Catatan: Variabel kesesuaian ideologi kedua kelompok Ahmadiyah peneliti modifikasi menjadi
0 dan 1 0 = ideologi tidak sesuaiAhmadiyah Qadiyan, 1 = ideologi sesuaiAhmadiyah Lahore; Korelasi signifikan di level .01; Korelasi signifikan di level .05.
Tabel 6. Linearitas Antar Variabel
Integrasi Asimilasi
Segregasi Eksklusi
Individualisme Sikap Terhadap
Kesesuaian Ideologi
Kesesuaian Ideologi
Kelompok Qadiyan
0 dan Lahore 1
.35 .03
.02 .22
.03 .55
Sikap Terhadap
Kesesuaian Ideologi
.56 .12
.05 .47
.08
B. HASIL PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui orientasi akulturasi kelompok dominan terhadap kelompok non-dominan dengan ideologi yang sesuai
dan terhadap kelompok dengan ideologi yang tidak sesuai dengan ideologi kelompok dominan, yang dipercaya ditentukan oleh sikap kelompok dominan
terhadap kesesuaian ideologi tersebut. Di mana kelompok dominan dalam penelitian ini adalah kelompok Islam mainstream, sedangkan kelompok non-
dominan dalam penelitian ini adalah kelompok Ahmadiyah Qadiyan ideologi digambarkan sebagai tidak sesuai dengan ideologi Islam pada umumnya dan
kelompok Ahmadiyah Lahore ideologi digambarkan sebagai sesuai dengan ideologi Islam pada umumnya. Ringkasan hasil dapat dilihat pada Gambar 5 pada
bab ini. Peneliti berhipotesis bahwa Islam manstream akan memiliki sikap yang
lebih positif terhadap kelompok Ahmadiyah Lahore yang ideologinya sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan ideologi Islam pada umumnya daripada terhadap kelompok Ahmadiyah Qadiyan yang ideologinya tidak sesuai dengan ideologi Islam pada umumnya
Hipotesis 1, dan sebagai implikasi dari sikap tersebut membuat Islam mainstream lebih cenderung untuk memilih orientasi integrasi Hipotesis 2a dan
individualisme Hipotesis 2b terhadap kelompok Ahmadiyah Lahore. Sedangkan terhadap kelompok Ahmadiyah Qadiyan, kelompok dominan lebih memilih
asimilasi Hipotesis 3a, segregasi Hipotesis 3b, dan eksklusi Hipotesis 3c. Untuk menguji hipotesis-hipotesis tersebut, peneliti menggunakan analisis
mediasi PROCESS Model 4 lihat Hayes, 2012 dan untuk menghindari penyimpangan normalitas pada data, peneliti menerapkan bootstrap sampling
sebesar 15000 untuk lebih jelas lihat Hayes, 2012. Pengujian hipotesis dilakukan sebanyak lima kali untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian dengan
menetapkan kesesuaian ideologi kedua kelompok Ahmadiyah kedalam kondisi pengujian, yakni kelompok Ahmadiyah Lahore yang ideologinya sesuai dengan
ideologi Islam pada umumnya sebagai kondisi 1 dan kelompok Ahmadiyah Qadiyan yang ideologinya tidak sesuai dengan ideologi Islam pada umumnya
sebagai kondisi 0. Menguji Hipotesis 1, yakni menguji bahwa subjek penelitian Islam
mainstream memiliki sikap yang lebih positif terhadap kelompok Ahmadiyah Lahore ideologi sesuai dengan ideologi Islam pada umumnya daripada
kelompok Ahmadiyah Qadiyan ideologi tidak sesuai dengan ideologi Islam pada umumnya. Untuk menguji hipotesis ini, peneliti menetapkan kesesuaian ideologi
kedua kelompok Ahmadiyah Lahore= 1; Qadiyan= 0 sebagai variabel bebas dan
Universitas Sumatera Utara
sikap terhadap kesesuaian ideologi sebagai variabel terikat. Hasil analisis menunjukkan bahwa model persamaan pada pengujian antara kesesuaian ideologi
kedua kelompok Ahmadiyah dengan sikap terhadap kesesuaian ideologi bernilai signifikan, F1, 372= 444.91,
2
=.54, p =.01. Sesuai dengan Hipotesis 1, kelompok dominan Islam mainstream memiliki sikap yang lebih positif terhadap
kelompok Ahmadiyah Lahore daripada Ahmadiyah Qadiyan, B= 2.49, p =.01. Hal ini dapat dilihat dari nilai B yang diperoleh bernilai positif sebesar 2.49, yang
artinya subjek penelitian memiliki sikap 2.49 kali lebih positif terhadap kondisi 1 yakni kelompok Ahmadiyah Lahore daripada kondisi 0 kelompok Ahmadiyah
Qadiyan untuk lebih jelas lihat Hayes, 2012. Selanjutnya untuk menguji Hipotesis 2a, yakni menguji bahwa
konsekuensi dari sikap positif kelompok Islam mainstream terhadap kelompok Ahmadiyah Lahore berimplikasi pada preferensi Islam mainstream untuk
menginginkan integrasi terhadap kelompok ini. Untuk menguji hipotesis ini, peneliti menetapkan kondisi kesesuaian ideologi kedua kelompok Ahmadiyah
Lahore= 1; Qadiyan= 0 sebagai variabel bebas, sikap terhadap kesesuaian ideologi sebagai variabel mediator, integrasi sebagai variabel terikat. Hasil
analisis menunjukkan bahwa model persamaan pada pengujian secara simultan antara kesesuaian ideologi kedua kelompok Ahmadiyah, sikap terhadap
kesesuaian ideologi, dan integrasi bernilai signifikan F2, 371= 236.85,
2
=.56, p= .01. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa efek kondisi kesesuaian ideologi
kedua kelompok Ahmadiyah Lahore=1; Qadiyan=0 tidak lagi signifikan dalam memprediksi integrasi B= .25, p = .11, sedangkan efek sikap terhadap
Universitas Sumatera Utara
kesesuaian ideologi signifikan memprediksi integrasi B=.62, p = .01. Sesuai dengan Hipotesis 2a, kelompok Islam mainstream lebih menginginkan integrasi
sebagai konsekuensi dari sikap positif mereka terhadap sesuainya ideologi kelompok Ahmadiyah Lahore dengan ideologi mereka.
Menguji Hipotesis 2b, yakni menguji bahwa konsekuensi sikap positif kelompok Islam mainstream terhadap kelompok Ahmadiyah Lahore berimplikasi
pada preferensi Islam mainstream untuk juga menginginkan individualisme terhadap kelompok ini dan pengujian dilakukan sama seperti pada pengujian
Hipotesis 2a, namun dengan mengganti variabel terikat dengan individualisme. Hasil analisis menunjukkan bahwa model persamaan dalam pengujian ini bernilai
signifikan F2, 371= 15.49,
2
= .08, p= .01. Dari hasil analisis terlihat bahwa efek kondisi kesesuaian ideologi kedua kelompok Ahmadiyah tidak siginifkan
memprediksi individualisme B= −.13, p= .54, sedangkan sikap terhadap
kesesuaian ideologi signifikan memprediksi individualisme B= .27. p= .01. Sesuai dengan Hipotesis 2b, Islam mainstream juga lebih menginginkan
individualisme sebagai konsekuensi dari sikap mereka yang positif terhadap sesuainya ideologi kelompok Ahmadiyah Lahore dengan ideologi mereka.
Menguji Hipotesis 3a, yakni menguji bahwa konsekuensi dari sikap negatif Islam mainstream terhadap kelompok Ahmadiyah Qadiyan berimplikasi pada
preferensi Islam mainstream untuk lebih menginginkan asimilasi terhadap kelompok ini. Pengujian dilakukan sama seperti pada pengujian Hipotesis 2a dan
2b, dengan asimilasi sebagai variabel terikat. Hasil analisis menunjukkan bahwa model persamaan bernilai signifikan, F2, 371= 30.00,
2
= .14, p= .01. Hasil
Universitas Sumatera Utara
analisis menunjukkan bahwa efek kondisi kesesuaian ideologi kedua kelompok Ahmadiyah terhadap asimilasi bernilai signifikan B= .56, p = .01, dan efek sikap
terhadap kesesuaian ideologi signifikan memprediksi asimilasi B= -.39, p = .01. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pengaruh kesesuaian ideologi
terhadap tipe orientasi asimilasi tidak sepenuhnya dimediasi oleh sikap terhadap kesesuaian ideologi itu sendiri partial mediation, artinya masih ada variabel lain
yang mempengaruhi interaksi antara kesesuaian ideologi antar kelompok dan tipe orientasi asimilasi. Meskipun demikian, dari hasil pengujian mendukung
Hipotesis 3a, bahwa Islam mainstream lebih menginginkan asimilasi sebagai konsekuensi dari sikap negatif mereka terhadap kelompok Ahmadiyah Qadiyan
karena tidak sesuainya ideologi kelompok ini dengan ideologi Islam pada umumnya.
Selanjutnya menguji Hipotesis 3b, yakni menguji sikap negatif Islam mainstream terhadap kelompok Ahmadiyah Qadiyan berimplikasi pada preferensi
Islam mainstream untuk lebih memilih orientasi segregasi terhadap kelompok ini. Pengujian dilakukan sama seperti pada pengujian sebelumnya dengan segregasi
sebagai variabel terikat. Model persamaan bernilai signifikan F2, 371= 8.79,
2
= .05, p= .01. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa efek efek kondisi kesesuaian ideologi kedua kelompok Ahmadiyah Lahore=1; Qadiyan=0 tidak
lagi signifikan memprediksi segregasi B= .10, p= .67, sedangkan efek sikap terhadap kesesuaian ideologi bernilai signifikan memprediksi segregasi B= -.23,
p= .01. Hasil pengujian mendukung Hipotesis 3b, yakni kelompok Islam mainstream lebih menginginkan segregasi terhadap kelompok yang ideologinya
Universitas Sumatera Utara
tidak sesuai dengan ideologi mereka Ahmadiyah Qadiyan sebagai konsekuensi dari sikap mereka yang negatif terhadap ideologi yang tidak sesuai tersebut.
Menguji Hipotesis 3c, yakni menguji bahwa sikap negatif Islam mainstream berimplikasi pada preferensi akulturasinya untuk lebih memilih tipe
orientasi eksklusi terhadap kelompok Ahmadiyah Qadiyan juga dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pengujian hipotesis sebelumnya dengan menetapkan
eksklusi sebagai variabel terikat. Hasil analisis menunjukkan model persamaan yang signifikan F2, 371= 167.32,
2
= .47, p= .01. Dari hasil analisis terlihat bahwa efek kondisi kesesuaian ideologi kedua kelompok Ahmadiyah tidak lagi
signifikan memprediksi eksklusi B= .24, p= .19, sedangkan efek sikap terhadap kesesuaian ideologi bernilai signifikan memprediksi eksklusi B= -.72, p= .01.
Hasil pengujian mendukung Hipotesis 3c, bahwa Islam mainstream lebih memilih tipe orientasi eksklusi sebagai konsekuensi dari sikap negatif mereka terhadap
kelompok yang ideologinya tidak sesuai dengan ideologi mereka Ahmadiyah Qadiyan.
Universitas Sumatera Utara
B= 2.49 B= .62
B= - .39 B= - .23
B= - .72
B= .27
Gambar 5. Interaksi antara kesesuaian ideologi, sikap terhadap kesesuaian
ideologi, dan orientasi akulturasi
Jika diperhatikan lebih lanjut pada Gambar 5, terlihat bahwa orientasi akulturasi yang paling diinginkan oleh Islam mainstream terhadap kelompok
Ahmadiyah Lahore ideologinya sesuai dengan ideologi Islam pada umumnya secara berturut adalah integrasi dan individualisme, sedangkan terhadap kelompok
Ahmadiyah Qadiyan ideologinya tidak sesuai dengan ideologi Islam pada umumnya secara berturut adalah eksklusi, asimilasi, dan segregasi. Orientasi
akulturasi yang paling tidak diinginkan oleh Islam mainstream terhadap kelompok Ahmadiyah Lahore secara berturut adalah eksklusi, asimilasi, dan segregasi.
Sedangkan tipe orientasi yang paling tidak diinginkan terhadap kelompok Ahmadiyah Qadiyan secara berturut adalah integrasi dan individualisme.
C. PEMBAHASAN