Analisis Kapasitas Individu, Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi Dan Kesenjangan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Langkat

(1)

ANALISIS KAPASITAS INDIVIDU, PARTISIPASI PENGANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KESENJANGAN ANGGARAN

PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Oleh

ERLA YUNITA NASUTION 087017050/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ANALISIS KAPASITAS INDIVIDU, PARTISIPASI PENGANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KESENJANGAN ANGGARAN

PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERLA YUNITA NASUTION

087017050/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : ANALISIS KAPASITAS INDIVIDU, PARTISIPASI PENGANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KESENJANGAN ANGGARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANGKAT

Nama Mahasiswa : Erla Yunita Nasution

Nomor Pokok : 087017050

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Jonni Manurung, MS) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.Ade Fatma Lubis,S.E,Ak,MAFIS,MBA,CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 11 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Jonni Manurung, MS

Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE, Ak, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “ANALISIS KAPASITAS INDIVIDU, PARTISIPASI PENGANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KESENJANGAN ANGGARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANGKAT” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 11 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,


(6)

ANALISIS KAPASITAS INDIVIDU, PARTISIPASI PENGANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KESENJANGAN ANGGARAN

PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANGKAT

Erla Yunita Nasution, Dr. Jonni Manurung, MS dan Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian interaktif, dimana bertujuan untuk melihat hubungan antar variabel pada objek yang diteliti. Lokasi penelitian yaitu SKPD di Kabupaten Langkat yang terbagi dalam Badan, Dinas dan Kantor.

Populasi dalam penelitian ini seluruh pejabat yang ikut serta dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang terdiri dari Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian. Penentuan sampel digunakan teknik sensus, dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang disusun berdasarkan indikator penelitian masing-masing variabel sehingga terdapat empat kuesioner penelitian ini yaitu kuesioner kapasitas individu, kuesioner partisipasi penganggaran, kuisioner komitmen organisasi dan kuesioner kesenjangan anggaran. Sebelum istrumen penelitian digunakan terlebih dahulu di uji tingkat validitas dan reliabilitas. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas individu, partisipasi penganggaran, komitmen organisasi, dan kesenjangan anggaran menunjukkan korelasi yang positif. Dengan meningkatnya kapasitas individu maka akan meningkatkan partisipasi anggaran, dengan meningkatkan partisipasi penganggaran akan meningkatkan komitmen organisasi, dan dengan meningkatkan komitmen organisasi akan menurunkan kesenjangan anggaran. Indikator paling dominan dalam menentukan kapasitas individu, partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan kesenjangan anggaran adalah inisiatif (X12).

Kata kunci : Kapasitas Individu, Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi, Kesenjangan Anggaran.


(7)

ANALYSIS OF INDIVIDUAL CAPACITY, PARTICIPATION BUDGETING, ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND BUDGETARY SLACK

IN UNITS OF THE REGIONAL DISTRICT LANGKAT Erla Yunita Nasution, Dr. Jonni Manurung, MS and

Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac

ABSTRACT

This research is interactive, which aims to see the relationship between variables in the object being studied. Location of research that is SKPD in Langkat divided into Bodies, Agencies and Offices.

The population in this study all the officials who participated in preparing the Budget Public Policy (KUA), which consists of Head of Department and Head of Sub-Section. Sampling technique use the census, where the entire population as the sample of the research. The research instrument in the form of a questionnaire which is based on research indicators of each variable so that there are four questionnaires of this research is the individual capacity questionnaire, questionnaires participatory budgeting, and organizational commitment questionnaire questionnaires budget gaps. Before the research instrument used first in the test validity and reliability. The method of analysis used in this study is factor analysis.

The results showed that the capacity of individuals, the participation of budgeting, organizational commitment, and budget gaps showed a positive correlation. With the increased capacity of individuals will increase the participation of the budget, by increasing the participation of budgeting will improve organizational commitment, and by enhancing organizational commitment would reduce the budgetary slack. The most dominant indicator in determining an Individual Capacity, Participation Budgeting, Organizational Commitment, Budgetary Slack are Initiatives (X12).

Keywords: Individual Capacity, Participation Budgeting, Organizational Commitment, Budgetary Slack.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, serta shalwat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah S.A.W. Berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul ”Analisis

Kapasitas Individu, Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Kesenjangan Anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Langkat”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata

Dua (S2) pada Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM & H.MSc (CTM) SpA (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE, Ak MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.


(9)

5. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

6. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Ibu Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, MBA selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

8. Pimpinan dan Staff SKPD Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan data serta informasi yang diperlukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Para Bapak dan Ibu dosen serta seluruh pegawai di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

10.Ayahanda H. Ahmad Sofyan Nasution (Alm), Ibunda Hj. Yunaida dan Bapak Sugeng Sismiarno yang telah memberikan dukungan materi dan spirituil, doa, cinta dan kasih sayang Ayah dan Bunda yang tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sekolah Pascasarjana ini.

11.Kakanda dan Abangda tercinta, Masniari Nasution, Ade Ariani Nasution, Dian Asril Nasution, Nasirwan, Erwin Yulianto, Danna serta para keponakan tercinta, Latifah Azzahra, M. Albiruni Nasir, Rana Mahira Ascarya dan newbie baby born, semoga lahir dengan selamat.

12.Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan dan saran sehingga penulisan tesis ini terselesaikan.

Semoga segala budi baik yang telah diberikan kepada Penulis dapat diterima sebagai amal shaleh di sisi Allah SWT. Amin.


(10)

Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini dan dapat bermanfaat bagi penulis serta berbagai pihak yang membutuhkan.

Medan, 11 Februari 2011

Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Erla Yunita Nasution

2. Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/ 20 September 1987

3. Alamat : Komp. Veteran RI, Jl. Vetpur Raya Blok.C-81 Medan Estate, Percut Sei Tuan, Deli Serdang

4. Agama : Islam

5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. No. Telepon/Hp : 085760604335

7. Pendidikan

a. Lulus SD Negeri 122340 Pematangsiantar (1998) b. Lulus SMP Negeri 2 Pematangsiantar (2001) c. Lulus SMA YP Teladan Pematangsiantar (2004)

d. Lulus Sarjana (S1) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (2008) 8. Riwayat Pekerjaan

a. Tahun 2009 : Tercatat sebagai karyawan di PT. PERSAELS Medan b. Tahun 2010 : Tercatat sebagai staff pengajar di STIE IBBI Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

RIWAYAT HIDUP ……….. vi

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Rumu san Masalah ………... 7

1.3. Tujua n Penelitian ……….. 7

1.4. Manf aat Penelitian ……….... 8

1.5. Origi nalitas Penelitian ………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 10

2.1. Landasan Teori ………... 10

2.1.1. Kapasitas Individu ………. 10

2.1.2. Partisipasi Penganggaran ………..…. 12

2.1.3. Komitmen Organisasi ………..….. 14

2.1.4. Kesenjangan Anggaran ………..…… 16


(13)

2.1.5.1. Konsep anggaran sektor publik ………..…….. 17

2.1.5.2. Pengertian anggaran sektor publik ….……….. 18

2.1.5.3. Pentingnya anggaran sektor publik .…………. 19

2.1.5.4. Fungsi anggaran sektor publik ………. 20

2.1.5.5. Prinsip-prinsip anggaran sektor publik ….…… 24

2.1.5.6. Proses penyusunan anggaran sektor publik .…. 25 2.1.5.7. Pihak yang terlibat dalam proses anggaran ….. 27

2.2. Review Penelitian Terdahulu ……… 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ……… 34

3.1. Kerangka Konsep ………. 34

3.2. Hipotesis Penelitian ……….. 35

BAB IV METODE PENELITIAN ………. 37

4.1. Jenis Penelitian ……….. 37

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 37

4.3. Populasi dan Sampel ………. 38

4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 40

4.5. Operasional dan Pengukuran Variabel ……….. 41

4.6. Instrumen Penelitian ……….. 44

4.7. Teknik Analisis Data ………... 44

4.7.1. Uji Validitas ………. 44

4.7.2. Uji Reliabilitas Instrumen ………. 47

4.8. Metode Analisis ………... 49

4.8.1. Principal Component Analysis ……….. 50

4.8.2. Faktor Analisis ……… 54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 59

5.1. Hasil Penelitian ………. 59

5.1.1. Deskripsi Data Variabel Kapasitas Individu (X1) ……. 59 5.1.2. Deskripsi Data Variabel Partisipasi Penganggaran (X2) 60 5.1.3. Deskripsi Data Variabel Komitmen Organisasi (X3) …. 61


(14)

5.1.4. Deskripsi Data Variabel Kesenjangan Anggaran (X4) … 62

5.1.5. Deskripsi Data Indikator Variabel Penelitian ………….. 64

5.2. Uji Asumsi Analisis Faktor ……… 65

5.2.1. Asumsi Normalitas Univariat ………. 65

5.2.2. Multikolinearitas ………. 66

5.3. Interpretasi Hasil Analisis Faktor ……… 68

5.3.1. Communalities ……… 68

5.3.2. Total Variance Explained ……….. 69

5.3.3. Component Matrix, Rotated Component Matrix dan Component Transformation Matrix ……….. 71

5.4. Pengujian Hipotesis ………..……… 75

5.5. Pembahasan ……….. 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………. 82

6.1. Kesimpulan ……… 82

6.2. Keterbatasan Penelitian ………. 83

6.3. Saran ……….. 83

DAFTAR PUSTAKA ………. 84


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu ………. 31

4.1. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 39

4.2. Definisi Operasional Variabel ……….. 43

4.3. Interprestasi Besarnya Nilai r……… 48

4.4. Factor Loading or Factor Sensitivities and Variance ……….. 56

5.1. Distribusi Frekuensi Kapasitas Individu ……….. 59

5.2. Distribusi Frekuensi Partisipasi Penganggaran ……… 60

5.3. Distribusi Frekuensi Komitmen Organisasi ……….. 61

5.4. Distribusi Frekuensi Kesenjangan Anggaran ……… 63

5.5. Descriptive Statistics ……….. 64

5.6. Pengujian Normalitas dengan One-Sample Kolmogrov Smirnov ... 66

5.7. KMO and Bartlett’s Test ……….. 67

5.8. Communalities ………. 68

5.9. Total Variance Explained ………. 70

5.10. Component Matrix ……… 72

5.11. Rotated Component Matrix ……… 73

5.12. Component Transformation Matrix ……… 75

5.13. Indikator Dominan ……….. 76


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual ……… 34

5.1. Histogram Variabel Kapasitas Individu ……… 60

5.2. Histogram Variabel Partisipasi Penganggaran ……….…. 61

5.3. Histogram Variael Komitmen Organisasi ……….. 62

5.4. Histogram Variabel Kesenjangan Anggaran ……….. 63


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ..……… 87

2. Populasi dan Sampel Penelitian ………..……… 97

3. Uji Validitas Kapasitas Individu ………. ………. 98

4. Uji Validitas Partisipasi Penganggaran ...……….. 99

5. Uji Validitas Komitmen Organisasi ……….. 100

6. Uji Validitas Kesenjangan Anggaran ………. 101

7. Uji Reabilitas Kapasitas Individu ……….. 102

8. Uji Reabilitas Partisipasi Penganggaran ……… 103

9. Uji Reabilitas Komitmen Organisasi ………. 104


(18)

ANALISIS KAPASITAS INDIVIDU, PARTISIPASI PENGANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KESENJANGAN ANGGARAN

PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANGKAT

Erla Yunita Nasution, Dr. Jonni Manurung, MS dan Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian interaktif, dimana bertujuan untuk melihat hubungan antar variabel pada objek yang diteliti. Lokasi penelitian yaitu SKPD di Kabupaten Langkat yang terbagi dalam Badan, Dinas dan Kantor.

Populasi dalam penelitian ini seluruh pejabat yang ikut serta dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang terdiri dari Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian. Penentuan sampel digunakan teknik sensus, dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang disusun berdasarkan indikator penelitian masing-masing variabel sehingga terdapat empat kuesioner penelitian ini yaitu kuesioner kapasitas individu, kuesioner partisipasi penganggaran, kuisioner komitmen organisasi dan kuesioner kesenjangan anggaran. Sebelum istrumen penelitian digunakan terlebih dahulu di uji tingkat validitas dan reliabilitas. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas individu, partisipasi penganggaran, komitmen organisasi, dan kesenjangan anggaran menunjukkan korelasi yang positif. Dengan meningkatnya kapasitas individu maka akan meningkatkan partisipasi anggaran, dengan meningkatkan partisipasi penganggaran akan meningkatkan komitmen organisasi, dan dengan meningkatkan komitmen organisasi akan menurunkan kesenjangan anggaran. Indikator paling dominan dalam menentukan kapasitas individu, partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan kesenjangan anggaran adalah inisiatif (X12).

Kata kunci : Kapasitas Individu, Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi, Kesenjangan Anggaran.


(19)

ANALYSIS OF INDIVIDUAL CAPACITY, PARTICIPATION BUDGETING, ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND BUDGETARY SLACK

IN UNITS OF THE REGIONAL DISTRICT LANGKAT Erla Yunita Nasution, Dr. Jonni Manurung, MS and

Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac

ABSTRACT

This research is interactive, which aims to see the relationship between variables in the object being studied. Location of research that is SKPD in Langkat divided into Bodies, Agencies and Offices.

The population in this study all the officials who participated in preparing the Budget Public Policy (KUA), which consists of Head of Department and Head of Sub-Section. Sampling technique use the census, where the entire population as the sample of the research. The research instrument in the form of a questionnaire which is based on research indicators of each variable so that there are four questionnaires of this research is the individual capacity questionnaire, questionnaires participatory budgeting, and organizational commitment questionnaire questionnaires budget gaps. Before the research instrument used first in the test validity and reliability. The method of analysis used in this study is factor analysis.

The results showed that the capacity of individuals, the participation of budgeting, organizational commitment, and budget gaps showed a positive correlation. With the increased capacity of individuals will increase the participation of the budget, by increasing the participation of budgeting will improve organizational commitment, and by enhancing organizational commitment would reduce the budgetary slack. The most dominant indicator in determining an Individual Capacity, Participation Budgeting, Organizational Commitment, Budgetary Slack are Initiatives (X12).

Keywords: Individual Capacity, Participation Budgeting, Organizational Commitment, Budgetary Slack.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penganggaran memegang peranan penting dalam perencanaan dan kontrol. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapainya. Anggaran adalah bentuk kuantitatif dari rencana tersebut, dinyatakan dalam istilah fisik atau keuangan atau keduanya. Ketika digunakan untuk perencanaan sebuah anggaran merupakan metode untuk menterjemahkan tujuan dan strategi dari suatu organisasi ke istilah-istilah operasional. (Hansen & Mowen, 2001: 714). Anggaran juga dapat digunakan untuk mengkontrol. Kontrol adalah proses untuk menetapkan standar, menerima umpan balik dari kinerja aktual dan melakukan tindakan perbaikan ketika kinerja aktual bergeser secara signifikan dari kinerja yang direncanakan. Oleh karena itu anggaran dapat digunakan untuk membandingkan hasil-hasil aktual dengan hasil yang direncanakan.

Setiap organisasi termasuk pemerintah pusat maupun daerah dalam melaksanakan tugas yang diemban mutlak mempunyai rencana yang disusun dan dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas negara. Sejalan dengan tugas yang diemban tersebut, maka pemerintah merumuskan berbagai program kerja yang dituangkan dalam bentuk anggaran. Melalui anggaran, akan diketahui seberapa besar kemampuan pemerintah dalam melaksanakan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi wewenangnya dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.


(21)

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan merata, hal ini agar tidak terjadi kesenjangan dalam penetapan anggaran. Disamping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesataun sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 bahwa anggaran dan pendapatan belanja daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Proses penyusunan anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia (Siegel dan Marconi, 1989), terutama bagi orang yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran. Berbagai masalah perilaku akan muncul dalam proses penyusunan anggaran. Misalnya ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam


(22)

penyusunan anggaran memberikan perkiraan yang bias kepada atasan, padahal bawahan memiliki informasi yang dapat digunakan untuk membantu keakuratan anggaran pemerintah. Perkiraan bias tersebut dilakukan dengan melaporkan prospek penerimaan yang lebih rendah, dan prospek pengeluaran yang lebih tinggi, sehingga target anggaran dapat lebih mudah dicapai. Tindakan bawahan memberikan laporan yang bias dapat terjadi jika dalam menilai kinerja atau pemberian reward, atasan mengukurnya berdasarkan pencapaian sasaran anggaran.

Perkembangan penelitian tentang budgetary slack sejak tahun 1973 lebih banyak berorientasi pada faktor organisasional. Partisipasi anggaran sebagai variabel yang banyak dihubungkan dengan budgetary slack ditemukan memiliki pengaruh yang tidak konsisten. Dunk & Perera (1996) menduga bahwa sebenarnya bukan partisipasi anggaran atau asimetri informasi yang mempengaruhi budgetary slack tetapi faktor personal dari pembuat anggaran itu sendiri. Penelitian ini pun bertujuan untuk membuktikan pengaruh faktor personal tersebut dengan memfokuskan pada kapasitas individu yang terdiri dari beberapa indikator. Hal ini sejalan dengan kecenderungan penelitian akhir-akhir ini yang lebih menekankan pada pengaruh faktor individual terhadap budgetary slack seperti dilakukan oleh Stevens (1996); Douglas & Wier (2000); Blanchette et al., (2002).

Penelitian yang memeriksa faktor individual seperti yang dilakukan oleh Stevens (1996); Douglas & Wier (2000); Blanchette et al., (2002) menghasilkan temuan yang berbeda. Stevens (1996) menemukan bahwa bawahan mengasosiasikan slack sebagai misrepresentasi atau ketidakjujuran yang menekan bawahan untuk


(23)

mengurangi slack. Sebaliknya, Blanchette et al., (2002) menemukan bahwa bawahan menganggap budgetary slack adalah etis sehingga berpengaruh positif. Dengan demikian cenderung untuk menaikkan budgetary slack. Adapun Douglas & Wier, (2000) menemukan bahwa ethical position adalah relatif tergantung tentang persepsi bawahan, bawahan yang relativist cenderung menaikkan budgetary slack sedangkan bawahan yang idealist cenderung untuk mengurangi slack. Kondisi inilah yang mendorong peneliti untuk memasukkan variabel kapasitas individu, partisipasi penganggaran, budaya organisasi dan kesenjangan anggaran yang diharapkan dapat menjelaskan ketidakkonsitenan temuan di atas.

Menurut Brownell (dalam Falikhatun 2007), partisipasi pengganggaran adalah proses yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut. Menurut Merchant (dalam Falikhatun 2007), masalah yang sering muncul dari adanya keterlibatan manajer tingkat bawah atau menengah dalam penyusunan anggaran adalah timbulnya budgetary slack. Budgetary slack biasanya dilakukan dengan meninggikan pengeluaran atau menurunkan pendapatan dari yang seharusnya, supaya anggaran mudah dicapai. Adapun menurut Hilton (dalam Falikhatun 2007), tiga alasan utama manajer melakukan budgetary slack : (a) orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya; (b) budgetary slack selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian, jika tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer tersebut dapat melampaui/mencapai


(24)

anggarannya; (c) rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya.

Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kesenjangan anggaran di dalam penyusunan anggaran dilakukan untuk meneliti aspek perilaku bawahan dalam menentukan standar anggaran. Aspek perilaku ini menyangkut seberapa jauh kepuasan dan kinerja yang ingin dicapai bawahan. Dalam hal ini bawahan menginginkan setiap informasi yang diberikan kepada atasan dapat digunakan untuk mencapai tingkat kepuasan dan kinerjanya yang lebih tinggi (Young, 1985).

Hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan mengindikasi bahwa partisipasi anggaran dapat berinteraksi dengan variabel dari berbagai aspek lingkungan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku bawahan (Magner et.al, 1995). Misalnya Dunk (1993) melakukan penelitian dengan menganalisis pengaruh interaksi anggaran, informasi asimetri diantara atasan dan bawahan, dan budget emphasis yang digunakan atasan dalam menilai kinerja bawahannya terhadap kesenjangan anggaran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat budget emphasis dan informasi asimetri dapat mempengaruhi bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk melakukan kesenjangan anggaran. Dalam hal ini, kesenjangan anggaran akan rendah apabila partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran menurunkan kesenjangan anggaran.


(25)

Sedangkan Young (1985) menguji secara empiris pengaruh informasi pribadi terhadap kapabilitas produktif, risk preference, dan partisipasi anggaran pada kesenjangan anggaran. Hasilnya menunjukkan bahwa, karena adanya keinginan untuk menghindari resiko, bawahan yang terlibat dalam penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan kesenjangan anggaran. Semakin tinggi resiko, maka bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan melakukan kesenjangan anggaran agar dapat meminimalkan resikonya. Temuan ini menunjukkan partisipasi anggaran akan meningkatkan kesenjangan anggaran.

Komitmen organisasi menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan saran (goal) yang ingin dicapai organisasi (Mowday et. al, 1979). Komitmen organisasi yang kuat didalam individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sesuai dengan tujuan dan kepentingan yang telah direncanakan (Angle danPerry 1981; Porter et. al, 1974). Komitmen yang tinggi menjadikan individu peduli dengan nasib organisasi dan berusaha menjadikan orgainsasi kearah yang lebih baik, sehingga dengan adanya komitmen yang tinggi kemungkinan terjadinya kesenjangan anggaran dapat dihindari. Sebaliknya individu dengan komitmen yang rendah akan mementingkan dirinya sendiri atau kelompoknya. Dia tidak memiliki keinginan untuk menjadikan organisasi kearah yang lebih baik, sehingga kemungkinan terjadinya kesenjangan anggaran apabila dia terlibat dalam penyusunan anggaran akan lebih besar.


(26)

Atas dasar ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kapasitas Individu, Partisipasi Penganggaran dan Kesenjangan Anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Langkat”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:

1. Apakah kapasitas individu, partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan kesenjangan anggaran saling berasosiasi di SKPD Kabupaten Langkat? 2. Indikator apa yang paling dominan menentukan kapasitas individu,

partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan kesenjangan anggaran di SKPD Kabupaten Langkat?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis asosiasi antara kapasitas individu, partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan kesenjangan anggaran di SKPD Kabupaten Langkat.

2. Untuk memperoleh bukti empiris indikator yang paling dominan menentukan kapasitas individu, partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan kesenjangan anggaran di SKPD Kabupaten Langkat.


(27)

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kapasitas individu, partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan kesenjangan anggaran SKPD.

2. Memberikan masukan dan saran kepada pihak Pemerintah Daerah dan organisasi sektor publik lainnya atau perusahaan untuk dapat digunakan sebagai perbandingan bahan penelitian atau tambahan studi kasus.

3. Sebagai tambahan refrensi penelitian bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian dengan variabel penelitian yang sama.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Kersna Minan (2005) dengan judul Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dengan Kesenjangan Anggaran Pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah model regresi sederhana. Hasil penelitiannya adalah bahwa anggaran tidak mempunyai pengaruh terhadap kesenjangan anggaran dan komitmen organisasi tidak mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran.

Perbedaan penelitian ini dari peneliti Kersna Minan terdapat pada penambahan variabel, metode analisis data, lokasi, waktu dan sampel penelitian. Variabel kapasitas individu ditambahkan guna merekonsiliasi hasil penelitian sebelumnya


(28)

yang tidak konsisten. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor, dimana setiap indikator dari keempat variabel menjadi variabel penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di SKPD Kabupaten Langkat dengan sampel penelitian pegawai yang terlibat dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran pada SKPD Kabupaten Langkat.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kapasitas Individu

Kapasitas atau kemampuan individu adalah kesanggupan atau kecakapan yang berarti bahwa seseorang yang memiliki kecakapan atau kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktifitas kerja.

Pengertian kapasitas atau kemampuan identik dengan pengertian kreatifitas, telah banyak dikemukakan para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda, seperti dinyatakan oleh Supriadi (1996:16) bahwa “Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kemampuan atau kreatifitas, dan yang diperlukan adalah bagaimanakah mengembangkan kreatifitas (kemampuan) tersebut”. Semiawan (1984:8) mengartikan “kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru antar unsur data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.” Dengan demikian secara operasional, kreatifitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan atau fleksibel dan orisinalitas serta kemampuan mengoleborasi (mengembangkan, memperkaya, dan memperinci) suatu gagasan.


(30)

oleh kreatifitas kerja pegawai yang optimal. Kinerja seseorang merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi, dimana motivasi sendiri adalah merupakan perpaduan antara sikap dan kondisi, sedangkan kemampuan seseorang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang, David (1964:484). Sedangkan kemampuan adalah faktor penting dalam meningkatkan produktifitas kerja, kemampuan berhubungan dengan pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang dimiliki oleh seseorang, Sutermeister (1976:1)

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kemampuan kerja berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kondisi ini walaupun sifatnya sangat subjektif karena menyangkut motif individu atau perasaan seseorang, artinya seseorang bisa merasakan sesuatu hal yang menguntungkan atau tidak memberikan kepuasan sesuai dengan keadaan emosi seseorang yang mempersepsikan kondisi kerja yang ada. Seorang (pegawai) yang mampu mempunyai ciri-ciri pokok antara lain: kelincahan mental berpikir dari segala arah, kelincahan mental berpikir ke segala arah, fleksibel konsep, orisinalitas, lebih menyukai kompleksitas dari pada simplisitas, latar belakang yang merangsang, kecakapan dalam banyak hal (Mangunhardjana, 1987:27-45)

Menurut pernyataan Syakhroza (2003) gap yang terjadi di dalam implementasi anggaran disebabkan karena karyawan tidak mempunyai cukup pengetahuan dan pelatihan yang dibutuhkan. Oleh karena itu proses penganggaran membutuhkan keterlibatan dan partisipasi karyawan. Adapun efektivitas


(31)

penganggaran itu sendiri berhubungan dengan kapabilitas individu yang terlibat didalamnya.

Kapasitas individu pada hakekatnya terbentuk dari proses pendidikan secara umum, baik melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Individu yang berkualitas adalah individu yang memiliki pengetahuan. Terkait dalam proses penganggaran, maka individu yang memiliki cukup pengetahuan akan mampu mengalokasikan sumber daya secara optimal, dengan demikian dapat memperkecil budgetary slack (Yuhertina, 2004). Akan tetapi pada kenyataannya meningkatnya kapasitas individu ternyata justru memunculkan anggapan bahwa budgetary slack adalah suatu konsekuensi yang muncul dalam penyusunan anggaran. Belkaoui (1989) berpendapat bahwa dengan budgetary slack manajer lebih kreatif dan lebih bebas melakukan aktivitas operasionalnya, sehingga mampu mengantisipasi ketidakpastian yang mungkin terjadi.

2.1.2. Partisipasi Penganggaran

Menurut Anthony dan Young (2000) anggaran adalah perencanaan yang secara kuantitatif dalam unit moneter untuk periode satu tahun. Anggaran semata-mata merupakan perpaduan antara rencana dan ramalan yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Perlu ditekankan bahwa anggaran harus merupakan perangkat manajemen, tidak sekedar perhitungan akuntansi belaka. Dengan kata lain kehadiran anggaran tersebut harus dapat dimanfaatkan. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan suatu proses negoisasi antara manajer pusat


(32)

pertanggungjawaban dan atasannya. Hasil akhir proses negoisasi adalah persetujuan tentang perkiraan biaya yang akan terjadi selama satu tahun (untuk pusat biaya), atau anggaran laba atau ROI yang diisyaratkan (untuk pusat laba atau pusat investasi).

Dengan demikian anggaran mempunyai dua peran penting di dalam sebuah organisasi. Disatu sisi anggaran berperan sebagai alat untuk perencanaan (planning) dan disatu sisi anggaran berperan sebagai alat pengendalian (control) jangka pendek bagi suatu organisasi (Halim dkk, 2000). Siegel dan Marconi (1989) menjelaskan bahwa anggaran merupakan rencana tindakan manajerial yang diekspresikan dalam bentuk finansial. Anggaran bukan hanya merupakan rencana keuangan mengenai biaya dan pendapatan yang ingin dicapai oleh suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan, tetapi anggaran juga merupakan alat pengendalian, koordinasi, pemotivasi, dan pengevaluasi prestasi. Chow (1988) berpendapat bahwa anggaran selain dapat digunakan untuk memotivasi kinerja manajer tingkat bawah juga digunakan untuk memudahkan perencanaan.

Partisipasi pengganggaran adalah proses yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut (Brownell, 1982 dalam Fitri, 2004). Selanjutnya Anthony dan Govindrajan (2001) menyatakan bahwa mekanisme anggaran akan mempengaruhi perilaku bawahan yaitu mereka akan merespon positif atau negatif tergantung pada penggunaan anggaran. Bawahan dan atasan akan berperilaku positif apabila tujuan pribadi bawahan dan atasan sesuai dengan tujuan organisasi. Selanjutnya bawahan akan berperilaku negatif


(33)

apabila anggaran tidak diadministrasikan dengan baik, sehingga bawahan dapat menyimpang dari tujuan organisasi. Perilaku dysfunctional ini merupakan perilaku bawahan yang mempunyai konflik dengan tujuan organisasi (Hansen dan Mowen, 1997).

Riharjo (2001) melakukan penelitian pada organisasi sektor publik menemukan bahwa interaksi antara penganggaran partisipatif dan struktur desentralisasi organisasi secara signifikan mempengaruhi kinerja manajerial. Demikian juga dengan Winarti (2003) yang melakukan penelitian di sektor publik menyimpulkan bahwa partisipasi memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi kerja dan kepuasan kerja. Namun anggaran partisipatif dapat pula menimbulkan permasalahan, antara lain (1) atasan atau bawahan akan menetapkan standar anggaran yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, (2) bawahan akan membuat budgetary slack dengan cara mengalokasikan sumber dari yang dibutuhkan, dan (3) terdapat partisipasi semu (Hansen dan Mowen, 1997).

2.1.3. Komitmen Organisasi

Beberapa ahli mengatakan bahwa komitmen sebenarnya merupakan konsep yang dipinjam oleh para pakar teori organisasi dari disiplin ilmu antropologi (Luthans, 1988). Sebaliknya Schein (1985) mengajukan konsep komitmen yang menurutnya lebih berakar pada teori dinamika kelompok dan pertumbuhan kelompok dari pada sekedar pada teori antropologi.


(34)

Berdasarkan pengamatan orang lain dan pengamatannya sendiri, Schein (1985) mengemukakan bahwa ada beberapa pengertian yang sama yang berkaitan dengan komitmen antara lain:

1. Keteraturan perilaku yang diamati (observed behavioral regularities) ketika orang-orang berinteraksi, misalnya bahasa yang digunakan dan upacara yang dilakukan sehubungan dengan rasa hormat dan cara bertindak/bersikap. 2. Norma yang berkembang dalam kelompok kerja.

3. Nilai dominan yang didukung oleh sebuah organisasi, seperti mutu produk dan sebagainya.

4. Falsafah yang menjadi landasan kebijaksanaan organisasi yang berkaitan dengan karyawan dan atau pelanggan.

5. Peraturan pergaulan dalam organisasi, cara-cara/seluk-beluk untuk diterima sebagai warga organisasi.

6. Rasa atau iklim yang disampaikan dalam sebuah organisasi oleh tata letak fisik dan cara interaksi para warga organisasi dengan para pelanggan atau orang luar yang lain.

Sedangkan Luthans (1989:50) mengutip definisi mengenai komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Schein, yaitu:

A pattern of basic assumptions group as it leams to cope with its problem of external adaption and internal integration – that has worked well enough to be considered valid and, therefore to be tought to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems”.


(35)

Definisi tersebut menggambarkan bahwa komitmen organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai kepada setiap anggota baru. Nilai anggota selama mereka berada dalam lingkungan organisasi tersebut dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya.

2.1.4. Kesenjangan Anggaran

Budgetary slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2001). Dalam keadaan terjadinya budgetary slack, bawahan cenderung mengajukan anggaran dengan merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi terbaik yang diajukan, sehingga target akan mudah dicapai. Para peneliti akuntansi menemukan bahwa budgetary slack dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk diantaranya partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran (Yuwono, 1999). Penelitian yang menguji hubungan partisipasi dengan budgetary slack masih menunjukkan hasil yang bertentangan. Young (1985) dan Merchant (1985) telah menguji secara empiris bahwa budgetary slack terjadi karena bawahan memberi informasi yang bias kepada atasan dengan cara melaporkan biaya yang lebih besar atau melaporkan pendapatan yang lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karena adanya keinginan untuk menghindari resiko, bawahan yang terlibat dalam penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan budgetary


(36)

slack. Semakin tinggi resiko, bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan melakukan budgetary slack.

2.1.5. Penganggaran Sektor Publik

2.1.5.1. Konsep anggaran sektor publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi. Dalam organisasi sector publik, penganggaran merupakan suatu proses politik. Anggaran pada sektor publik harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.

Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam sataun moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat, tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan


(37)

perencanaan yang telah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan anggaran.

Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi: aspek perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik. Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran (Mardiasmo, 2005).

2.1.5.2. Pengertian anggaran sektor publik

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam sataun moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan datang. Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang.

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja) dan berapa banyak dan bagaimana caranya


(38)

memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan), (Mardiasmo, 2005).

2.1.5.3. Pentingnya anggaran sektor publik

Tidak semua aspek kehidupan masyarakat tercakup oleh anggaran sektor publik. Terdapat beberapa aspek kehidupan yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor publik, baik skala nasional maupun lokal. Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya agar terjamin secara layak.

Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang mereka buat. Dalam sebuah Negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan rakyat, yang dimiliki pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkan rencana pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat tersebut. Anggaran merupakan blue print keberadaan sebuah negara dan merupakan arahan di masa yang akan datang.

Menurut Mardiasmo (2005), anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu:

a. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.


(39)

b. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade off.

c. Anggaran diperlukan untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggungjawab terhadap rakyat. Anggaran publik merupakan instrument pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

2.1.5.4. Fungsi anggaran sektor publik

Menurut Mardiasmo (2005), anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu sebagai:

a. Alat perencanaan (planning tool). Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan yang digunakan untuk:

1) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.

2) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya.


(40)

3) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.

4) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.

b. Alat pengendalian (control tool). Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya overspending, underspending, dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah.

Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk menyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya.

Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu:

1) Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan. 2) Menghitungkan selisih anggaran (favourable dan unfavourable

variances).

3) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat dikendalikan (uncotrollable) atas suatu varians.


(41)

4) Merevisi standard biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya. c. Alat kebijakan Fiskal (fiscal tool). Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal

pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiscal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

d. Alat politik (political tool). Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritasprioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill, coalition building, keahlian bernegoisiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah. e. Alat koordinasi dan komunikasi (coordination and communication tool).

Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu


(42)

mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan. f. Alat penilaian kerja (performance measurement tool). Anggaran

merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

g. Alat motivasi (motivation tool). Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya ialah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga mudah untuk dicapai.

h. Alat menciptakan ruang publik (publik sphere). Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/ DPRD. Masyarakat dan LSM.


(43)

Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran politik. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang ada. Pengangguran, tuna wisma, dan kelompok lain yang tak terorganisir akan dengan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan suara mereka, maka mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti tindakan massa, melakukan boikot, vandalisme, dan sebagainya.

2.1.5.5. Prinsip-prinsip anggaran sektor publik

Menurut Mardiasmo (2005), prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:

a. Otorisasi oleh Legislatif. Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

b. Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

c. Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general find).


(44)

d. Nondiscretionary Appripriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

e. Periodik. Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multi tahunan.

f. Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran. g. Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan

tidak membingungkan.

h. Diketahui publik. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

2.1.5.6. Proses penyusunan anggaran sektor publik

APBN/APBD yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, member informasi rinci kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan yaitu:

a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.


(45)

b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah: a. Tujuan dan target yang hendak dicapai.

b. Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah).

c. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.

d. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti munculnya peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam, dan sebagainya.

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek penganggaran, aspek akuntansi, aspek pengendalian, dan aspek auditing. Aspek penganggaran mengantisipasi pendapatan dan belanja (revenues and expenditures), sedangkan aspek akuntansi terkait dengan proses mencatat, mengolah, dan melaporkan segala aktivitas penerimaan dan pengeluaran (receipts and disbursments) atas dana pada saat anggaran dilaksanakan. Aspek penganggaran dipandang sebagai isu sentral bila dipandang dari sisi waktu. Aspek akuntansi lebih bersifat retrospective (pencatatan pada masa lalu) maka


(46)

aspek penganggaran lebih bersifat prosfective atau anticipatory (perencanaan masa yang akan datang), (Mardiasmo, 2005).

2.1.5.7. Pihak yang terlibat dalam proses anggaran

Ditingkat nasional, penentuan prioritas-prioritas anggaran dan negosiasi alokasi anggaran yang digunakan sangat tersentralisasi. Berdasarkan hal tersebut, maka pemain kunci dalam proses anggaran adalah DPR, Kabinet, dan departemen departemen di tingkat nasional. Di tingkat nasional biasanya terdapat sebuah badan yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan proposal anggaran untuk pengeluaran masing-masing bidang fungsional pemerintah. Mereka memperoleh proposal untuk pendanaan seluruh departemen menurut fungsi dan membuat skala prioritas anggaran (Mardiasmo, 2005).

Desentralisasi beberapa keputusan tentang alokasi sumber daya pada tingkat propinsi, kabupaten/kota memberi arti bahwa proses anggaran harus mampu untuk mengakomodasi pemain-pemain baru, yaitu pemerintah dan legislatif di tingkat daerah. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses anggaran dapat dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu:

a. Eksekutif. Secara umum, eksekutif bertanggungjawab untuk membuat keputusan dan melaksanakan undang-undang negara. Eksekutif bertanggungjawab untuk merancang anggaran. Eksekutif juga harus membuat kerangka pengeluaran jangka menengah, mengatur seluruh


(47)

sumber daya keuangan negara dan memonitor departemen dalam membelanjakan uang negara.

b. Legislatif. Legislatif membuat dan mengesahkan undang-undang serta mengawasi eksekutif. Reformasi proses anggaran mencoba mereorganisasi proses anggaran, sehingga legislatif lebih berperan dalam menjalankan fungsi pengawasannya. Sebenarnya legislatif mempunyai wewenang untuk mengubah anggaran, tetapi tidak dapat membuat ulang anggaran, melainkan hanya dengan mengubah pembelanjaan dalam angaran. Legislatif bertanggungjawab menentukan visi, misi, tujuan, arah dan kebijakan, strategi, dan penentuan prioritas secara luas baik ditingkat nasional maupun daerah. Tanggungjawab utamanya adalah memformulasikan strategi di tingkat nasional dan di tingkat daerah. Reformasi anggaran harus dapat meningkatkan peran legislatif dalam proses anggaran. Kemampuan legislatif untuk memenuhi kewajibannya terkadang dibatasi oleh keterbatasan waktu untuk mengkaji dan membahas anggaran dalam komisi. Keadaan tersebut menyebabkan peran legislatif berkurang karena cenderung hanya sebagai formalitas dalam proses anggaran, sehingga tidak mereviewnya secara lebih mendalam. Peran utama legislatif dalam pengawasan, dapat dikerjakan melalui komisi khusus.

c. Masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam proses anggaran diharapkan akan mampu mengatasi berbagai permasalahan anggaran, seperti


(48)

kebocoran dan pemborosan atau penyimpangan pengalokasian anggaran yang cenderung lebih berorientasi pada kepentingan birokrasi dan bukan kepentingan masyarakat. Peran aktif masyarakat dengan cara memberikan informasi, menyampaikan saran dan pendapatnya secara bertanggungjawab dan langsung kepada DPR atau melalu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organsiasi sosial kemasyarakatan di daerah.

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kesenjangan anggaran (Budgetary Slack) telah banyak dilakukan pada sektor swasta dan beberapa peneliti malakukannya pada sektor publik. Perbedaan dalam perencanaan dan persiapan anggaran sektor publik, serta adanya pendanaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah cenderung menyebabkan ketergantungan keuangan yang menimbulkan terjadinya slack (Mardiasmo, 2002).

Minan (2005) melakukan penelitian tentang Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dengan Kesenjangan Anggaran Pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan. Hasil penelitiannya adalah partisipasi anggaran tidak mempunyai pengaruh terhadap kesenjangan anggaran dan komitmen organisasi tidak mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran.

Asriningati (2006) di Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan penelitian tentang Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap


(1)

3

 

5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 5 4 4

4

 

4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4

5

 

3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 5 3


(2)

7

 

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4

8

 

3 3 3 3 3 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 5 4

9

 

3 3 3 3 3 5 4 5 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3

10

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4


(3)

12

 

4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5

Lampiran 8

 

UJI REABILITAS PARTISIPASI PENGANGGARAN

 

 

 

     

       

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NOMOR ANGKET

 

X.2.1

 

X.2.2

 

X.2.3

 

X.2.4

 

X.2.5

 

X.2.6

 

X.2.7

 

X.2.8

 

X.2.9

 

X.2.10

 

NO

 

1

 

2

 

3

 

4

 

5

 

6

 

7

 

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

 

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

 

32

 

33

 

34

 

35

 

1

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

 

5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5

 

3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 5 3 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 6

 

3 3 3 3 3 3 3 5 5 4 4 3 3 3 3 4 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 5 4 4 3 3 7

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 8

 

3 3 3 3 3 3 3 4 4 5 3 3 3 3 3 5 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5 3 3 3


(4)

9

 

3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 10

 

4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 11

 

3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 12

 

4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 13

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 14

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 15

 

3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3

Lampiran 9

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UJI REABILITAS KOMITMEN ORGANISASI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NO

 

NOMOR ANGKET

 

 

 

X.3.1

 

X.3.2

 

X.3.3

 

X.3.4

 

 

 

 

 

 

 

1

 

2

 

3

 

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1

 

4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70 4900

2

 

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71 5041

3

 

5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 86 7396

4

 

3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 68 4624

5

 

4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 59 3481

6

 

4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 5 4 4 3 3 62 3844

7

 

4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 70 4900


(5)

9

 

4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 59 3481

10

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 70 4900

11

 

3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 56 3136

12

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 72 5184

13

 

4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 73 5329

14

 

4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 69 4761

15

 

4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 59 3481

Lampiran 10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UJI REABILITAS KESENJANGAN ANGGARAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NOMOR ANGKET

 

X.4.1

 

X.4.2

 

X.4.3

 

X.4.4

 

X.4.5

 

X.4.6

 

NO

 

1

 

2

 

3 4 5 6 7 8 9 10

 

11 12 13 14 15 16 17 18

 

19

 

20

 

21

 

22

 

23

1

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4

2

 

4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4

3

 

5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5

4

 

4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4

5

 

3 5 3 4 5 3 3 3 3 5 3 3 4 4 3 3 3 4 5 4 4 3 3

6

 

3 4 5 4 4 4 5 3 3 5 5 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 3

7

 

4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

8

 

3 5 4 4 4 5 5 3 3 3 4 3 4 5 3 3 3 4 3 4 4 3 3


(6)

10

 

4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4

11

 

3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 5 3 4 4 3 3

12

 

4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4

13

 

4 5 4 4 5 5 5 4 4 3 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4

14

 

4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 5 4 5 4 4


Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Penganggaran dan Pengawasan Intern terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang

0 4 1

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN SISTEM PENGENDALIAN AKUNTANSI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

0 5 98

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 3 13

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, BUDGET EMPHASIS Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis, Kompleksitas Tugas, Dan Komitmen Organisasi Terhadap Slack Anggaran (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta).

0 1 17

PENDAHULUAN Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis, Kompleksitas Tugas, Dan Komitmen Organisasi Terhadap Slack Anggaran (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta).

0 4 8

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KESENJANGAN Pengaruh Partisipasi Anggaran, Gaya Kepemimpinan, Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kesenjangan Anggaran (Studi Kasus Pada Pdam Kota Salatiga).

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KESENJANGAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI SURAKARTA.

0 0 14

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, PENEKANAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi Dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack Pada Bank Perkreditan Rakyat (

0 0 16

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KESENJANGAN Pengaruh Partisipasi Anggaran, Gaya Kepemimpinan, Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kesenjangan Anggaran (Studi Kasus Pada Pdam Kota Surakarta).

0 0 14

View of PENGARUH KINERJA MANAJERIAL TERHADAP PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA LIMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAHAN KOTA KUPANG

0 0 7