a tempat dan masa tertentu dengan fakta-faktanya, yaitu tempat dan yang
memungkiri karya sastra itu muncul. b
pandangan hidup masyarakat pada saat itu sehingga muncul pandangan hidup atau cara berpikir masyarakat pada karya sastra.
c keadaan masyarakat pada saat tertentu sehingga perlu direkam dalam
karya sastra. d
Kondisi baru yang muncul sesudah keadaan masyarakat sebelumnya, e
adat-istiadat masyarakat yang terdapat dalam karya sastra, f
keadaan penulis karya sastra, seperti pertumbuhan pribadinya, cara penemuannya atas ilham yang tertuang dalam karya sastra,
g pandangan pembaca terhadap karya sastra, dan
h kedudukan karya sastra dalam sejarah sastra atau dalam satu jangka waktu
tertentu berdasarkan ciri-ciri umum suatu zamanperiode sastra.
1.6.2 karya sastra dan psikologis
Menurut suatu definisi tidak mudah sebab definisi selalu berusaha memberikan pengertian yang tepat dan sedekat mungkin terhadap sesuatu dalam
kalimat yang relatif singkat dan padat. Demikian juga dengan definisi sastra, tetapi bukan berarti sastra itu tidak dapat didefinisikan.
Secara Etimologi dapat ditinjau bahwa kata sastra yang dalam kehidupan sehari-hari disebut juga kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta. Kata dasar
kesusastraan ialah sastra yang berarti tulisan, karangan. Sastra mendapat awalan sehingga maknanya menjadi tulisan atau karangan yang indah. Dalam bahasa
Universitas Sumatera Utara
indonesia sastra mendapat konfiks ke-an hingga kesusastraan yang berarti kumpulan tulisan atau karangan yang indah.
Kata sastra dapat ditemukan dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan
hanya sekedar istilah untuk menyebutkan fenomena yang sederhana. Sastra merupakan istilah yang memiliki arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang
berbeda-beda. Kita dapat membicarakan sastra secara umum misalnya berdasarkan
aktivitas manusia tanpa mempertimbangakan budaya, suku, maupun bangsa. Karya sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang
tertentu pada masyarakat dapat menghasilkan karya sastra, sedangkan orang lain dalam jumlah yang besar dapat menikmati karya sastra itu dengan cara
mendengarkan atau membacanya. Karena karya sastra dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, langsung diucapkan atau lisan, lewat radio, majalah, buku,
dan sebagainya. Bahasa, baik lisan maupun tulisan, merupakan bahan pokok karya sastra.
Dengan perkataan lain, karya sastra mengandung kumpulan dari bentuk bahasa yang digunakan dalam berbagai pola yang objeknya adalah manusia dan
kehidupanya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dalam proses penciptaan suatu karya sastra, pengarang tidak hanya
mengekspresikan apa yang ada pada jiwa mereka ke dalam suatu karya sastra, tetapi diperlukan kemampuan pendidikan yang mapan dan kejelian dalam
menganalisis serta memasukkan ilmu lainnya, seperti psikologi, filsafat,
Universitas Sumatera Utara
antropologi, sosiologi, dan lain-lain. Dengan pendidikan yang mapan dan kejelian menganalisis serta memasukan pengetahuan lainnya ke dalam suatu hasil karya
sastra, karya sastra tersebut terasa bermanfaat di samping mempunyai unsur kenikmatan.
Hubungan sastra dengan psikologi, sosiologi, dan antropologi sangat dekat. Hal ini karena sastra dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut
mempunyai objek yang sama yaitu manusia yang mencakup lingkungan dan kehidupannya. Darma 1983 : 52 mengemukakan bahwa, ”sastra sebenarnya
pengungkapan masalah hidup, kejiwaaan, dan filsafat melalui sastra”. Dari kutipan di atas dapat dilihat bagaimana eratnya hubungan jiwa
pengarang dalam melukiskan karya sastra sebagai dorongan dari jiwanya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa karya sastra diperkaya atau berisikan nilai-nilai
kehidupan serta pengalaman manusia.
Bahasa sebagai Media Karya Sastra
Setiap karya seni mempunyai fungsi sosial, tetapi setiap karya seni itu tidak sama nilai fungsinya sosialnya. Di antara beberapa hasil karya seni, karya
sastralah yang mempunyai fungsi ssosial yang lebih banyak dan lebih leluasa mengungkapan atau mengekpresikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi
penyempurnaan kehidupan manusia. Bahasa dalam kesustraan seperti juga dalam bidang yang lain adalah
media berhubungan antara sesama anggota masyarakat dalam kegiatan sosial dan kebudayaan, pengunaan bahasa dalam sastra sendiri pun mempunyai perbedaan.
Oleh karena itu, sastra tidaknya sebuah hasil tulisan sangat tergantung pada
Universitas Sumatera Utara
kemampuan pengarang menggunakan bahasa, tetapi bukan berarti isi dan pesan tidak diperhatikan.
Bahasa yang baik dan mampu membangun karya sastra adalah bahasa yang matang, dan mempunyai makna. Kelenturan bahasa dieksploitasi oleh
pengarang sedemikian rupa dan seluas mungkin, seperti memilih kalimat, diksi, dan ungkapan yang khusus, pemakaian bahasa kias seperti tamsil, metafora, dan
lain-lain untuk mencapai suatu kesan sensitif dan kehalusan rasa. Dasar pengunaan bahasa dalam karya sastra bukan sekedar kata itu
mengusik dan meninggalkan kesan kepada pembaca. Nilai konotasi yang lebih luas dari pengertian denotasi sangat penting. Setiap karya yang dipilih boleh
diasosiasikan kepada berbagai dearah. Oleh sebab itulah, dalam karya sastra tidak ada pengertian yang sama bila ditinjau dari sudut kesan sensivitas, dari sudut
bunyi, lambang. Setiap pilihan kata mempunyai pengertian tersendiri, misalnya kata cantik, molek, bagus, baik, anggun, indah, dari sudut denotasi mungkin
artinya sama, tetapi kesan kata-kata ini berbeda. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, cerita hikayat Sri Puith Cermin
berasal dari daerah Sumatera Utara yang kemudian di translit oleh Zam Nuldyn ke dalam bahasa Indonesia. Secara umum keseluruhan hikayat ini dapat dipahami
isinya karena bahasa yang dipergunakan adalah bahasa indonesia.
Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa latin, yaitu psyche berarti jiwa dan logos artinya ilmu. Dengan demikian psikologi dapat diterjemahakan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi ilmu jiwa.
Universitas Sumatera Utara
Jiwa sebagai objek dari psikologi tidak dapat dilihat, diraba, atau disentuh. Jiwa adalah sesuatu yang abstraks, hanya dapat diobservasi melalui hasil yang
ditimbulkannya. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku dan aktivitas lainnya sebab tingkah laku mempunyai arti yang lebih nyata daripada jiwa karena itu lebih
mudah untuk dipelajari. Melalui tingkah laku, pribadi seseorang dapat terungkap dengan mudah, cara makan, berjalan, berbicara, menangis, dan sebagainya
merupakan suatu perbuatan terbuka sedangkan perbuatan tertutup dapat dilihat dari tingkah lakunya seperti berpikir, takut, dan lain-lain.
Tingkah laku dalam psikologi bukan hanya tetapi meliputi eksistensi yaitu perpanjangan tingkah laku nyata. Tanda-tanda akan tampak pada tubuh sebagai
akibat terlalu sering tingkah laku atau kebiasaan tersebut dilakukan. Seperti halnya seorang periang dan sering tertawa akan meninggalkan tanda-tanda di
wajahnya dan kita dapat langsung menilai orang tersebut. Efek-efek permanen memungkinkan seorang psikologi mampu mempelajari jiwa manusia melalui
tingkah lakunya. Suatu prinsip yang bagaimanapun adalah mutlak dalam psikologi yaitu bahwa tingkah laku merupakan ekspresi mempunyai peranan yang penting
dalam psikologi sekalipun patut diketahui bahwa tidak semua yang terdapat dalam tingkah laku.
Aminuddin 1990:49 menyatakan bahwa: ”......ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan perbuatan individu semua berbentuk dorongan dari
impulsum : dorongan, tolakan, rangsangan, rasa. Dalam diri manusia yang menyebabkan timbulnya macam-macam aktifitas fisik dan psikis dijelaskan
oleh psikologis.
Secara umum psikologis mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Dengan semakin kompleksnya masyarakat. Maka psikologis memegang peranan
Universitas Sumatera Utara
yang penting dalam memecahkan masalah manusia. Para ahli psikologis menaruh perhatian terhadap segala masalah yang beraneka ragam. Namun yang jelas
disiplin ilmu psikologis mempelajari tindak tanduk atau tingkah laku manusia dimana pun berada. Tingkah laku tersebut merupakan hasil perpadanan yang
dipadatkan oleh tiap-tiap individu dengan lingkungan dan keinginannya. Artinya tingkah itu lahir berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dialami dalam
kehidupan, kemudian dicetuskan dalam sikap-sikap yang sesuai dengan norma atau adat istiadat di mana individu tersebut dilahirkan.
Psikologi pada pokoknya menyibukan diri dalam masalah aktifitas phisikis seperti membenci, mencintai, menanggapi, berbicara dan penampilan diri, emosi-
emosi yang terdapat dalam bentuk tangis dan senyum. Misalnya jika seorang mencintai orang lain tentu saja rasa itu diungkapkan dalam bentuk kasih sayang
dan penuh perhatian terhadap orang dicintai. Tetapi seseorang membenci orang lain hal tersebut juga dapat kelihatan dari tingkah lakunya apakah rasa bencinya
itu disebabkan karena rasa iri, kurang senang, dan sebagai berikut. Jadi psikologis menyelidiki kepribadian individu dalam bentuk tingkah
laku dan penyesuaian dirinya dengan lingkungan, dan sekaligus hubungan timbal balik dengan sesamanya,dengan perincian:
1. Ilmu pengetahuan yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan metode-metode tertentu yang tersussun secara sistematis dan metode-metode tertentu yang bersifat ilmu. Sedangkan pssikologis di
samping ilmu yang merupakan seni karena dalam penerapannya dalam kehidupan manusia diperlukan keterampilan dan kreatifitas tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Tingkah laku dan kegiatan mempunyai arti konkrit yang dapat diamati
dengan panca indra, sehingga tingkah laku mudah diikenal dan mudah dipelajari.
3. Lingkungan yaitu tempat manusia hidup, berinteraksi, menyesuaikan diri,
dan mengembangkan dirinya. Individu menerima pengaruh dari lingkungan.
Pendapat Aminuddin diatas menunjukan bahwa mempelajari jiwa manusia harus dilihat dari tingkah laku dan perbuatan individu yang berdasarkan tingkah
lakunya sehari-hari.
1.6.3 Pendekatan Psikologi