 39

E. Teknik Analisa Data………... 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Identitas Informan...………... 50

1. Identitas Informan Kunci dan Tambahan……….... 51

2. Identitas Informan Utama...………... 52

B. Jawaban Informan atas Variabel Penelitian... 55

1. Jawaban Daftar Wawancara Untuk Informan Kunci dan Tambahan... 55

2. Jawaban Daftar Wawancara Untuk Informan Utama... 64

BAB V ANALISA DATA A. Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai... 77


(4)

2. Ketepatan Waktu... 83 3. Manfaat... 86 B. Dampak Negatif Program Bantuan Langsung Tunai... 86

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan………... 89

B.Saran………... 90

DAFTAR PUSTAKA………...92

LAMPIRAN

                           


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tabel Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut

Badan Pusat Statistik... 29

Tabel 2 Tabel Klasifikasi Penduduk Nagori Kahean

Menurut Jenis Kelamin... .………...…... 42

Tabel 3 Tabel Klasifikasi Mata Pencaharian Penduduk

Nagori Kahean... 43

Tabel 4 Tabel Klasifikasi Tingkat Pendidikan Masyarakat

Nagori Kahean... 45

Tabel 5 Tabel Klasifikasi Masyarakat Nagori Kahean

Menurut Agama... 46

Tabel 6 Tabel Klasifikasi Penduduk Nagori Kahean

Berdasarkan Suku Bangsa... 47

Tabel 7 Tabel Klasifikasi Program Bantuan Langsung Tunai

di Nagori Kahean... 49

Tabel 8 Tabel Identitas Informan Kunci dan Informan Tambahan... 51


(6)

Tabel 10 Tabel Identitas Informan Utama Menurut

Jenis Kelamin... 53

Tabel 11 Tabel Identitas Informan Utama BerdasarkanUmur... 53

Tabel 12 Tabel Identitas Informan Utama Berdasarkan Pendidikan ... 54

Tabel 13 Tabel Identitas Informan Utama Menurut Pekerjaan... 55


(7)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI ( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar,

Kabupaten Simalungun )

Nama : Ferawati Paulina Sagala

NIM : 050903079

Dosen Pembimbing : Dra. Februati Trimurni, M.Si

Bantuan Langsung Tunai merupakan salah satu program yang dibuat untuk menanggulangi semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Sasaran dari program ini adalah masyarakat yang masuk dalam kategori hampir miskin, miskin dan sangat miskin yang selanjutnya disebut RTS. Pelaksanaan program ini harus dilakukan dengan baik sehingga tercapai keefektifan tujuan, manfaat dan juga ketepatan waktu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui tingkat keefektifan program Bantuan Langsung Tunai tersebut.

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keefektifan Program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simaungun, Provinsi Sumatera Utara dan untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh program BLT ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapaun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam dan studi pustaka.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean berjalan dengan efektif. Keefektifan ini dapat dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, dan manfaat yang dirasakan oleh Rumah Tangga Sasaran. Rumah Tangga Sasaran di Nagori Kahean menyatakan bahwa Bantuan Langsung Tunai telah memberikan manfaat yang sangat baik kepada mereka. Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa Bantuan Langsung Tunai memberikan dampak negatif yaitu membuat Rumah Tangga Sasaran menjadi ketergantungan terhadap program ini.


(8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Ferawati Paulina Sagala

NIM : 050903079

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai ( Studi Pada Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun )

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra.Februati Trimurni, M.Si Prof.Dr.Marlon Sihombing,MA

       131 923 884           131 568 391

Dekan Fisip USU

Prof.Dr.M.Arif Nasution,MA 131 757 010


(9)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI ( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar,

Kabupaten Simalungun )

Nama : Ferawati Paulina Sagala

NIM : 050903079

Dosen Pembimbing : Dra. Februati Trimurni, M.Si

Bantuan Langsung Tunai merupakan salah satu program yang dibuat untuk menanggulangi semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Sasaran dari program ini adalah masyarakat yang masuk dalam kategori hampir miskin, miskin dan sangat miskin yang selanjutnya disebut RTS. Pelaksanaan program ini harus dilakukan dengan baik sehingga tercapai keefektifan tujuan, manfaat dan juga ketepatan waktu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui tingkat keefektifan program Bantuan Langsung Tunai tersebut.

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keefektifan Program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simaungun, Provinsi Sumatera Utara dan untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh program BLT ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapaun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam dan studi pustaka.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean berjalan dengan efektif. Keefektifan ini dapat dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, dan manfaat yang dirasakan oleh Rumah Tangga Sasaran. Rumah Tangga Sasaran di Nagori Kahean menyatakan bahwa Bantuan Langsung Tunai telah memberikan manfaat yang sangat baik kepada mereka. Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa Bantuan Langsung Tunai memberikan dampak negatif yaitu membuat Rumah Tangga Sasaran menjadi ketergantungan terhadap program ini.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak ( BBM ) merupakan salah satu barang kebutuhan yang penting bagi masyarakat dan memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi. Ada tiga pengguna utama BBM yaitu rumah tangga, industri dan transportasi. Kenaikan harga BBM akan memperbesar beban masyarakat kecil dan juga bagi dunia usaha. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual produk. Dengan kenaikan harga jual produk tersebut akan memperberat beban hidup masyakarat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan.

Kenaikan harga minyak di pasar dunia telah menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian pada banyak negara termasuk Indonesia. Sekalipun Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber minyak bumi yang melimpah. Kenaikan harga minyak dunia yang hampir tiga kali lipat dari harga sebelumnya menyebabkan pemerintah menjadi bingung dan kesulitan untuk mengatasinya.

Kebutuhan minyak dalam negeri terus meningkat melebihi produksi dalam negeri sehinga untuk menutupi kekurangan minyak dalam negeri pemerintah melakukan impor


(11)

minyak. Harga minyak dunia yang saat itu mencapai 117 dolar AS per barel menyebabkan biaya impor minyak meningkat tajam. Selama ini untuk menjaga harga minyak dalam negeri tetap murah, pemerintah memberikan subsidi BBM dan bila harga tetap dipertahankan, maka besaran subsidi BBM yang dibutuhkan hampir menghabiskan ¼ belanja negara. (http://www.kompas.com “ Dilema kenaikan BBM” ).

Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin terpuruknya APBN maka pemerintah pada saat itu mengambil kebijakan yaitu menaikkan harga BBM dalam negeri. Pemerintah beranggapan bahwa jika tidak dilakukan penyesuaian harga BBM dalam negeri, APBN yang merupakan salah satu pilar perekonomian menjadi tidak berkelanjutan.

Disamping kenaikan harga minyak dunia yang sangat tinggi, kenaikan harga BBM juga disebabkan karena pemerintah melihat bahwa subsidi BBM yang selama ini diberikan lebih banyak dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah keatas. Ketidakadilan itu dapat dilihat dari 20 % masyarakat kelompok pendapatan teratas menikmati hampir 48,44 % subsidi BBM. Sementara 20 % masyarakat kelompok pendapatan kedua teratas menikmati 22,48 % subsidi BBM, 20 % masyarakat kelompok pendapatan menengah menikmati 15,16 % subsidi BBM, dan 20 % masyarakat kelompok pendapatan kedua terbawa menikmati 8,77 % subsidi BBM. Sedangkan 20 % masyarakat kelompok pendapatan terbawah hanya menikmati subsidi BBM sebesar 5,15 %. Selain itu meningkatnya subsidi BBM mengakibatkan berbagai program untuk masyarakat miskin menjadi tidak mungkin terlaksana. Dan semakin besar subsidi BBM, semakin besar ketidakadilan dibiarkan terus dilakukan. (www.mensos.go.id).


(12)

Dapat dikatakan bahwa keputusan yang diambil pemerintah pada saat kenaikan BBM tersebut ibarat memakan buah simalakama. Jika dibatalkan, keuangan negara terkuras karena subsidi BBM membengkak hingga Rp 250 triliun atau hampir sepuluh kali lipat anggaran pendidikan. Dan bila dinaikkan, rakyat menjerit karena beban ekonomi kian berat.

Kenaikan harga BBM yang menyebabkan kenaikan terhadap barang-barang kebutuhan pokok dan transportasi telah berdampak bagi semua lapisan masyarakat. Tetapi dampak yang paling berat akibat kenaikan BBM ini adalah kelompok masyarakat ekonomi lemah. Tekanan berat yang paling dirasakan oleh masyarakat miskin utamanya adalah tingginya harga bahan bakar untuk kebutuhan memasak sehari-hari, biaya transportasi, dan harga barang-barang kebutuhan pokok yang semakin mahal.

Meskipun saat ini harga BBM sudah turun tetapi tetap saja tidak berpengaruh terhadap penurunan barang-barang kebutuhan yang lain. Penurunan BBM sebanyak 3 kali, tidak mengubah tarif angkutan. Para pihak pengelola angkutan mengatakan meski harga BBM turun, harga suku cadang terus naik sampai 20 persen. Alasan yang digunakan masih karena banyaknya komponen operasional angkutan umum yang harus diperhitungkan, tidak hanya BBM. Sehingga para pengelola angkutan tidak menurunkan tarif angkutan (http://www.kompas.com “ Tiga Kali BBM Turun, Tarif Angkot Tetap Bertahan “ ). Penurunan harga BBM saat ini tidak berpengaruh terhadap penurunan tarif angkutan. Pihak angkutan mengatakan harga suku cadang naik jadi tidak dapat menurunkan tarif angkutan. Tidak turunnya tarif angkutan membuat harga barang-barang kebutuhan tetap atau tidak mengalami penurunan termasuk harga sembako. Para pedagang tidak menurunkan harga


(13)

barang-barang kebutuhan karena mereka masih terbebani dengan tarif angkutan yang mahal. Jadi dapat disimpulakan bahwa menurunnya harga BBM tidak berdampak terhadap harga-harga barang yang lain kalaupun terjadi penurunan dapat dikatakan sangat kecil pengaruhnya.

Dalam rangka menanggulangi dampak kenaikan BBM yang dirasakan memberatkan masyarakat miskin maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk memberikan bantuan yaitu Bantuan Langsung Tunai ( BLT ). Upaya penanggulangan kemiskinan untuk mencapai kesejahteraan sosial merupakan salah satu amanat dari UUD 1945 dimana negara bertanggung jawab terhadap fakir miskin dan anak-anak terlantar.

Bantuan Langsung Tunai yang pernah diberikan Pemerintah SBY-JK adalah sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2005/2006 dan tahun 2008. BLT tahun 2005 terdiri dari dua tahap pembagian. Tahap pertama pada Oktober-Desember 2005 yaitu sebesar Rp300.000,00 dan tahap kedua pada Januari-Maret 2006 sebesar Rp 300.000,00. Bantuan ini adalah bantuan yang diberikan setelah pemerintah menaikkan harga BBM tahun 2005 lalu. Tahun 2005 kenaikan BBM terjadi dua kali yaitu pada tanggal 1 Maret 2005 sebesar 30 % dan tanggal 1 Oktober 2005 sebesar 128 %. Dan pembagian Bantuan Langsung Tunai yang kedua kali yaitu tahun 2008 yang dibagikan pada Juni-Agustus 2008 sebesar Rp 300.000,00 dan pada September-Desember 2008 Rp 400.000,00. Bantuan Langsung Tunai tahun 2008 ini merupakan bantuan setelah pemerintah menaikkan kembali harga BBM sebesar 27,8 % pada tanggal 24 Mei 2008.

Pemberian Bantuan Langsung Tunai tersebut merupakan program yang dibuat pemerintah untuk mencegah meningkatnya kemiskinan karena kenaikan harga BBM.


(14)

Kehadiran Program Bantuan Langsung Tunai dimungkinkan dari UU No.6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial dimana pemerintah bertugas untuk membuat kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

Program BLT yang dibuat oleh pemerintah dalam menanggulangi dampak akibat kenaikan BBM ini menimbulkan reaksi pro dan kontra dari berbagai lapisan masyarakat. Pihak yang pro dengan kebijakan pemerintah ini memandang bahwa pemerintah memang harus membantu masyarakat yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah kenaikan harga BBM. Dan ada juga pihak yang melihat bahwa program BLT ini merupakan bantuan pada masa transisi yang bertujuan untuk menjaga kestabilan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat disaat kondisi perekonomian negara mengalami keterpurukan. Pihak lain menyatakan bahwa program BLT merupakan bantuan tanggap darurat. Sedangkan pihak yang kontra dengan program ini meminta agar pemerintah tidak meluncurkan bantuan tersebut tetapi menunda penetapan kenaikan harga BBM. Pihak lain memandang bahwa sebaiknya pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk program-program padat karya karena BLT dapat membuat masyarakat menjadi malas.

Program BLT tahun 2008 yang telah berjalan belum lama ini juga masih menimbulkan kontra dari berbagai pihak. Banyak yang menilai bahwa BLT bukanlah solusi terbaik untuk meringankan beban masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Ahli perminyakan Dr.Kurtubi menilai, BLT justru akan membuat masyarakat menjadi malas. Banyak dampak yang tidak baik dari BLT ini. Salah satu, masyarakat menjadi malas. Oleh karena itu, lebih baik uang BLT itu untuk membuat lapangan kerja baru. (http://www.kompas.com “ BLT Bukan Solusi Terbaik” ).


(15)

Penolakan terhadap BLT tahun 2008 ini banyak diakibatkan karena masalah-masalah yang terjadi saat penyaluran dana BLT tahun 2005/2006 lalu. Penyaluran dana BLT tahun 2005/2006 berlangsung tidak lancar dan terjadi banyak kericuhan. Bahkan hingga jatuh korban akibat kekurangbecusan mekanisme pencairan dana. Berdasarkan data Persda Network, setidaknya dua aparatur negara di tingkat paling bawah, yakni Ketua RT menjadi korban akibat BLT. Ada yang dibunuh warganya yang marah, ada pula bunuh diri karena stres tak kuat menahan cercaan warga. Saman (52), Ketua Rukun Tetangga di Dusun Benit, Desa Sungai Mengkuang, Kecamatan Muara Bungo, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, tewas akibat ditikam warganya, Hendri alias Bujang (24). Nur Hasan (50), Ketua RT 02/08 Kelurahan Pancoran Mas, Depok, tewas menyedihkan akibat meminum cairan racun serangga. Hasan menempuh jalan pintas dengan menenggak racun serangga. Warga yang tidak mendapat kartu mengira Hasan yang memainkan. Padahal, Hasan sudah menjelaskan bahwa kewenangannya hanya membagi. Di pihak penerima, kakek-nenek tua renta, harus rela berjuang sekuat tenaga mengimbangi desakan orang-orang miskin lainnya untuk mendapatkan jatah yang jumlahnya hanya Rp 100.000,00 hingga Rp 300.000,00.( http://www.kompas.com “ Catatan Kelam BLT 2005” ).

Selain dari hal tersebut diatas penolakan juga terjadi karena pada penyaluran BLT tahun 2005 terjadi beberapa kasus pemotongan dana BLT di beberapa daerah seperti di Kulon Progo dan Gunung Kidul. Besarnya pomotongan bervariasi antara Rp 25.000,00 hingga Rp 75.000,00 per kepala keluarga. Selain itu sekitar dua ribu BLT ditengarai salah sasaran. Jika hal ini kembali terjadi, berpotensi memicu konflik ditengah masyarakat. ( Artikel “Penyaluran Dana BLT Rawan Pemotongan”, Kompas 23 Mei 2008 ).


(16)

Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “ Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai” ( Studi Pada Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun ).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan masalah adalah : Bagaimana Efektivitas Program Bantuan Langsung Tunai Tahun 2008 di Nagori Kahean ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat keefektifan program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar.

2. Untuk mengetahui dampak dari program Bantuan Langsung Tunai bagi masyarakat di Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar.


(17)

D. Manfaat Penelitian

Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai efektivitas penyaluran Bantuan Langsung Tunai.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat:

a. Bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam membuat karangan ilmiah.

b. Memberikan data empirik hasil penelitian mengenai efektivitas program Bantuan Langsung Tunai tahun 2008.

c. Sebagai perbandingan bagi penelitian yang serupa dimasa yang akan datang dan segala pemanfaatan dari tulisan ini.

E. Kerangka Teori

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berpikir, yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih ( Nawami ; 1987:40 ).


(18)

Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Dalam penelitian ini adapun kerangka teori yang dibentuk adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur yang sangat penting dalam pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, suatu aktivitas dikatakan efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas kerja berarti penyelesaian suatu pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan, atau bisa juga dikatakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Secara nyata Stoner dalam Tangkilisan ( 2005 : 138 ) menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi, dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi.

Pendapat diatas sesuai dengan pendapat Komaruddin ( 1994 : 269 ) yang mengatakan, efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkatan keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dan juga didukung oleh pendapat Steers ( 1985 : 46 ) yang mengatakan bahwa efektivitas adalah sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua sasarannya.


(19)

Miller dalam Tangkilisan ( 2005 : 138 ) juga mengemukakan bahwa “ Effektiveness

be define as the degree to which a sosial sistem achieve its goals. Effectiveness must be

distinguished from efficiency. Efficiency is mainly concerned with goal attainments.”

(Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan.

Lain halnya dengan pendapat Sondang P. Siagian yang menyatakan bahwa efektivitas tidak hanya dipandang dari segi pencapaian tujuan saja tetapi juga dari segi ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebut. Lebih rinci Sondang P. Siagian ( 2000 : 171 ) mengatakan bahwa efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan kegiatan. Sedangkan Sarwito ( 1987 : 45 ) mengatakan bahwa efektivitas atau sesuatu berhasil guna adalah pelayanan yang baik corak maupun mutunya, kegunaanya benar-benar sesuai dengan kebutuhan lini dalam mencapai tujuan organisasi.

Secara lebih rinci dapat dikatakan bahwa aktivitas seseorang atau organisasi dapat dikatakan efektif apabila aktivitas atau perbuatan tersebut menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki atau direncanakan. Jelasnya, bila tujuan telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka hal itu disebut efektif. Begitu juga sebaliknya, jika tujuan itu tidak tercapai atau tidak sesuai dengan yang direncanakan maka pekerjaan itu tidak efektif.


(20)

Dari beberapa pendapat ahli diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam efektivitas terdapat beberapa unsur yang penting, yaitu :

1. Pencapaian Tujuan

Suatu kegiatan/program dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan/sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Sondang P. Siagian ( 2000 : 27 ) tujuan adalah sesuatu keadaan atau atribut yang ingin dicapai oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu organisasi yang merupakan titik akhir dari usaha jangka panjang dari orang, kelompok orang atau organisasi yang bersangkutan. Maksudnya dalam hal ini adalah bahwa tujuan merupakan hal atau keadaan yang ingin dicapai oleh individu,kelompok, maupun organisasi.

Telah umum diketahui bahwa suatu organisasi diciptakan untuk mencapai untuk mencapai tujuan tertentu. Sukar membayangkan adanya suatu organisasi yang didirikan tanpa adanya tujuan tertentu yang ingin. Mulai dari organisasi rumah tangga sampai kepada organisasi yang disebut negara, semuanya mempunyai tujuan. Demikian pentingnya faktor tujuan dalam kehidupan organisasional hingga dapat dikatakan secara kategorikal bahwa apapun yang dilakukan oleh dan dalam suatu organisasi, kesemuanya itu harus diarahkan kepada tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam kantor tujuan-tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dapat digolongkan sebagai berkenaan dengan, ( 1 ) Pelayanan atau jasa, ( 2 ) Tanggung jawab sosial, ( 3 ) Keuntungan. Pelayanan atau jasa adalah sangat penting untuk tujuan-tujuan management perkantoran,karena pekerjaan kantor dilakukan untuk membantu orang-orang lain dalam megerjakan pekerjaan mereka secara lebih efektif. Demikian pula tujuan yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial yang menitikberatkan pada pencapaian tujuan sesuai kode etik dan moral tertentu seperti yang ditentukan oleh perusahaan dan masyarakat di dalam mana perusahaan itu menjalankan operasinya. Akhirnya tujuan-tujuan yang telah


(21)

ditentukan terlebih dahulu dan menitikberatkan pada keuntungan dari pada pemilik dapat dibantu oleh management perkantoran ( Moekijat, 1986 : 37 ).

Berdasarkan pendapat Moekijat diatas dapat dilihat bahwa tujuan-tujuan dari suatu organisasi dapat dibedakan atas tiga hal yaitu pelayanan atau jasa, tanggung jawab sosial, dan keuntungan. Bantuan Langsung Tunai merupakan program sosial yang tidak berorientasi pada keuntungan tetapi pada pelayanan dan tanggung jawab sosial, sehingga tujuan-tujuan yang ditetapkan difokuskan untuk melayani masyarakat dan untuk peningkatan tanggung jawab sosial bukannya untuk mencari keuntungan.

Secara rinci pendapat Sondang P. Siagian mengenai tujuan dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan suatu keadaan akhir yang ingin dicapai oleh organisasi. Dalam Program Bantuan Langsung Tunai keadaan akhir yang ingin dicapai oleh organisasi / negara adalah membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi, dan meningkatkan tangung jawab sosial bersama.

a. Membantu Masyarakat Miskin Agar Tetap Dapat Memenuhi Kebutuhan Dasarnya

Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang memegang peran sangat penting bagi masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Yang termasuk dalam kebutuhan dasar adalah sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan oleh karenanya merupakan bagian dari hak asasi individu. Pangan juga merupakan komponen dasar yang utama untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Melihat begitu pentingnya pemenuhan terhadap kebutuhan dasar ini terutama pangan, maka pemerintah selalu berusaha membuat kebijakan-kebijakan yang ditujukan


(22)

untuk pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Salah satu kebijakan yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini adalah Program Bantuan Langsung Tunai. Pemerintah sangat berharap dengan dibuatnya Program Bantuan Langsung Tunai ini dapat membantu masyarakat miskin agar dapat memenuhi kebutuhan dasar. Diharapkan dengan adanya Bantuan Langsung Tunai ini masyarakat tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan juga kesehatan.

b. Mencegah Penurunan Taraf Kesejahteraan Masyarakat Miskin Akibat Kesulitan Ekonomi

Secara harfiah kesejahteraan adalah suatu keadaan / kondisi yang terdapat rasa aman, tentram, makmur yang dirasakan oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama. Dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 bab I pasal 2 ayat 1 kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan Pancasila.

Kesejahteraan rakyat berarti kesejahteraan lahir-batin dari rakyat. Hal itu berarti bahwa tidak hanya kesejahteraan fisik saja, yaitu terpenuhinya kebutuhan fisik, akan tetapi juga kebutuhan-kebutuhan non-fisiknya, kebutuhan rohaninya haruslah tercukupi juga. Berhubungan dengan hal itu, adanya program-program pembangunan ekonomi, yang tidak dibarengi dengan pembangunan watak, etika, tatakrama dan budi luhur akan mengandung bahaya adanya ketidakseimbangan sikap batin manusia yang dapat berkembang hingga merupakan sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam masyarakat yang berupa kesenjangan lahir-batin, ketidakpuasan, frustasi, kericuhan masyarakat dan kegaduhan-kegaduhan. Secara umum dapatlah hal itu dapat menyebabkan terjadinya “instability” dalam masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kesejahteraan itupun tidak akan lepas dan faktor kecerdasan dan ketertiban atau keamanan masyarakat ( Soenarko, 2003:45 ).


(23)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat adalah keadaan yang aman, tentram dan makmur yang dirasakan oleh seluruh masyarakat. Kesejahteraan menyangkut aspek jasmani, rohani dan sosial. Program Bantuan Langsung Tunai merupakan program yang dirancang yang salah satu tujuannya adalah untuk mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi. Kesulitan ekonomi yang dimaksud disini adalah kesulitan yang dialami masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekomomi akibat kenaikan harga BBM.

Masyarakat yang paling menderita akibat kenaikan BBM adalah masyarakat miskin. Sehingga untuk membantu masyarakat, pemerintah memberikan uang tunai secara langsung agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat miskin. Diharapkan dengan adanya Bantuan Langsung Tunai ini masyarkat miskin dapat mempertahankan taraf kesejahteraannya. Maksudnya meskipun Bantuan Langsung Tunai tidak dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat miskin tetapi diharapkan dengan Bantuan Langsung Tunai ini masyarakat tidak mengalami penurunan taraf kesejahteraan baik dalam bidang jasmani, rohani, maupun sosial.

c. Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial Bersama

Tanggung jawab sosial organisasi adalah tanggung jawab moral organisasi terhadap masyarakat ( Bertens, 2000:292 ). Tanggung jawab sosial merupakan tanggung jawab organisasi kepada masyarakat diluar tanggung jawab ekonomis. Tanggung jawab sosial organisasi dilakukan dengan membuat kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi demi satu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung dan rugi ekonomisnya.

Sedangkan tanggung jawab sosial bersama adalah tanggung jawab moral semua sektor baik itu pemerintah, swasta maupun masyarakat sipil terhadap masalah-masalah


(24)

pokok yang terjadi dalam suatu negara. Masalah-masalah ini menyangkut masalah kemiskinan, pendidikan dan juga kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi seperti kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, kesehatan bukan hanya tangung jawab pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Diharapkan dengan keterlibatan ketiga sektor tersebut, masalah-masalah negara dapat diatasi dengan baik.

Program Bantuan Lansung Tunai bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab sosial bersama. Diharapkan dengan adanya Bantuan Lansung Tunai dapat memperkecil kesenjangan antar masyarakat miskin dengan masyarakat yang tidak miskin. Pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran bahwa masyarakat miskin merupakan tanggung jawab bersama.

Ketiga tujuan dari program Bantuan Langsung Tunai diatas yaitu membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi, dan meningkatkan tanggung jawab sosial bersama dapat tercapai ketika dalam pelaksanaanya benar-benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai dalam hal ini menyangkut dua aspek yaitu pendataan rumah tangga sasaran dan kesesuaian jumlah uang yang diterima rumah tangga sasaran.

a. Pendataan Rumah Tangga Sasaran

Pendataan adalah proses pengidentifikasian sasaran atau proses penjaringan sasaran program. Keefektivan program sangat dipengaruhi oleh pendataan yang dilakukan, apakah tepat sasaran atau tidak . Dalam pendataan hal yang perlu diperhatikan adalah prosedur pendataan dan juga variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi sasaran.


(25)

Dalam Program Bantuan Langsung Tunai lembaga yang bertanggung jawab sekaligus pelaksana pendataan rumah tangga / keluarga miskin adalah Badan Pusat Statistik ( BPS ). Di setiap kecamatan BPS menempatkan seorang KSK (Koordinator Statistik Kecamatan) yang dibantu oleh seorang pembantu KSK (PKSK). Sebagian besar KSK adalah mantis dan sebagian lagi adalah staf BPS kabupaten/kota yang ditunjuk karena tidak semua kecamatan memiliki Mantis (Mantri Statistik).

Proses pendataan terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama, pencacah meminta kepada Kepala Lingkungan untuk mengisi Listing Sensus ( LS ) yaitu daftar keluarga / rumah tangga yang diduga miskin diseluruh lingkungannya. Selanjutunya, dari daftar LS yang telah dibuat, pencacah melakukan pengamatan kasat mata dari rumah ke rumah untuk menandai layak atau tidaknya keluarga / rumah tangga yang ada dalam daftar tersebut untuk diajukan sebagai keluarga / rumah tangga miskin. Selain itu, jika dalam pengamatan tersebut masih ada dijumpai keluarga / rumah tangga miskin yang belum tercakup, pencacah dapat menambahkannya kedalam daftar LS dan bila ada yang tidak layak maka akan di drop dari daftar LS.

Pada tahap kedua, setelah pencacah menyerahkan daftar LS yang sudah ditandai, Mantis BPS melakukan verifikasi kasat mata ke rumah keluarga / rumah tangga miskin yang diajukan pencacah. Pada tahap berikutnya, daftar keluarga / rumah tangga yang dinilai layak melalui pengamatan mantis BPS, diserahkan kembali kepada pencacah untuk didata kondisi sosial ekonominya dengan menggunakan kuisioner rumah tangga yang telah disediakan yang disebut PSE05.

Selanjutnya, PSE05 yang sudah terisi diserahkan kepada petugas BPS ditingkat kecamatan yang akan menyampaikannya secara berjenjang ke BPS provinsi untuk di entry


(26)

datanya, dan hasilnya dikirim ke BPS Pusat, data tersebut diolah dan dilakukan penghitungan skor serta penetapan keluarga / rumah tangga penerima program BLT. Daftar keluarga / rumah tangga penerima BLT yang ditetapkan BPS selanjutnya dikirim ke PT Pos Indonesia untuk dibuatkan Kartu Kompensasi BBM ( KKB), dan kemudian didistribusikan kepada keluarga / rumah tangga penerima. Bersamaan dengan proses distribusi KKB ini dilakukan kegiatan pencocokan dan penelitian ( coklit ). Apabila dijumpai keluarga / rumah tangga penerima yang dinilai tidak layak, KKB-nya akan dibatalkan atau ditahan.

Indikator yang dijadikan penilaian untuk mengidentifikasi keluarga / rumah tangga miskin adalah 14 variabel yang telah ditentukan oleh Badan Pusat Statistik, seperti luas bangunan tempat tinggal, jenis lantai tempat tinggal, jenis dinding tempat tinggal, kepemilikan asset dan lain-lain. Penerima Bantuan Langsung Tunai untuk tahun 2008 adalah hasil pendataan rumah tangga miskin tahun 2005 yang sudah diverifikasi. Verifikasi data tahun 2008 dilakukan karena pada program BLT tahun 2005 / 2006 banyak terjadi kesalahan terutama salah sasaran.

b. Kesesuain Jumlah Dana Bantuan Langsung Tunai yang Diterima Rumah Tangga Sasaran dengan Jumlah yang Sudah Ditetapkan

Kesesuaian jumlah maksudnya adalah tidak adanya pengurangan atau pemotongan terhadap apa yang seharusnya diterima oleh masyarakat. Besarnya jumlah dana Bantuan Langsung Tunai yang diterima masyarakat adalah Rp 100.000,00 / bulan. Pada Bantuan Lansung Tunai tahun 2008 dana yang dibagikan sebesar Rp 700.000,00 / RTS untuk tujuh bulan dengan dua kali tahap pembagian yaitu periode Juni-Agustus dan September-Desember.


(27)

Kesesuain jumlah dana yang diterima RTS dapat mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan Program Bantuan Langsung Tunai yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena semakin kecil dana yang diterima masyarakat akibat pemotongan maka semakin kecillah kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Ketepatan Waktu

Suatu kegiatan/program dikatakan efektif apabila tercapainya tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Secara sederhana dapat dikatakan efektivitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan, dan tidak terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

Ketepatan waktu dalam suatu pelaksanaan kegiatan adalah penyelesaian kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mencapai tujuan dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. Untuk itu diperlukan jadwal pelaksanaan suatu kegiatan atau program. Jadwal pelaksanaan program berguna untuk menentukan waktu dan urutan kegiatan-kegiatan program. Jadwal waktu program merupakan alat yang dapat menunjukkan kapan berlangsungnya suatu kegiatan, kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Jadwal ini dapat digunakan untuk pengendalian pelaksanaan program secara keseluruhan.

Ketepatan waktu dalam pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai ini dapat dilihat dari pelaksanaannya dilapangan yaitu pada saat pencairan dana Bantuan Langsung Tunai. Waktu pencairan dana Bantuan Langsung Tunai berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Hal ini tergantung dari kebijaksanaan pihak petugas Kantor Pos dan


(28)

juga pihak kecamatan serta dipengaruhi juga oleh letak daerah tersebut. Untuk proses pencairan dana Bantuan Langsung Tunai, Pemerintah Desa melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai jadwal pembagian Bantuan Langsung Tunai.

Ketepatan waktu dalam proses pencairan dana Bantuan Langsung Tunai dapat dilihat dari dua faktor pendukung yaitu ketepatan pembagian dana Bantuan Langsung Tunai sesuai dengan jadwal serta kemudahan dan keteraturan dalam pencairan Bantuan Langsung Tunai.

a. Ketepatan Jadwal Pembagian Dana Bantuan Langsung Tunai

Jadwal berguna untuk menentukan waktu dan urutan pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Kefektifan suatu program dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan program yang tepat jadwal atau sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat. Jadwal pembagian dana Bantuan Lansung Tunai ditentukan oleh Kantor Pos. Kantor Pos lah yang menentukan kapan pelaksanaan pencairan dilakukan antar satu daerah dengan daerah yang lain.

Keefektifan Program Bantuan Lansung Tunai dari segi waktu dapat dilihat apakah proses pencairan tersebut sudah sesuai dengan jadwal atau malah terjadi penundaan. Karena ketika terjadi penundaan maka akan berdampak pada kegiatan-kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan. Para petugas Kantor Pos melakukan sosialisasi kepada masyarakat megenai kapan dilaksanakannya pencairan dana BLT agar masyarakat mengetahui waktunya.

b. Kemudahan dan Keteraturan Pencairan Bantuan Langsung Tunai

Kemudahan dan keteraturan pencairan Bantuan Langsung Tunai dapat mempengaruhi ketepatan waktu karena ketika masyarakat dapat mencairkan dana Bantuan


(29)

Langsung Tunai dengan mudah dan teratur maka proses pencairannya dapat selesai dengan cepat. Masalah keteraturan dalam proses pencairan dana Bantuan Lansung Tunai ini tergantung dari bagaimana para petugas mengatur proses pembagiaanya, apakah perlu menambah pos-pos pembagian atau perlu menambah jumlah petugas.

3. Manfaat

Suatu kegiatan/program dikatakan efektif apabila kegiatan / program itu memberikan manfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhannya. Suatu program atau kegiatan dibuat dengan harapan memberikan manfaat bagi masyarakat yang menerima program tersebut maupun yang tidak menerima, baik manfaat secara langsung maupun tidak langsung.

Manfaat merupakan hasil dari perubahan yang telah dilakukan program / proyek (Thomsett, 2006 : 91 ). Manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan / program. Program Bantuan Langsung Tunai diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi Rumah Tangga Sasaran.

Program Bantuan Langsung Tunai akan bermanfaat bagi Rumah Tangga Sasaran ketika bantuan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga dan bukan untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tidak bermanfaat. Dalam Bantuan Langsung Tunai tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penggunaan dana tersebut, masyarakat bebas menggunakan dana tersebut untuk keperluan apapun.


(30)

Untuk mengetahui keefektifan kegiatan organisasi pelayanan publik, dikenal adanya beberapa pendekatan ( Fadillah Putra dan Saiful Arif ( 2001 : 22 ) ). Pendekatan-pendekatan tersebut adalah :

1. Pendekatan Sasaran ( Goal Approach )

  Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan mengidentifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam pencapaian sasaran tersebut.

Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil yang maksimal berdasarkan sasaran resmi “official goal” dengan memperhatikan permasalahan yang

ditimbulkannya. Dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini akan mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber ( Sistem Resource Approach )

Pendekatan ini mengukur efektivitas dari sisi input, yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi publik dalam mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai performasi yang baik. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber yang dibutuhkannya dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.


(31)

Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya. Karena lembaga mempunyai hubungan merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input dari lembaga dan output yang dihasilkan juga dilemparkan kepada lingkungan.

Dalam berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas. Secara sederhana, efektivitas seringkali diukur dengan jumlah atau kwantitas, berbagai jenis sumber yang berhasil diperoleh dari lingkungan.

3. Pendekatan Proses ( Process Approach )

Pendekatan ini menekankan pada aspek internal organisasi publik, yaitu dengan mengukur efektivitas layanan publik melalui berbagai indikator internal organisasi. Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang mengandalkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Steers ( 1985 : 209 ) mengidentifikasi ada empat rangkaian variabel yang berhubungan dengan efektivitas, yaitu :


(32)

1. Ciri Organisasi

Struktur dan teknologi organisasi dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas, dengan berbagai cara. Mengenai struktur, ditemukan bahwa meningkatnya produktivitas dan efisiensi sering merupakan hasil dari meningkatnya spesialisasi fungsi, ukuran organisasi, sentralisasi pengambilan keputusan, dan formalisasi.

Teknologi juga dapat berakibat atas tingkat efektivitas selanjutnya, walaupun mungkin tidak secara langsung. Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa variasi teknologi berinteraksi dengan struktur dalam pengaruhnya terhadap keberhasilan organisasi. Artinya, efektivitas jelas diperlancar bila susunan struktur sumber-daya organisasi sedemikian rupa, sehingga paling cocok untuk menangani teknologi yang dipakai.

2. Ciri Lingkungan

Di samping ciri organisasi, lingkungan luar dan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh atas efektivitas. Keberhasilan hubungan organisasi-lingkungan tampaknya amat bergantung pada tiga variabel kunci : (1) tingkat keterdugaan keadaan lingkungan; (2) ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan; dan (3) tingkat rasionalitas organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan. Semakin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.

3. Ciri Pekerja

Faktor pengaruh penting yang ketiga atas efektivitas adalah para pekerja itu sendiri. Pada kenyataannya, para angota organisasi mungkin merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi.


(33)

Sarana pokok untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan ini dari pekerja adalah dengan menintegrasikan tujuan pribadi dengan sasaran organisasi. Jika pekerja dapat memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan pribadi dengan kerja mencapai sasaran organisasi, adalah logis untuk membuat asumsi bahwa baik keterikatan pada organisasi maupun prestasi kerja akan meningkat. Di pihak lain, jika para pegawai dihadapkan pada situasi dimana tujuan pribadi mereka bertentangan dengan sasaran organisasi, usaha para pekerja akan diboroskan dengan mudah dengan akibat jumlah energi yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan efektivitas berkurang.

4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

Terdapat beberapa mekanisme khusus untuk meningkatkan efektivitas organisasi yaitu meliputi penetapan tujuan strategi, pencarian dan pemanfaatan sumber-daya secara efisien, menciptakan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, dan adaptasi dan inovasi organisasi.

2. Program

Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum, “program “dapat diartikan sebagai “rencana”. Pengertian program secara khusus adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang ( Arikunto, 2004 : 2 ).

Dalam pelaksanaan proses program diperlukan adanya keterlibatan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga program memberikan hasil yaitu


(34)

perubahan peningkatan dalam kehidupan masyarakat. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarkat maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Program juga harus memiliki pelaksana yang meliputi organisasi maupun pengawasan dalam proses pelaksanaan. Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama.

Program merupakan sistem. Sedangkan, sistem adalah satu kesatuan dari bagian atau komponen program yang saling kait-mengait dan bekerjasama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem. Dengan begitu, program terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan. Dalam sebuah program harus dimuat berbagai aspek ( Tangkilisan, 2005 : 219 ), yaitu :

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai,

Setiap kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi ditujukan untuk mencapai tujuan, demikian juga dengan program. Cara yang paling logis untuk merencanakan suatu program adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga halnya dengan program Bantuan Langsung Tunai mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. yaitu:


(35)

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi. 3. Meningkatkan tangung jawab sosial bersama.

b. Adanya kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan tersebut, Dengan program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalakan. Dalam pelaksanaan program diperlukan kebijaksanaan untuk dapat mencapai tujuan dengan baik. Dalam program Bantuan Langsung Tunai yang mempunyai tujuan untuk mempertahankan kesejahteraan rumah tangga sasaran akibat kenaikan harga kebutuhan pokok maka pemerintah memberikan bantuan lansung tunai dengan pemberian uang sebesar Rp 100.000/bulan dengan pengambilan tiga bulan sekali. Pemerintah melihat bahwa dengan memberikan bantuan tersebut dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui,

Untuk menjalankan program diperlukan adanya aturan atau pun prosedur guna memperlancar pelaksanaan program. Aturan ataupun prosedur ini berguna sebagai acuan ataupun petunjuk untuk pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan program BLT juga terdapat aturan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Petujuk Teknis Penyaluran BLT untuk RTS yang berguna untuk menjaga kesatuan langkah penyaluran BLT di semua daerah.

d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan,

Anggaran merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanan setiap program. Demikian juga dengan program BLT diperlukan anggaran untuk mencapai tujuan. Perkiraan anggaran dalam pelaksanaan program BLT berkisar Rp 14,1 triliun, yaitu dengan


(36)

perincian untuk dana yang dibagikan ke Rumah Tangga Sasaran sebesar Rp 13,37 triliun dan sisanya untuk biaya operasional dan lain-lain.

e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan program BLT diperlukan adanya keterlibatan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga program memberikan hasil yaitu mempertahankan kesejahteraan masyarakat akibat kenaikan harga kebutuhan. Untuk mencapai tujuannya program BLT juga harus didukung oleh pelaksana yang meliputi organisasi maupun pengawasan dalam proses pelaksanaan.

Pencapaian tujuan Program BLT dapat dicapai jika semua pihak dari pusat sampai desa/kelurahan bersama-sama masyarakat turut mendukung dan menyukseskan ipelaksanaan di lapangan. Melalui Petunjuk Teknis Penyaluran BLT untuk RTS diharapkan semua pihak memperoleh pemahaman yang sama tentang Program BLT ini.

 

Sesuai dengan bentuk kegiatannya, program dapat dibedakan menjadi tiga (Arikunto,2004 : 32 ), yaitu :

a. Program Pemrosesan

Yang dimaksud dengan “program pemrosesan” adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah ( input ) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses atau

keluaran ( output ). Cirri khusus dari program ini adalah adanya sesuatu yang semula

berada dalam kondisi awal sebagai masukan, kemudian diolah dan ditransformasikan menjadi suatu keluaran yang dikehendaki oleh tujuan program. Contoh : Program Pembelajaran, Program Kepramukaan.


(37)

b. Program Layanan

Yang dimaksud program layanan adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas sesuai dengan tujuan program. Contoh : Program Perpustakaan, Program Koperasi, Program Bank.

c. Program Umum

Tidak seperti pada program jenis pemrosesan dan layanan yang dengan jelas dapat dikenali jenisnya karena ada masukan yang diolah menjadi keluaran, dan pada program layanan ada “raja” yang dilayani, pada program jenis ketiga justru tidak tampak apa yang menjadi ciri utama. Oleh karena itu, program ini disebut juga dengan program umum. Contoh : Program Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMTAS ).

Jika dilihat dari pembagian program diatas maka program Bantuan Langsung Tunai dapat dimasukkan dalam kategori program umum. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri program BLT. Dalam program BLT tidak ada sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai masukan di dalam sebuah transformasi dan menjadi keluaran. Demikian juga di dalam program BLT, rumah tangga sasaran yang mendapat bantuan langsung tunai bukanlah pihak yang dilayani sebagi “raja”, karena rumah tangga sasaran tidak dapat pindah ke program lain. Program BLT memiliki komponen-komponen atau faktor-faktor penting tetapi tidak ada yang dominan.


(38)

3. Rumah Tangga Miskin

Konsep kemiskinan terkait erat dengan kemampuan seseorang atau rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan dasarnya baik itu untuk pangan maupun non-pangan. Seseorang / rumah tangga dikatakan miskin bila kehidupannya dalam kondisi serba kekurangan, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Badan Pusat Statistik, Rumah Tangga Miskin didefenisikan sebagai mereka yang mempunyai pengeluaran per kapita Rp.175.000/orang/bulan atau kurang.

Tabel 1

Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistik

No Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal

Kurang dari 8 m2 per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal

Tanah/bambu/kayu murahan

3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal

Bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester

4. Fasilitas tempat buang air besar Tidak punya/bersama-sama dengan rumah tangga lain

5. Sumber penerangan rumah tangga Bukan listrik

6. Sumber air minum Sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari

Kayu bakar/arang/minyak tanah

8. Konsumsi daging/susu/ayam per minggu

Tidak pernah mengkonsumsi/hanya satu kali dalam seminggu


(39)

setiap ART dalam setahun dalam setahun

10. Makanan dalam sehari untuk setiap ART

Hanya sekali makan /dua kali makan dalam sehari

11. Kemampuan membayar untuk berobat ke Puskesmas/Poliklinik

Tidak mampu membayar untuk berobat

12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

Petani dengan luas lahan 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000/bulan

13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga

Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamat SD

14. Pemilikan asset/tabungan Tidak punya tabungan/barang yang muda dijual dengan nilai minimal Rp 500.000, seperti sepeda motor ( kredit/non kredit ), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Sumber : Badan Pusat Statistik

Ketentuan :

1. Rumah tangga yang layak mendapatkan Bantuan Langsung Tunai adalah rumah tangga yang memenuhi 9 atau lebih dari 14 indikator rumah tangga miskin.

2. Rumah tangga yang tidak layak mendapatkan Bantuan Langsung Tunai adalah:

a. Rumah tangga yang tidak memenuhi sembilan atau lebih ciri rumah tangga miskin.

b. PNS/TNI/Polri/Pensiunan/Purnawirawan/Veteran.


(40)

d. Karyawan BUMN/BUMD.

e. Rumah tangga penerima JADUP.

f. Ada anggota rumah tangga yang memiliki asset kendaraan bermotor, banyak hewan ternak, sawah/kebun luas, kapal motor, handphone, atau barang berharga lainnya.

4. Bantuan Langsung Tunai

a. Pengertian Bantuan Langsung Tunai

DalamPetunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) Untuk Rumah Tangga Sasaran Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu untuk Rumah Tangga Sasaran. Sedangkan Rumah Tangga Sasaran ( RTS ) adalah rumah tangga yang masuk kategori sangat miskin, miskin, dan hampir miskin. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM, Program BLT pelaksanaannya harus langsung menyentuh dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat miskin, mendorong tanggung jawab sosial bersama dan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada perhatian pemerintah yang secara konsisten benar-benar memperhatikan Rumah Tangga Sasaran yang pasti merasakan beban yang berat dari kenaikan harga BBM.

Kebijakan pengalihan subsidi BBM ini juga disinergikan dengan kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM),


(41)

sehingga skema perlindungan sosial bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pada tahun 2005 dan 2006 Pemerintah melaksanakan skema Program Kompensasi Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) meliputi :

a. PKPS BBM Tahap I :

1. Bidang pendidikan, yang diarahkan untuk menyukseskan program wajib belajar 9 tahun melalui pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM)

2. Bidang Kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan melalui sistem jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, yang meliputi layanan kesehatan dasar, layanan kesehatan rujukan dan pelayanan penunjang lainnya

3. Bidang infrastruktur pedesaan, diarahkan pada penyediaan infrastruktur di desa-desa tertinggal (jalan, jembatan, air bersih, sanitasi, tambatan perahu, irigasi desa-desa sederhana dan penyediaan listrik bagi daerah yang betul-betul memerlukan).

b. PKPS BBM Tahap II :

Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan, dan setiap tahap diberikan

Rp.300.000.- / 3 bln. Sasarannya adalah Rumah Tangga Sasaran sejumlah 19,1 juta sesuai hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan DIPA Departemen Sosial yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan.

Pada Tahun 2008 Pemerintah melanjutkan skema program PKPS BBM dari bulan Juni s.d Desember 2008 dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan


(42)

selama 7 bulan, dengan rincian diberikan Rp.300.000.- / 3 bln (Juni-Agustus) dan Rp.400.000.- / 4 bln (September-Desember). Sasarannya Rumah Tangga Sasaran sejumlah 19,1 juta sesuai hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan DIPA Departemen Sosial yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan.

b. Tujuan Dan Sasaran Bantuan Langsung Tunai

Dalam Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) Untuk Rumah Tangga Sasaran tujuan dari Program Bantuan Langsung Tunai bagi RTS dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi. 3. Meningkatkan tangung jawab sosial bersama.

Sedangkan sasaran Program BLT adalah Rumah Tangga Sangat Miskin ( poorest ),

Rumah Tangga Miskin ( poor ) dan Rumah Tangga Hampir Miskin ( near poor ) diseluruh

Indonesia. Penerima BLT adalah Rumah Tangga Sasaran sebanyak 19,1 juta RTS bersasarkan hasil pendataan BPS.

c. Operasionalisasi Dana Bantuan Langsung Tunai

Pelaksana Program BLT bagi RTS adalah Departemen Sosial selaku Kuasa Pengguna Anggaran dibantu pihak-pihak terkait yang telah ditetapkan dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program BLT untuk RTS. Penyaluran BLT-RTS merupakan suatu bentuk kerjasama yang didasarkan pada fungsi dan tugas pokok masing-masing, sehingga masing-masing lembaga bertanggungjawab terhadap


(43)

kelancaran bidang tugas masing-masing. Bentuk kerjasama ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penyaluran dana BLT-RTS kepada sekelompok sasaran sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal. Untuk meningkatkan sinergi pelayanan yang maksimal, maka masing-masing lembaga saling berkoordinasi.

d. Mekanisme Dan Tahapan Kegiatan Penyaluran BLT

Dalam Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) Untuk Rumah Tangga Sasaran secara umum, tahapan yang dilaksanakan berkaitan dengan penyaluran dana BLT adalah:

1. Sosialisasi Program Bantuan Langsung Tunai,dilaksanakan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Sosial, bersama dengan Kementerian/Lembaga di Pusat bersama-sama Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota, Aparat Kecamatan dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (Karang Taruna, Kader Taruna Siaga Bencana (TAGANA), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.

2. Penyiapan data Rumah Tangga Sasaran dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS Pusat). Daftar nama dan alamat yang telah tersedia disimpan dalam sistem database BPS, Departemen Sosial dan PT Pos Indonesia.

3. Pengiriman data berdasarkan nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran dari BPS Pusat ke PT Pos Indonesia.

4. Pencetakan KKB Bantuan Langsung Tunai Untuk Rumah Tangga Sasaran (KKB) berdasarkan data yang diterima oleh PT Pos Indonesia.


(44)

6. Pengiriman KKB ke Kantor Pos seluruh indonesia

7. Pengecekan kelayakan daftar Rumah Tangga Sasaran di tingkat Desa/ Kelurahan.

8. Penerima Program Keluarga Harapan juga akan menerima BLT-RTS, sehingga dimasukkan sebagai Rumah Tangga Sasaran yang masuk dalam daftar.

9. Pembagian KKB kepada Rumah Tangga Sasaran oleh Petugas Kantor Pos dibantu aparat desa/ kelurahan, Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat, serta aparat keamanan setempat jika diperlukan.

10.Pencairan BLT-RTS oleh Rumah Tangga Sasaran berdasarkan KKB di Kantor Pos atau di lokasi-lokasi pembayaran yang telah ditetapkan. Terhadap KKB Penerima dilakukan pencocokan dengan daftar Penerima (Dapem), yang kemudian dikenal sebagai KKB Duplikat.

11.Pembayaran terhadap penerima KKB dilakukan untuk periode Juni s.d Agustus sebesar Rp. 300.000,- dan periode September s.d Desember sebesar Rp.400.000,-. Penjadwalan pembayaran pada setiap periode menjadi kewenangan dari PT. Pos Indonesia.

12.Jika kondisi penerima KKB tidak memiliki identitas sebagai persyaratan kelengkapan verifikasi proses bayar, maka proses bayar dilakukan dengan verifikasi bukti diri yang sah (KTP, SIM, Kartu Keluarga, Surat Keterangan dari Kelurahan, dll).

13.Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran BLTRTS oleh tim terpadu. 14.Pelaporan bulanan oleh PT. Pos Indonesia kepada Departemen Sosial.


(45)

F. Defenisi Konsep

Konsep merupakan defenisi atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak keadaan, kelompok, individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. ( Singarimbun, 1999: 137 ).

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas adalah suatu keadaan dimana tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dengan tepat waktu, dan bermanfaat bagi masyarakat.

2. Program Bantuan Langsung Tunai adalah suatu kesatuan kegiatan atau implementasi dari sebuah kebijakan dengan memberikan bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu untuk Rumah Tangga Sasaran.

3. Efektivitas Penyaluran Program Bantuan Langsung Tunai adalah suatu keadaan dimana tujuan yang ingin dicapai yaitu membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi, dan meningkatkan tanggung jawab sosial bersama, diselenggarakan secara tepat waktu dan manfaatnya secara nyata dapat dirasakan oleh Rumah Tangga Sasaran.


(46)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (1987:64) metode deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional dan akurat.

Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisa kebenaran berdasarakan data yang diperoleh dilapangan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun.


(47)

C. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hendrarso menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai macam informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu informan kunci ( key

informan ), informan utama dan informan tambahan. Informan kunci adalah mereka yang

mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Sedankan informan tambahan adala mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti ( Hendrarso dalam Suyanto, 2005 : 171 ).

Berapa jumlah responden atau informan dalam penelitian kulitatif belum diketahui sebelum peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data di lapangan. Hal ini karena pengumpulan data suatu penelitian kualitatif mempunyai tujuan tercapainya kualitas data yang memadai, sehingga sampai dengan responden yang keberapa data telah dalam keadaan “tidak berkualitas” lagi dalam arti sudah mencapai titik jenuh karena responden tersebut sudah tidak lagi memberi informasi baru lagi, artinya responden tersebut “ceritanya” sama saja dengan responden-responden sebelumnya ( Hamidi, 2004 : 76 ).


(48)

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive

sampling ). Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu ( Sugiyono, 2005 : 96 ).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak terkait.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu pengumpulan data melalui kepustakaan, dan bahan lainnya yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif, yaitu analisa data terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi. Jadi teknik analisa data dilakukan dengan penyajian data, yang diperoleh melalui keterangan yang diperoleh dari informan, selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.


(49)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Gambaran umum tentang Nagori Kahean pada penelitian ini dijelaskan dalam tujuh kondisi sebagai berikut :

1. Luas dan Batas Wilayah Nagori Kahean

Nagori Kahean merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Luas Nagori Kahean adalah 654 ha, terdiri atas empat huta yaitu :

a. Huta Kahean I

b. Huta Kahean II

c. Huta Kahean III

d. Afdelling IV Dolok Ilir

Nagori Kahean mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sinaksak

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tambun Nabolon

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Silinduk


(50)

Nagori Kahean merupakan daerah yang beriklim tropis seperti daerah lainnya di Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kondisi inilah yang membuat daerah tersebut berpotensi sebagai daerah pertanian dan perkebunan sehingga sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani maupun buruh tani.

Sedangkan orbitasi dan jarak tempuh di Nagori Kahean adalah desa ini memiliki jarak 17 km dari ibu kota kecamatan, 35 km dari ibu kota kabupaten, dan 145 km dari ibu kota provinsi.

2. Keadaan Penduduk

Masyarakat Nagori Kahean merupakan masyarakat majemuk ( heterogen ), dimana daerah ini dihuni berbagai suku bangsa yakni suku Jawa, Batak, Sunda, Melayu, Nias, dan Minang. Suku Jawa merupakan suku mayoritas daerah ini. Meskipun masyarakatnya majemuk, namun suasana kekeluargaan dan kekerabatan sangar tinggi sehingga kehidupan berdampingan berjalan dengan baik.

Berdasarkan data pada Kantor Nagori Kahean tahun 2009, jumlah penduduk Nagori Kahean adalah 1.862 orang, terdiri dari laki-laki berjumlah 952 orang dan perempuan berjumlah 910 orang dengan jumlah kepala keluarga 471 KK dan mempunyai kepadatan 25 orang per km. Berikut keadaan penduduk Nagori Kahean dalam bentuk tabel :


(51)

Tabel 2

Klasifikasi Jumlah Penduduk Nagori Kahean Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah ( orang ) Persentase

Laki-laki 952 51,13 %

Perempuan 910 48,87 %

Jumlah 1862 100 %

Sumber : Kantor Kepala Nagori Kahean Tahun 2009

3. Mata Pencaharian

Dilihat dari segi perekonomian, karena Nagori Kahean memiliki lahan perkebunan dan persawahan yang luas , maka sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Selain itu juga sebagian masyarakat berprofesi sebagai karyawan perusahaan pemerintah dan swasta, pengusaha kecil dan menengah, montir dan lain-lain. Berikut klasifikasi mata pencaharian penduduk Nagori Kahean :


(52)

Tabel 3

Klasifikasi Mata Pencaharian Penduduk Nagori Kahean Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan

Buruh Tani 130 119

Petani 97 115

Karyawan Perusahaan Pemerintah 79 62

Pengusaha Kecil dan Menengah 30 9

Montir 29 -

Pedagang Keliling 20 5

Karyawan Perusahaan Swasta 21 -

Peternak 21 -

Pembantu Rumah Tangga - 19

Pegawai Negeri Sipil 5 9

Pensiun PNS/TNI/POLRI 9 2

Jasa Pengobatan Alternatif 4 1

Dukun Kampung Terlatih 2 1

Bidan Swasta - 3

Perawat Swasta - 1

TNI 1 -


(53)

Jumlah 952 910

Sumber : Kantor Kepala Nagori Kahean Tahun 2009

Dari tabel ( 3 ) dapat dilihat bahwa mayoritas mata pencaharian masyarakat Nagori Kahean adalah buruh tani dan petani. Pekerjaan sebagai buruh tani dan petani merupakan mata pencaharian utama masyarakat sejak dari dulu. Luas wilayah Nagori Kahean 62,7 % merupakan perkebunan, 30,6 % merupakan areal persawahan dan sisanya merupakan pemukiman dan sarana umum serta kuburan.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan instrumen yang penting dalam menentukan maju mundurnya suatu daerah. Hal ini terjadi karena apabila berbicara tentang pendidikan kita akan bersentuhan dengan sumber daya manusianya, kualitas masyarakat dan kualitas arah pembangunan daerah tersebut.


(54)

Tabel 4

Klasifikasi Tingkat Pendidikan Masyarakat Nagori Kahean Tingkat Pendidikan Jumlah ( Orang ) Persentase

Tidak Sekolah 80 4,3 %

Belum Sekolah 120 6,4 %

TK 18 1 %

Tidak Tamat SD 118 6,3 %

Sedang SD, SMP dan SMA 280 15 %

Tamat SD 660 35,5 %

Tamat SMP 399 21,4 %

Tamat SMA 139 7,5 %

Perguruan Tinggi 48 2,6 %

Jumlah 1862 100 %

Sumber : Kantor Kepala Nagori Kahean Tahun 2009

Dari tabel ( 4 ) diatas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Nagori Kahean berpendidikan tamat SD, SMP dan SMA. Tingginya jumlah masyarakat yang berpendidikan SD adalah untuk kategori penduduk lanjut usia, yang pada saat sebelumnya kemauan dan fasilitas pendidikan masih rendah.


(55)

5. Agama

Masyarakat Nagori Kahean merupakan masyarakat yang heterogen yang terdiri dari beberapa agama yaitu agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Berikut klasifikasi masyarakat berdasarkan agama :

Tabel 5

Klasifikasi Masyarakat Nagori Kahean Menurut Agama

Agama Jumlah Persentase

Islam 1689 90,7 %

Kristen Protestan 131 7 %

Katolik 42 2,3 %

Jumlah 1862 100%

Sumber : Kantor Kepala Nagori Kahean Tahun 2009

Dari tabel ( 5 ) diatas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Nagori Kahean beragama Islam. Meskipun di daerah ini masyarakatnya heterogen tetapi kehidupan beragamanya sangat baik. Masyarakatnya saling menghargai antar satu agama dengan agama yang lainnya. Di Nagori Kahean ini terdapat satu mesjid, satu mushola, dan satu gereja Kristen Protestan.

6. Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang penting bagi masyarakat untuk menjalankan kehidupannya. Kualitas kesehatan masyarakat didukung oleh sarana dan prasarana yang


(56)

tersedia di daerah tersebut. Di Nagori Kahean sarana kesehatannya masih kurang, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya puskesmas di daerah tersebut. Tetapi meskipun demikian tenaga ahli kesehatan yang ada di nagori ini sudah memadai. Namun yang menjadi keluhan masyarakat adalah mahalnya biaya pengobatan dan juga harga obat.

7. Sosial Budaya

Nagori Kahean didiami oleh masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku. Terdapat beberapa suku yang mendiami daerah ini seperti suku Jawa, Batak, Sunda, Melayu dan lain-lain. Berikut gambaran suku bangsa yang mendiami Nagori Kahean ;

Tabel 6

Klasifikasi Penduduk Nagori Kahean Berdasarkan Suku Bangsa

Suku Bangsa Jumlah Persentase

Jawa 1548 83,1 %

Batak 262 14,1 %

Sunda 41 2,2 %

Melayu 5 0,3 %

Nias 4 0,2 %

Minang 2 0,1 %

Jumlah 1862 100%


(57)

Dari tabel ( 6 ) diatas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat di Nagori Kahean bersuku Jawa. Meskipun terdapat beberapa suku tetapi kehidupan bermasyarakat dapat dikatakan baik dan jarang terjadi perselisihan antar warga. Bahasa yang sering digunakan dalam kehidupan bermasyarakat adalah Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Sehingga masyarakat di nagori ini dapat dikatakan hampir semua mengetahui Bahasa Jawa meskipun tidak semua bersuku jawa.

8. Program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean

Program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean sudah berlangsung sejak tahun 2005, demikian juga dengan seluruh daerah di Indonesia. Proses pencairan Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean terdiri dari lima tahap pembagian. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(58)

Tabel 7

Klasifikasi Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean

Tahun Bulan Waktu

Pencairan

Jumlah RTS

Besar Dana Tempat Pencairan

2005 Oktober-Desember Oktober 141 Rp 42.300.000,00 Kantor Pos 2006 Januari-Maret Januari 141 Rp 42.300.000,00 Kantor Pos 2008 Juni-Agustus Juni 107 Rp 32.100.000,00 Balai Desa Desa

Silenduk 2008

September-Desember

September 107 Rp 42.800.000,00 Balai Desa Desa Silenduk 2008

(Susul an )

Juni-Desember November 34 Rp 23.800.000,00 Kantor Kepala Desa Nagori


(59)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Data-data primer didapatkan dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Data-data tersebut berupa pernyataan-pernyataan dari para informan mengenai permasalahan yang diteliti. Data-data yang diperoleh dari wawancara tersebut akan disajikan dalam bentuk kutipan dari tanggapan informan.

Daftar wawancara dalam penelitian ini terdiri dari dua kategori yaitu daftar wawancara untuk masyarakat yang tidak menerima BLT yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa dan tokoh masyarakat dan juga daftar wawancara untuk masyarakat yang menerima BLT. Adapun data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut.

A. Identitas Informan

Penyajian data identitas informan bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki informan, sehingga memudahkan penulis dalam mengadakan analisis penelitian nantinya. Informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kategori yaitu key informan, informan utama dan informan tambahan.

Teknik penentuan informan adalah dengan menggunakan teknik purposive

sampling dimana setelah penulis terjun kelapangan diperoleh jumlah informan sebanyak


(60)

1. Informan Kunci sebanyak dua orang yaitu Kepala Desa dan Sekretaris Desa Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar.

2. Infoman Utama yaitu masyarakat yang menerima Bantuan Langsung Tunai atau Rumah Tangga Sasaran sebanyak enam orang.

3. Informan Tambahan sebanyak satu orang yaitu tokoh masyarakat Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu Nanggar.

1. Identitas Informan Kunci dan Tambahan ( Yang Tidak Menerima BLT )

Tabel 8

Identitas Informan Kunci dan Informan Tambahan

No. Nama Jenis

Kelamin

Umur Jabatan Waktu

Wawancara 1. Nurleni Purba, Amd. Perempuan 25 Tahun Kepala Desa Senin, 20 April

2009 Pkl.08.15

2. Suwito Laki-laki 27 Tahun Sekretaris Desa

Senin, 20 April 2009 Pkl.09.30

3. Mahmud Laki-Llaki 50 Tahun Tokoh

Masyarakat

Senin, 20 April 2009 Pkl.19.10


(61)

2. Identitas Informan Utama ( Yang Menerima BLT )

Tabel 9

Identitas Informan Utama No. Nama Jenis

Kelamin

Umur (Tahun)

Pendidikan Pekerjaan Waktu Wawancara

1. Rasiman Laki-laki 45 SD Buruh Tidak

Tetap

Rabu, 15 April 2009 Pkl 19.00

2. Muksin Laki-laki 32 SMP Wiraswasta Rabu, 15 April 2009 Pkl 20.15

3. Sundari Perempuan 45 SD Pembantu

Rumah Tangga

Jumat, 17 April 2009 Pkl 19.30

4. Umi Salamah Harahap

Perempuan 70 SD - Minggu, 19 April

2009 Pkl 16.10

5. Tugianto Laki-laki 43 STM Wiraswasta Senin , 20 April 2009 Pkl 19.20

6. Wasri Laki-laki 32 SD Wiraswasta Selasa , 21 April 2009 Pkl 12.15


(62)

Secara rinci identitas Informan Utama dapat dijelaskan sebagai berikut :

Table 10

Identitas Informan Utama Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 4 66,7 %

Perempuan 2 33,3 %

Jumlah 6 100 %

Sumber : Daftar Wawancara untuk Informan Utama

Dari tabel dapat dilihat bahwa mayoritas informan berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas informan berjenis kelamin laki-laki ini disebabkan karena kedudukan mereka sebagai kepala keluarga. Karena dalam BLT nama pemegang kartu adalah kepala keluarga.

Tabel 11

Identitas Informan Utama Berdasarakan Umur

Umur Jumlah Persentase

30-40 tahun 2 33,3 %

40-50 tahun 3 50 %

> 50 tahun 1 16,7 %

Jumlah 6 100 %


(63)

Dari tabel ( 10 ) dapat dilihat bahwa mayoritas informan dan juga dapat dikatakan masyarakat yang menerima Bantuan Langsung Tunai telah berumur 40-50 tahun yaitu 50% tetapi ada juga masyarakat yang menerima Bantuan Langsung Tunai yang masih berusia produktif yaitu yang dibawah 40 tahun juga terbilang besar yaitu 33,3 %. Sisanya telah berumur lanjut yaitu sebesar 16,7 %.

Tabel 12

Identitas Informan Utama Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase

SD 4 66,7 %

SMP 1 16,65 %

STM 1 16,65 %

Jumlah 6 100 %

Sumber : Daftar Wawancara untuk Informan Utama

Mayoritas informan memiliki tingkat pendidikan SD yaitu 66,7 %, SMP dan STM sebesar 16,65 %. Tingkat pendidikan para informan dapat dikatakan sangat rendah, hal ini dimungkinkan pada kurangnya sarana dan kesadaran akan pendidikan di zaman mereka.


(64)

Tabel 13

Identitas informan Utama Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

Wiraswasta 3 50 %

Buruh Tidak Tetap 1 16,65 %

PRT 1 16,65 %

Tidak Bekerja 1 16,7 %

Jumlah 6 100 %

Sumber : Daftar Wawancara untuk Informan Utama

Dari tabel ( 12 ) dapat dilihat mayoritas informan bekerja sebagai wiraswasta dengan persentase 50 %. Informan lainnya bekerja sebagai buruh tidak tetap dan pembantu rumah tangga dengan masing-masing persentase 16,65 %.

B. Jawaban Informan atas Variabel Penelitian

1. Jawaban Daftar Wawancara untuk Informan Kunci dan Tambahan ( Informan yang Tidak Menerima BLT ).

a. Pemberian dana BLT yang dilaksanakan oleh pemerintah diwarnai dengan berbagai pro dan kontra. Menurut Bapak/Ibu apakah yang menyebabkan hal ini terjadi ?


(65)

Kepala Desa

“Kalau kita bicara masalah pro dan kontra, hal itu biasa terjadi dalam setiap kebijakan. Ketika suatu kebijakan itu dilaksanakan akan senantiasa terjadi penolakan dan dukungan dari berbagai pihak. Apalagi hal ini menyangkut masalah masyarakat luas pasti banyak tanggapan-tanggapan. Ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Ya biasalah hal seperti itu. Jadi ketika pemerintah membuat program yang namanya BLT itu terjadi penolakan dan dukungan ya kita memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi. Masing-masing pihak kan mempunyai pendapatnya Masing-masing-Masing-masing.”

Jawaban Sekretaris Desa

“Saya rasa itu adalah hal yang wajar. Setiap pihak berhak memberikan penilaian mereka masing-masing. Hal ini tentunya tidak terlepas dari sudut pandang mana mereka menilainya. Ada beberapa pihak yang memandang bahwa ini hanya cara pemerintah mengalihkan topik agar masyarakat tidak ribut akan kenaikan BBM, ada juga yang merasa bahwa hal ini tidak mendidik, banyak masalahnya ketimbang manfaatnya. Yang semuanya tergantung individu memandangnya saja.”

Jawaban Tokoh Masyarakat

”Kalo masalah itu ya ditanyanya sama yang menolak program BLT inilah. Kalo kami disini ya setuju-setuju aja adanya BLT itu. Namanya juga untuk membantu masyarakat kenapa mesti diributkan. Orang yang menerima BLT aja pada setuju kenapa pada ribut. Ya mereka gak tau beban masyarkat miskin kayak mana. Memang mereka menganggap hal ini tidak bermanfaat karena nilainya kecil tapi kalo kita tanya sama masyarakat yang menerima ya bermanfaat. Meskipun kecil ya pastinya membantu.”

Pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai yang dilaksanakan pemerintah diwarnai dengan pro dan kontra dari berbagai pihak. Kepala Desa dan Sekretaris Desa melihat bahwa hal ini adalah wajar. Informan memandang bahwa dalam setiap kebijaksanaan pasti ada pro dan kontra, ada dukungan dan penolakan. Hal ini tergantung dari sudut pandang mana masyarakat menilai permasalahan tersebut.


(1)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

1. Tujuan Program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean dapat dikatakan sudah tercapai dengan baik. Dimana dengan adanya Bantuan Langsung Tunai ini masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan mempertahankan tingkat kesejahteraannya. Bantuan Langsung Tunai juga dapat meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

2. Proses pembagian BLT di Nagori Kahean berjalan dengan baik, tepat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan tidak terjadi keributan dalam proses pencairan dana BLT. Pemotongan dana Bantuan Langsung tunai juga tidak terjadi di Nagori Kahean, Rumah Tangga Sasaran senantiasa menerima dana Bantuan Langsung Tunai secara utuh.

3. Bantuan Langsung Tunai dimanfaatkan Rumah Tangga Sasaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama kebutuhan pangan dan pendidikan. Ada juga sebagian masyarakat yang memanfaatkan Bantuan Langsung Tunai untuk membayar hutang.


(2)

4. Program Bantuan Langsung Tunai memberikan efek ketergantungan bagi Rumah Tangga Sasaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban Rumah Tangga Sasaran yang berharap BLT akan terus diberikan kepada mereka.

B. Saran

1. Pembenahan penyaluran Bantuan Langsung Tunai di masa yang akan datang dapat dimulai dari adanya indikator kemiskinan yang lebih tepat. Indikator kemiskinan yang ada saat ini dapat dikatakan belum dapat menggambarkan kondisi kemiskinan yang sesungguhnya. Sebagai contoh, indikator kepemilikan listrik dan juga kepemilikan jamban sudah tidak dapat lagi menjadi ukuran kesejahteraan suatu keluarga. Untuk itu pemerintah dalam hal ini BPS perlu memikirkan penentuan indikator yang lebih sesuai di lapangan.

2. Perlu adanya kontrol yang baik dari Dinas Sosial dan Badan Pusat Statistik terhadap kinerja para petugas selama pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam proses pendataan termasuk pencetakan KKB untuk Rumah Tangga Sasaran.

3. Pemerintah sebaiknya tidak lagi mendasarkan diri pada anggaran untuk pembagian Bantuan Langsung Tunai karena akan mengakibatkan perlakuan yang tidak sama terhadap masyarakat miskin. Pemberian dana BLT sebaiknya diperuntukkan untuk semua masyarakat miskin, dan tidak didasarkan pada kuota. Sehingga implikasinya adalah penentuan anggaran harus didasarkan pada data kemiskinan, dan bukan jumlah penerima menyesuaikan dengan anggaran yang ada.


(3)

4. Perlu adanya proses sosialisasi yang benar mengenai Program Bantuan Langsung Tunai kepada masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya dampak negatif yang tidak diharapkan seperti dampak ketergantungan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Cepi S.A. Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta

Bertens, K. 2002. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta. Penerbit Kanisius

Hamidi, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang. UMM Press

Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara

Moekijat. 1986. Tata Laksana Kantor Management Perkantoran.  Bandung. Penerbit

Alumni

Nawawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada University Press

Prasetyo, Bambang dan Lina M.Jannah. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Putra, Fadillah dan Saiful Arif. 2001. Kapitalisme Birokrasi, Kritik Reiventing Government Osborne-Gaebler. Yogyakarta


(5)

Siagian, Sondang P. 2000. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta. Bumi Aksara

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1999. Metode Penelitian Survei. Jakarta. PT Pustaka LP3ES

Soenarko, H. 2003. Public Policy. Surabaya. Airlangga University

Steers, Richard M.1995. Efektivitas Organisasi. Jakarta. Penerbit Erlangga

Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta

Suyanto, Bagong.2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta

Tangkilisan, Hessel N.S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Thomsett, Rob. 2003. Radical Project Management. Jakarta. Penerbit Erlangga

Peraturan Perundang-Undangan

UU Nomor 6 Tahun 1975 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok kesejahteraan Sosial

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1981 Tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin

Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Untuk Rumah Tangga Sasaran

Referensi Non Buku


(6)

http://www.bps.go.id  http://www.depsos.go.id  http://www.google.com http://www.kompas.com http://www.mensos.go.id 


Dokumen yang terkait

Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Terhadap Masyarakat Dikecamatan Sidamanik Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Serta Pelaksanaannya Berdasarkan Uu Pa Dan Peraturan Pemerintah Nomor24 Tahun 1997

2 111 115

Hubungan Politik antara Pangulu dan Maujana Nagori di Nagori Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun pada periode 2008-2015

0 79 139

Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan

0 33 104

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Di Kelurahan Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah

1 26 116

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

KORELASI PEMAHAMAN POLITIK MASYARAKAT DESA DAN KEIKUTSERTAAN MASYARAKAT DALAM PROSES POLITIK (STUDI KASUS DI KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN).

0 2 27

PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN FASILITAS SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2001-2010.

0 1 21

IMPLEMENTASI PERENCANAAN RINTISAN SEKOLAH KATEGORI MANDIRI DI SMA NEGERI 1 DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 1 27

MODAL SOSIAL SISTEM BAGI HASIL DALAM BETERNAK SAPI PADA MASYARAKAT DESA PURWOSARI ATAS, KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN Studi kasus : Sistem Gaduh Sapi Pada Masyarakat Desa Purwosari Atas, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalung

0 0 9

BAB II PROFIL NAGORI TIGA RAS, KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN, KABUPATEN SIMALUNGUN II. 1 Kabupaten Simalungun - Hubungan Politik antara Pangulu dan Maujana Nagori di Nagori Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun pada periode 2008-2015

0 1 33