B. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini merupakan hasil observasi selama penelitian berlangsung. Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik
apabila terjadi interaksi yang baik pula antara guru dengan siswa. Guru harus mampu menentukan langkah-langkah atau metode yang tepat dalam
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Proses pembelajaran dapat dikatakan berjalan optimal apabila siswa
dan guru berperan aktif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Baik siswa sebagai pusat kegiatan belajar mengajar dan guru sebagai fasilitator. Keaktifan
ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi semakin meningkat dan berkualitas. Selama penelitian ini
berlangsung, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II.
Aktivitas siswa di kelas sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran dapat mendukung
terciptanaya situasi belajar aktif. Dengan demikian, aktivitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil penghitungan dengan
korelasi koefisien Pearson menunjukkan adanya korelasi positif antara peningkatan aktivitas dengan hasil belajar siswa kelas X-7 yaitu semakin tinggi
aktivitas siswa maka semakin tinggi pula hasil belajarnya.
1 Peningkatan Hasil Belajar
Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas KKM dan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II.
a. Ketuntasan Secara Klasikal
Secara klasikal, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari postest siklus I dan postest siklus II. Pada postest siklus I, siswa yang
tuntas KKM sebanyak 29 siswa dengan persentase 78,38. Dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II yaitu sebanyak 34
siswa yang tuntas KKM dengan persentase 91,89. Analisis data menunjukkan bahwa hasil belajar secara klasikal sudah mencapai
target atau standar penelitian tindakan kelas yang ditetapkan dalam penelitian yaitu sekurang-kurangnya 80 siswa yang tuntas KKM
dan mendapatkan nilai ≥ 70. Peningkatan hasil belajar klasikal dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.6. Hasil Belajar Klasikal Siswa Kelas X-7
Siklus I Siklus II
b. Nilai Rata-Rata Kelas
Semakin banyak siswa yang tuntas KKM pada siklus II berpengaruh pada nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 82,72
dan mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 88,64. Dari analisis data siklus I dan siklus II didapatkan bahwa nilai
rata-rata sudah mencapai target atau standar penelitian tindakan kelas yang ditargetkan dalam penelitian yaitu 80. Peningkatan nilai rata-rata
dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.7. Nilai Rata-Rata Siswa Kelas X-7
2 Peningkatan Aktivitas
Peningkatan aktivitas siswa dilihat dari hasil observasi yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Tingkat aktivitas siswa pada siklus I
sebesar 51,35 dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 86,50 . Dari hasil analisis data siklus I dan siklus II didapatkan bahwa
Siklus I Siklus II
tingkat aktivitas siswa sudah mencapai target atau standar penelitian tindakan kelas yang ditargetkan dalam penelitian yaitu sekurang-
kurangnya 80 siswa aktif. Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 4.8. Aktivitas Siswa Kelas X-7
3 Pengaruh Peningkatan Aktivitas dengan Hasil Belajar
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada materi Protista. Setelah mengetahui adanya
peningkatan maka perlu juga diketahui ada atau tidak pengaruh peningkatan aktivitas terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu, dilakukan
penghitungan dengan menggunakan uji korelasi koefisien Pearson untuk mengetahui hubungan antara peningkatan aktivitas terhadap hasil belajar
dengan. Kemudian analisa korelasi dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis pada level signifikan α 0,05. Uji hipotesis yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Siklus I Siklus II
1. Ho : ρ = 0 ; tidak ada pengaruh atau hubungan antara peningkatan
aktivitas dengan hasil belajar siswa 2.
Hi : ρ ≠ 0. ; ada pengaruh atau hubungan antara peningkatan aktivitas
dengan hasil belajar siswa
Hasil penghitungan
dengan korelasi
koefisien Pearson
menunjukkan adanya pengaruh peningkatan aktivitas dengan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,51. Artinya,
koefisien korelasi antara aktivitas dengan hasil belajar cukup kuat. Dengan adanya peningkatan aktivitas siswa maka akan berpengaruh juga pada
peningkatan hasil belajar siswa. Rentang nilai korelasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Grafik di atas menunjukkan adanya arah hubungan. Tanda plus + menandakan hubungan yang positif atau searah dan tanda minus -
menandakan hubungan yang negatif atau berlawanan. Sebagai pedoman sederhana, angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup
kuat, sedangkan di bawah 0,5 menunjukkan korelasi yang lemah. Setelah mengetahui korelasi maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
signifikasi mengenai pengaruh peningkatan aktivitas terhadap hasil belajar dengan ketentuan :
1. Jika r
obs
r
crit
, maka signifikan
2. Jika r
obs
r
crit
, maka tidak signifikan
-1 1
Berdasarkan analisis uji hipotesis antara peningkat aktivitas dengan hasil belajar pada level signifikan α 0,05 menunjukkan adanya hasil yang
signifikan yaitu r
obs
r
crit
dengan perolehan hasil penghitungan 0,51 0,325. Dengan demikian nilai koefisien korelasi r
obs
lebih besar dari nilai koefisien critical r
crit
maka, hipotesa peneliti dapat diterima. Ini berarti terdapat korelasi positif antara peningkatan aktivitas dengan hasil belajar
siswa kelas X-7.
Gambar 4.9. Korelasi Peningkatan Aktivitas dengan Hasil Belajar
Korelasi positif antara peningkatan aktivitas siswa dengan hasil belajar adalah semakin tinggi aktivitas siswa maka semakin tinggi pula
hasil belajarnya. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang
mengarah pada proses belajar dalam hal ini aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan.
Aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran dapat mendukung terciptanaya situasi belajar aktif. Adanya aktivitas bertanya dan menjawab
pertanyaan dapat membantu siswa untuk menggali semua aspek materi yang sudah dipelajarinya baik yang sudah dimengerti ataupun yang belum
dimengerti. Dengan siswa bertanya, maka siswa akan mendapat jawaban dari kesulitannya, sehingga siswa akan terbantu dalam memahami materi.
Dengan siswa menjawab pertanyaan, maka siswa semakin menggali apa yang ia ketahui, sehingga akan semakin luas pengetahuan yang ia miliki.
Semakin siswa aktif dalam hal bertanya dan menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran, maka semakin banyak wawasan atau pengetahuan
yang ia dapatkan. Aktivitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Aktivitas ini merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Situasi belajar aktif dapat merangsang siswa
untuk lebih eksplor dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajarnya. Dengan demikian peningkatan aktivitas siswa akan
berjalan bersamaan dengan peningkatan hasil belajar siswa di dalam kelas.
4 Kendala dan Upaya dalam Pelaksanaan Penelitian
Hasil observasi awal pada siklus I menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar belum berjalan optimal. Hal tersebut terlihat dari
ketuntasan klasikal dan aktivitas siswa yang belum mencapai target penelitian. Pada pelaksanaan siklus I, peneliti kurang mengadakan simulasi
yang baik dengan guru Biologi, sehingga pelaksanaan dalam penerapan metode permaian edukatif TTS kurang berjalan optimal. Media TTS yang
dibuat kurang besar sehingga kurang nampak jelas dari belakang. Masih adanya siswa yang kurang termotivasi untuk ikut serta dalam proses
pembelajaran dimana beberapa siswa masih diam dan kurang antusias seperti teman-teman lainnya. Kurangnya kesiapan siswa dalam membaca
materi sebelum mengisi TTS. Siswa dan guru mengalami hambatan karena
belum terbiasa dengan matode permainan edukatif TTS.
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa. Hal tersebut terlihat dari ketuntasan
klasikal, nilai rata-rata kelas dan aktivitas siswa sudah mencapai target penelitian karena didukung oleh beberapa faktor. Pada siklus II guru lebih
dapat menyampaikan proses permainan TTS kepada siswa dengan baik, sehingga guru terlihat lebih nyaman dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di siklus II. Dengan permainan TTS yang di adakan di lapangan bola, hubungan guru dengan siswa lebih dekat, sehingga siswa
merasa lebih terbimbing oleh guru. Siswa juga lebih termotivasi, antusias, dan leluasa dalam melaksanakan kegiatan kompetisi mengisi TTS di
lapangan bola. Adrenalin siswa semakin terpacu sehingga siswa lebih bersemangat. Selain itu, kerjasama yang terbina pada siklus II membuat
siswa lebih terbantu dalam memahami materi. Semua siswa berperan aktif dalam kelompok, siswa lebih aktif bertanya kepada teman dan berusaha
menjawab pertanyaan yang diajukan temannya dalam satu kelompok. Pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan dapat
merangsang daya pikir siswa kelas X-7. Permainan edukatif TTS tidak
hanya memberikan aktifitas tambahan untuk bergembira semata, tetapi dapat dijadikan pembelajaran dan pengajaran yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih berkonsentrasi dalam memecahkan masalah yang ada di materi Protista. Aplikasi permainan yang tepat pada
proses pembelajaran dapat menciptakan hubungan belajar yang lebih fleksibel antar siswa dan guru serta melatih berbagai kecakapan berpikir
siswa. Permainan secara efektif mampu mengubah dinamika kelas dan menciptakan kemauan yang lebih besar untuk belajar dan bersikap.
Selama proses pembelajaran di kelas X-7, siswa sering kali mengalami macet dalam mengisi TTS dan beberapa pertanyaan tidak dapat
dijawab. Hal tersebut bukan merupakan kekurangan, justru dengan hal tersebut siswa akan lebih terpacu dan tertantang untuk mencari jawaban
pertanyaan dalam TTS dengan bertanya kepada teman sekelompoknya. Di lain kesempatan siswa juga mencari literatur yang dapat membantunya
dalam memecahkan jawaban tersebut, baik dari buku ataupun internet. Hal ini akan mendorong siswa lebih bereksplorasi dalam proses pembelajaran
dan memancing siswa lebih aktif di dalam kelas. Pembelajaran
dengan Permainan
Edukatif TTS
dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan
hasil belajar siswa secara kognitif dan peningkatan aktivitas siswa secara psikomotorik. Indikator dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan
tolak ukur dari keberhasilan penelitian tindakan kelas. Belum tercapainya indikator dalam penelitian ini disebabkan masih adanya kendala yang
dihadapi pada siklus I yaitu :
1. Tujuan pembelajaran belum tersampaikan dengan baik karena
kurangnya komunikasi atau simulasi antara peneliti dengan guru 2.
Kurangnya kesiapan siswa dalam membaca materi, sehingga banyak TTS yang kosong pada siklus I
3. Media TTS yang dibuat untuk kelas kurang besar, sehingga nampak
kurang jelas dari belakang 4.
Suasana kelas belum terkendali, karena masih ada siswa yang tidak memperhatikan selama pembelajaran
5. Siswa dan guru mengalami hambatan karena belum terbiasa dengan
matode permainan edukatif TTS.
Kendala-kendala yang dialami pada siklus I dapat diatasi dengan baik karena adanya kerja sama yang cukup baik antara guru dengan siswa,
sehingga dapat terjalin interaksi yang baik. Interaksi guru dan siswa membuat pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar. Pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II, peneliti dan guru berusaha untuk melakukan perbaikan. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk lebih mengoptimalkan
proses pembelajaran. Upaya-upaya yang telah dilakukan yaitu : 1.
Mempersiapkan serta merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan sebaik mungkin
2. Guru memberikan pengarahan dan motivasi kepada siswa, agar siswa
lebih memperhatikan dalam proses pembelajaran 3.
Guru memahami rencana pelaksanaan pembelajaran dan membimbing siswa untuk menerapkannya
Proses belajar mengajar menggunakan metode permainan edukatif TTS pada materi Protista merupakan suatu pendekatan yang mengarahkan
pada suatu pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kelompok. Upaya-upaya dalam pembelajaran yang sudah dilakukan membawa
perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan yang dirasakan yaitu : 1.
Guru terlihat lebih nyaman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
2. Mengubah dinamika kelas menjadi lebih aktif
3. Hubungan guru dengan siswa lebih dekat
4. Siswa lebih termotivasi dan antusias mengikuti pembelajaran
5. Siswa terlihat lebih percaya diri dalam mengungkapkan pendapat
6. Siswa dapat menghargai pendapat teman dan menjalin hubungan
kerjasama yang baik antar teman 7.
Mendorong siswa lebih bereksplorasi dalam proses pembelajaran. 8.
Semakin bayak siswa mengisi TTS, maka semakin banyak kosa kata baru yang diperolehnya, sehingga menambah perbendaharaan kata
terutama nama-nama ilmiah yang ada di materi Protista.
Pembelajaran dengan menggunakan metode permainan edukatif TTS dapat dijadikan suatu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan optimal. Penerapan metode permainan edukatif TTS dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas X-7 SMA Kolese De Britto Yogyakarta pada Materi Protista.
71
BAB V PENUTUP