Adat-istiadat masyarakat yang terdapat dalam karya sastra, Pandangan pembaca terhadap karya sastra, dan Marajaya

Perubahan pada masyarakat kota pari tidak terlalu diceritakan pada hikayat Sri Putih Cermin ini, tetapi telah terjadi perselisihan diantara dua saudara kandung yaitu Tuanku Indra Bestari dan Tuanku Indra Bongsu. Tuanku Indra Bongsu ingin merebut tahta raja dari Tuanku Indra Bestari hal ini dikarenakan menghilangnya Tombak Serampang Sakti Tangkal Negara. ”Beralih kisah kepada Raja Berhala, sesudah ternyata olehnya bahwa Kemala Putri menghilang bersama Tombak Serampang Sakti, maka yakinlah baginda keselamatan anaknya terjamin. Tetapi hal tersebut terpaksa dirahasiakan, karena menurut adat di masa itu kepergian secara demikian sangat memalukan bagi keluarga kerajaan, apalagi karena Tombak Serampang Sakti Tangkal Negara turut pula hilang......... Dan ini pulalah pangkal perselisihan antara baginda dengan adiknya Tuanku Indra Bongsu. Tiap hari adiknya datang menuntut supaya pemerintahan segera diserahkan kepadanya, sebelum rakyat mengetahui peristiwa-peristiwa yang memalukan itu, tetapi tetap dengan lemah lembut ditolak oleh baginda: ”wahai sabarlah tuanku adik, jika kelak abang tiada dipercayai rakyat, tentu adik jua yang menjadi Raja”. Tetapi Tuanku Indra Bongsu tiada sabar lagi, lalu katanya: ”aku sudah bosan mendengar perkataan sabar itu jika Tuanku abang tak hendak segera menyerahkan Kerajaan ini kepadaku....., tentu akan abang rasai akibatnya kelak”.

e. Adat-istiadat masyarakat yang terdapat dalam karya sastra,

Di dalam Hikayat Sri Putih Cermin adat-istiadat yang digambarkan hanya saling tolong-menolong di antara sesama masyarakat. “Pantang melihat orang tua Universitas Sumatera Utara atau kaum ibu membawa beban berat maka ia akan membawakan sampai ke tempat yang dituju, pantang melihat anak-anak menangis karena lapar, diusahakannya memberi makanan”.

f. Pandangan pembaca terhadap karya sastra, dan

Menurut pandangan pembaca terhadap hikayat Sri Putih Cermin ini adalah bahwa isi dari hikayat tersebut memberitahukan kepada kita bahwa kita tidak boleh melanggar perintah dari orang tua supaya kita pun terhindar dari malapetaka. h. kedudukan karya sastra dalam sejarah sastra atau dalam satu jangka waktu tertentu berdasarkan ciri-ciri umum suatu zamanperiodesastra. Kedudukan cerita ini dalam masyarakat Deli Serdang cukup penting. Hal ini terlihat dari seringnya cerita ini dikisahkan oleh orang-orang tua terhadap anak-anaknya. Atau diwariskan ke generasi-generasi muda berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak Melayu Serdang berbakti dan tidak durhaka pada orang tuanya. Khususnya remaja putri agar tidak melarikan diri dari rumah. Cerita ini jadi bahan ajaran untuk anak-anak. Dan sebagian masyarakat memang mengakui bahwa beginilah asal muasal terjadinya pantai Cermin.

4.1 Marajaya

 Penolong Sudah selayaknya kita sebagai sesama manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa harus saling tolong-menolong, karena tidak semua manusia diberikan anugerah yang sama. Maka dari itu Marajaya mau memberikan pertolongan kepada warga di desanya tanpa imbalan apapun. Universitas Sumatera Utara Sifat penolongnya pun melebihi dari orang banyak. Pantang didengar atau dilihatnya orang mendapat kecelakaan, pastilah dia yang pertama sekali membari bantuan apa saja yang diperlukan. “Pantang melihat orang tua atau kaum ibu membawa beban berat maka ia akan membawakan sampai ke tempat yang dituju, pantang melihat anak-anak menangis karena lapar, diusahakannya memberi makanan.” Kalau karena takut pulang, diantarkan sampai ke rumah. Dan kalau karena dimarahi orang tua, dibujuk dengan lemah lembut serta menasihatkan, bahwa tak pernah ada seorang ibu atau ayah yang memarahi anaknya sendiri karena benci dan sebagainya. halaman 7 paragraf 1.  Tidak Tamak Marajaya adalah orang yang tidak serakah ia selalu membagikan hasil tangkapannya kepada warga lain yang lebih membutuhkannya. “sedangkan dari yang seekor itupun, hanya sebagian kecil yang diambilnya, yaitu sekedar mencukupi kebutuhan famili tempat ia menumpang. Selebihnya dibagi-bagikan kepada semua jiran yang ada. Bahkan sering pula hasil buruan tak sempat sampai ke rumah, karena habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dianggapnya lebih membutuhkan di sepanjang jalan”. Halaman 8 alinea 2  Suka kedamaian Marajaya merupakan sosok manusia yang menyukai perdamaian daripada pertengkaran tetapi jika ada yang menantangnya ia tidak akan menghindari. Universitas Sumatera Utara Tiba-tiba gelombang itu pecah hingga bertaburan para penyerbu ke segenap penjuru dan kelihatanlah Marajaya berpusing-pusing ligat seperti gasing ditempat sambil meninju lawannya sekeliling yang terpekik bagai digigit kalajengking. Melihat ketangkasan Marajaya berkelahi, kecutlah semua pengikut Indra Bongsu, lalu lari menyelamatkan diri….. Indra Bongsu semakin marah : “hai Marajaya rupanya kau ini semakin sakti. Tunggulah sampai kembali membawa imbangan yang lebih sakti yaitu Lidah Tanah di atas bumi”. “Saya bukan mencari musuh, Tuanku Bongsu, sahut Marajaya “tetapi saya pun tiada memilih imbang” halaman 44 paragraf 3.  Tidak Tepat Janji Marajaya sungguh tidak dapat menepati janjinya kepada Ratu Merak Kayangan. Ia berjanji untuk menukah lagi jika turun kebumi tetapi ia malah menikah lagi dengan Sri Putih Cermin karena hal itulah Ratu Merak Kayangan marah dan menciptakan hujan badai. ”wahai adinda Ratu kayangan, perkenankanlah kanda sejenak kembali ke kampung halaman. Dan kanda berjanji akan kembali lagi.... Dengan berat hati Ratu Merak Kayangan berperi: ”Baiklah oh Arjuna Dewa Asmara Murni. Dinda perkenankan kanda pergi, tapi kanda harus berjanji. Selama kanda di atas bumi, kanda tak boleh kawin atau beristeri dan harus segera kembali”. halaman 77 paragraf 1 Universitas Sumatera Utara

4.2 Sri Putih Cermin