2.9. Aspek-Aspek dalam Sistem Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Sistem Pengolahan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 lima aspekkomponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan lainnya
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan BSN, 2002 Kelima aspek tersebut meliputi:
1. Aspek Teknis Operasional
Aspek teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasar- dasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir. 2.
Aspek Kelembagaan Didalam kegiatan pengelolaan sampah membutuhkan sejumlah tenaga dengan
penyusunan struktur organisasi untuk menentukan hubungan-hubungan dan tugas- tugas serta tanggung jawab individu. Hal ini sangat diperlukan dalam pengelolaan
sampah karena banyaknya kegiatan di dalamnya. Banyaknya pembagian kegiatan dalam struktur organisasi bergantung dari besarnya organisasi.
3. Aspek Hukum dan Peraturan.
Hukum dan peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang
berlaku. Berbagai peraturan dan perundangan sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan Program Kesehatan Lingkungan khususnya dalam hal pengelolaan sampah
adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 162
menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada pasal 163 ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
Kemudian pada ayat 2 menyatakan bahwa Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum Pada ayat 3 lingkungan sehat seharusnya bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan antara lain limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non pengion, air yang
tercemar, udara yang tercemar dan makanan yang terkontaminasi. Ketentuan mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan proses
pengolahan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat 2, dan ayat 3, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Rumah sakit juga menghasilkan limbah B3. Untuk itu didalam program
kesehatan lingkungan Rumah sakit juga diperkuat dengan PP Nomor 85 tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 Setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3 yang
dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa: 1.
Setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun danatau menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 danatau menimbun limbah B3.
2. Apabila kegiatan reduksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 masih
menghasilkan limbah B3, dan limbah B3 tersebut masih dapat dimanfaatkan, penghasil dapat memanfaatkannya sendiri atau menyerahkan pemanfaatannya
kepada pemanfaat limbah B3. 3.
Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib mengolah limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan teknologi yang ada dan jika tidak mampu diolah
di da1am negeri dapat diekspor ke negara lain yang memiliki teknologi pengolahan limbah B3.
4. Pengolahan danatau penimbunan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan danatau penimbunan limbah B3
yang dihasilkannya itu kepada pengolah danatau penimbun limbah B3. Pada Tabel 2 lampiran PP no 85 tahun 2009 Rumah sakit termasuk penghasil limbah
B3 dari sumber yang spesifik dengan jenis limbah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Limbah klinis
b. Produk farmasi kadaluarsa
c. Peralatan laboratorium terkontaminasi
d. Kemasan produk farmasi
e. Limbah laboratorium
f. Residu dari proses insenerasi
g. Pelarut
h. Bahan kimia kadaluarsa
i. Residu sampel
3. Kepmenkes RI No. 1204MenkesSKX2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, yang mempertimbangkan : 1.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. 2.
Oleh karena itu tindak lanjut poin a, perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan rumah sakit telah diterbitkan Pedoman Sanitasi Rumah Sakit tahun 2002 dan Persyaratan dan Petunjuk
Teknis Tatacara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit tahun 1993 oleh Direktur Jenderal PPM dan PLP yang merupakan pedoman atau petunjuk pelaksanaan dan
sekaligus landasan hukum upaya peningkatan kesehatan lingkungan rumah sakit di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
4. Aspek Pembiayaan.
Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar pada roda sistem pengelolaan persampahan di rumah sakit tersebut dapat bergerak dengan lancar.
Sistem pengolahan persampahan di Indonesia lebih di arahkan kesistem pembiayaan sendiri yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD setempat
serta dari retribusi konsumen sampah yaitu pihak rumah sakit. 5.
Aspek Peran Serta Masyarakat. Masyarakat perlu mengetahui system dan cara-cara kerja dari pengelolaan
sampah. Informasi tersebut bisa disampaikan melalui poster, pamflet dan penyuluhan.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Kerangka Konsep